Sunday, July 24, 2016

Usia 1/4 abad

Jika usia kita sudah 25 tahun, hampir 25 tahun, atau sudah lewat 25 tahun, mungkin hal2 berikut menarik diperhatikan. Ini hanya catatan ringan, jadi tidak perlu terlalu serius.

1. Berhentilah berpikir kalau kita masih remaja

Dalam definisi apapun, usia 25 tahun bukan lagi usia remaja. Jadi, tidak pantas bersikap seperti remaja yang masih kekanak2an. Bicaralah yang biasa2 saja, menulislah yang biasa2 saja, tidak pantas lagi kalau masih mau manja2, genit2, apalagi merasa imut menggemaskan. Apalagi kamu, Bambang, Joko, Agus, ayo, dek, nggak pantas lagi merasa diri kita paling imut menggemaskan.

2. Mulailah mengambil tanggung-jawab

Usia 1/4 abad itu sudah matang sekali. Yang kuliah, harusnya sudah lulus, dan mulai bekerja. Yang tidak kuliah, semestinya juga sudah bekerja. Kalaupun ambil S2 atau S3, cara berpikirnya sudah berbeda. Mulailah mengambil tanggung-jawab. Masa’ kita masih harus minta uang buat beli pulsa? Minta uang buat beli bensin motor? Sudah masih minta uangnya ke orang tua, eh, cuma dipakai buat telpon2an pacaran, keluyuran pacaran. Jaman dulu, anak2 usia 18 tahun bahkan sudah bisa mandiri. Entahlah, apa yang jadi sumber masalah hari ini, usia 1/4 abad tapi masih merepotkan orang tua.

3. Mulailah memikirkan cita-cita hidup dengan serius

Hidup ini tidak cuma makan, tidur, makan tidur, dstnya. Mulailah memikirkan apa yang akan kita lakukan. Apa yang hendak kita capai. Lihat ke belakang, apa hal yang telah kita capai? Dan apalagi yang hendak kita capai? Kejar impiannya, dek. Jangan bangun kesiangan, malas ngapa2in, entah besok lusa jadi apa, bodo amat. Tabiat malas itu amat berbahaya.

4. Berhenti penuh drama

Nonton drama Korea sih boleh. Tapi berhentilah hidup penuh drama. Dikit2 lebay, dikit2 heboh, dikit2 rusuh. Kita sudah 1/4 abad, bukan remaja lagi. Kita sudah dewasa, dan sebagaimana mahkluk dewasa, tahu keputusan apa yang harus diambil. Kita juga bisa memfilter mana omongan orang lain yang bermanfaat, mana yg harus ditinggalkan. Kita juga bisa memilih, mana hal penting yg harus diikuti, mana yg sudah tidak berguna lagi. Jomblo misalnya, tidak ada masalah serius dengan menjadi jomblo, malah bisa fokus sekolah dan meniti karir. Daripada menghabiskan waktu penuh drama. Berhenti penuh drama.

5. Jaga kesehatan

Kesehatan itu adalah investasi. Semakin muda kita memulai proses menjaganya, maka akan kita petik di masa depan manfaatnya. Tidak merokok, tidak begadang, apalagi minuman alkohol, dsbgnya sejak muda, itu akan dirasakan manfaatnya di masa tua. Apalagi jika ditambahkan dengan sering olahraga, menjaga makanan, itu investasi yang baik.

6. Asupan gizi untuk jiwa

Ini kadang sering betul kita abaikan. Di dalam tubuh kita itu ada yang disebut “jiwa”. Nah, jika kita sibuk memoles fisik luar, kapan kita akan mulai memoles bagian dalam kita? Kapan kita akan mulai memberikan asupan gizi bagi “jiwa” kita. Kalian tahu kenapa orang dewasa itu banyak masalahnya? Kesibukan tidak ada habis2nya? Waktu yang tidak berkah? Rasa syukur yang dangkal? Bahkan saat hidupnya sudah cukup pun, dia rela mencuri, korup, dan aniaya? Karena jiwanya tidak diberikan asupan gizi. Jika usia kita sudah 1/4 abad, mendesak sekali kita mulai melengkapi hidup ini dengan pemahaman2 terbaik, pelajaran2 penting. Jangan malas membaca buku2 yang baik, jangan malas belajar dan memperhatikan. Dan lebih penting lagi, jangan malas belajar agama.

7. Berhenti menghabiskan waktu mubazir

Masih suka berantem di media maya? Masih suka bertengkar di kolom komentar website berita? Postingan orang lain? Ayolah, berhenti menghabiskan waktu sia-sia. Kita sudah 1/4 abad lebih, ngapain harus ribut hanya karena hal2 tidak penting. Aduh, rugi amat kalau masih suka mengotot, hanya orang2 kurang kerjaan yang menghabiskan waktunya sia-sia. Lebih baik fokus produktif, terus belajar dan berkarya. Dan pastikan, kita juga tidak menghabiskan waktu banyak dengan gagdet/HP. Masa' iya, tiap menit hanya terlihat melototin HP terussss--sementara kewajiban dan pekerjaan kita menumpuk tidak beres-beres. 

Kurang lebih begitu. Semoga bermanfaat.

*Tere Liye
Read more...
separador

Thursday, July 14, 2016

Kekacauan paham

Siapa di sini yang sering sekali ditanya: "kapan menikah?"
Ada yang menerima pertanyaan ini dengan santai, nyengir, tertawa, "Belum dapat jodohnya." atau "Makanya cariin, dong.", Ada juga yang menerima pertanyaan ini sedikit formal, tersenyum tipis, mengangguk pelan, "Insya Allah segera." Ada juga yang jengkel sekali menerima pertanyaan ini. Bahkan dalam titik ekstrem, membuat malas berangkat kondangan, atau menghadiri acara keluarga--tempat di mana modus pertanyaan favorit ini sering muncul. Kenapa orang2 suka sekali bertanya: "kapan menikah?", "kapan nyusul?" Kenapa orang2 rese sekali pengin tahu? Kepo?
Siapa di sini yang sering ditanya: "kapan punya momongan?"
Ada yang menerima pertanyaan ini dengan santai, nyengir, atau tertawa. Ada yang biasa-biasa saja, formal. Dan hei, saya harus terus terang, ada juga yang sepulang dari acara tersebut, setelah menerima pertanyaan tersebut, setiba di rumah, langsung berurai air-mata. Tidak hanya marah, tapi mereka sedih. Bagi pasangan tertentu, belum memiliki anak adalah situasi yang berat. Di tanya mertua, di tanya tetangga, di tanya teman, tidak cukupkah pertanyaan itu? Banyak pasangan yg bertahun2 belum punya anak, jadi enggan sekali datang ke resepsi, acara keluarga, atau apa saja yang memiliki potensi munculnya pertanyaan itu dari tamu2 undangan lainnya.
Bukankah menikah, jodoh atau memiliki anak, kelahiran itu rahasia Tuhan? Tentu saja orang tidak bisa menjawabnya dengan persisi. Tapi kenapa orang2 masih saja menanyakannya?
Saya sering menyaksikan teman sendiri, kerabat, kenalan, yang sedih dan jengkel atas pertanyaan ini. Sayangnya, saya juga tidak tahu jawaban baik mengatasinya. Honestly, bagi saya pertanyaan2 itu biasa-biasa saja, tapi adalah fakta, banyak yang terganggu, bukan? Dan saya paham rasa terganggu itu.
Tanpa kesimpulan. Maafkan saya, catatan ini tanpa kesimpulan solusinya.
Tetapi, ijinkan saya menutup notes ini dengan hal simpel. Kalian pernah datang ke pemakaman? Pernah datang ke acara menguburkan kerabat, keluarga? Duhai, di acara tersebut, kenapa tidak ada seseorang yang tiba-tiba bertanya ke orang lain, "kapan nyusul yang mati?" Kenapa tidak ada yang sambil sumringah, mencoba memecah situasi dengan percakapan ringan, "hallo om, pak, ibu, kira-kira kapan nyusul masuk kuburan?"
Nyatanya tidak ada, bukan? Bukankah mati juga misteri Tuhan? Sama dengan jodoh, kelahiran? Ini benar2 kekacauan paham yg belum sy mengerti.

*Tere Liye
Read more...
separador

Wednesday, July 13, 2016

Ibu rumah tangga

Untuk jadi sarjana ekonomi atau insinyur, kita butuh 6 tahun SD, 3 tahun SMP, 3 tahun SMA, 4 tahun kuliah, dapat gelar sarjananya.

Untuk jadi apoteker, akuntan, psikolog, dokter dan gelar profesi lain, kita tambah lagi 2 tahun sekolah profesi, pengabdian, dsbgnya.

Tetapi untuk menjadi ibu rumah tangga? Dikumpulkan seluruh pendidikan tersebut, ditambah lagi bertahun2, bertahun2, bertahun2 kemudian, tetap tidak akan cukup untuk bisa memastikan seseorang berhak menyandang: ibu rumah tangga terbaik. Karena panjang dan pentingnya proses pendidikan ibu rumah tangga.

Nah, kalau semua orang ingin sekolah tinggi2 demi gelar, profesi, pekerjaan, dsbgnya, maka ajaib sekali, kenapa orang2 begitu menyepelekan pendidikan super tinggi untuk menjadi ibu rumah tangga? Padahal memiliki anak yang berakhlak baik, keluarga yang bahagia, jauh lebih penting dibandingkan kesuksesan karier dan sebagainya.

Berikan pendidikan kepada anak2 perempuan kita setinggi mungkin, agar kelak saat menjadi Ibu, sungguh berguna semua ilmunya. Satu Ibu yang baik, akan melahirkan satu keluarga yang baik. Satu generasi Ibu yang baik, maka akan datanglah penerus yang dijanjikan.

*Tere Liye
Read more...
separador

Thursday, July 7, 2016

22 Kode Rahasia yang Wajib Diketahui Pengguna Smartphone

Tak banyak orang tahu bahwa Smartphone Android memiliki banyak sekali kode rahasia yang sangat berguna bagi penggunanya. Beberapa kode rahasia tersebut bahkan mampu menampilkan kondisi smartphone kita.

Jadi, silakan dicatat kode rahasia ini jika kalian akan membeli smartphone second agar tidak salah beli.

1. Kode: *#06# Mengetahui Nomer IMEI
2. Kode: *#0000#* - Cek Asli atau Palsu
3. Kode: *#*#2664#*#* - Cek Kemampuan Layar Sentuh
4. Kode: *#*#0*#*#* - Cek Performa Layar LCD
5. Kode: *#*#1472365#*#* - Cek Kualitas GPS
6. Kode: *#*#34971539#*#* - Cek Informasi Kamera
7. Kode: *#*#232331#*#* - Cek Bluetooth
8. Kode: *#*#0842#*#* - Cek Getar dan Flashlight
9. Kode: *#*#0673#*#* atau ##0289## - Cek Audio / Suara
10. Kode:  *#*#197328640#*#* - Cek Operator dan Internet
11. Kode: *#*#7780#*#* - Factory Reset
12. Kode: *#*#7594#*#*: Mematikan HP Android kamu tanpa perlu ada pilihan bermacam-macam
13. Kode: *#*#4636#*#*: Menampilkan informasi mengenai ponsel, baterai, penggunaan ruangan penyimpanan dan WiFi
14. Kode: *2767*3855#: Melakukan wipe total, termasuk Firmware
15. Kode: *#*#273283*255*663282*#*#*: Untuk backup semua foto dan video dari gallery
16. Kode: *#*#8255#*#*: Akses GTalk Service Monitor
17. Kode: *#*#36245#*#*: Akses Email Debug Info
18. Kode: *#*#225#*#*: Events Calendar
19. Kode: *#*#426#*#*: Debug info Google Play Service
20. Kode: *#0228# Cek kode sinyal dan baterai
21. Kode: *#7284#  Cek kode usb
22. Kode: *2767*3855#  Reset handphone


Catatan!!!
Harap berhati-hati saat mencoba kode rahasia diatas. Kami tidak bertanggung jawab atas hilangnya aplikasi atau data atau hal-hal lain yang menjadikan handphone anda tidak berfungsi. Beberapa kode diatas bisa menyebabkan perubahan serius, salah satu contohnya pada kode Reset Handphone dan Reset Factory. Perbedaan versi OS atau tipe Android juga bisa menyebabkan kode rahasia diatas tidak berfungsi. 
Read more...
separador

Wednesday, July 6, 2016

Jenis-jenis Gombal Ala Tere Liye

Jenis-jenis gombal (baca sampai selesai, biar tahu)

1. Gombal kelas internasional
Bilang ke pacar 'Aku cinta kamu karena Allah, dek." Pacar? Sambil pegangan tangan? Mesra2an. Aduh, nggak banget deh. Jangan bawa2 Tuhan utk urusan pacaran yg jelas melanggar banyak peraturan Tuhan. Malaikat saja mungkin gerah berada di sekitar, mungkin pergi ratusan kilometer, menjauh.

2. Gombal kelas nasional
Orang pacaran yg ngaku2: "Cinta kita suci, ini anugerah Tuhan yang tidak kita minta." Sambil mojok berdua. Asyik berduaan, asyik pegangan tangan. Suci? Tapi dikotori dengan pacaran, yg melanggar begitu banyak peraturan Tuhan. Ya ampun sejak kapan pacaran masuk dalam definisi suci.

3. Gombal kelas provinsi
"Nggak juga bang tere, pacar aku serius kok". Wushhh, hening deh. Serius? Sejak kapan pacaran masuk definisi serius? Kalau serius ya menikah. Satu-satunya keseriusan dalam pacaran adalah: serius pacaran. Asyik masyuk, menghabiskan waktu untuk sesuatu yang tidak bermanfaat.

4. Gombal kelas kabupaten
"Kami pacarannya islami kok, tahu batas-batasnya." Ya ampun, justeru dengan pacaran, batas terbesarnya sudah dilanggar. Kalau memang ada pacaran islami, maka besok lusa, acara bergosip di televisi akan ngaku gosip islami. Yang pembawa acara gosipnya seperti cacing kepanasan akan membuka acara dengan: "Hei hei pemirsa, assalammualaikum, hallllo apa kabar sih? Kalian tahu nggak penonton, masya Allah, subhanallah, kucing sebelah rumah selingkuh. Astagfirullah. Mari kita berdoa semoga selingkuhannya diberikan jalan tobat, Allah SWT berfirman, Rasul Allah bersabda, dst, dstnya."

5. Gombal kelas kecamatan
"Beneran loh, Bang, pacaran itu menambah semangat belajar." Oh iya? Lantas hitung sendiri nanti ya, berapa banyak waktu sia-sia yang dihabiskan, berapa banyak galau, tidak menentu. Dan silahkan cek sendiri, apakah kalian jadi peserta olimpiade Matematika dunia dan dapat medali emas gara2 pacaran. Kalau mau jujur2an, mau mendengarkan, mau obyektif, besok lusa, saat kalian sudah 40, 50 atau 60 tahun, pikirkan, apakah memang ada manfaatnya pacaran jaman kalian masih remaja dulu?

6. Gombal kelas kelurahan/desa
"Aku rela berkorban demi dia". Bela-belain beli kado, hadiah, buat siapa? Pacar? Tapi beliin orang tua, adik, kakak, kado, hadiah malah amit2. Bela-belain ngantar siapa tadi? Pacar? Rela hujan2an, rela ngutang, rela semua. Tapi ngantarin orang tua, adik, kakak, malah ogah.

7. Gombal kelas RT/RW
"Aku sayang kamu tulus dan murni." Hoax, dek. Pegang tangan pacar tiap minggu (padahal dosa), pegang tangan orang tua cuma tiap lebaran. Masih bergaya pula bilang kalau "cinta kami tulus dan murni" dan mengaku-ngaku paham benar hakikat cinta. 

8. Gombal kelas gang/selokan
"Abi udah makan belum?" "Mama udah belajar belum?" Ya ampun, baru pacar? Sudah panggil abi-ummi? Mama-papa? Ini benar2 gombal kelas gang. Lantas besok2 kalau putus? Jadi janda-duda dong? Kalau pacaran 5x, putus 5x? Berarti sudah pernah jadi janda 5x dong? Ini horor.

Semoga kalian mau memikirkannya, dan tidak tertipu dengan para penjahat perasaan di luar sana. Karena sekali urusan ini merusak kalian, yg rugi kita sendiri. Orang lain mah jangan2 sudah sibuk dengan pacar2 berikutnya, mana ingat dengan korban2 sebelumnya.

*Tere Liye
Read more...
separador

Tuesday, July 5, 2016

Jurus Sakti Mandraguna Ala Tere Liye

Wah, besok lebaran. Asyik. Banyak ketupat, opor, rendang, kue-kue. Belum lagi amplop THR, seru ini. Tapi juga sekaligus horor. Apalagi yang jomblo, ditanya kapan nikah, mana calonnya, terus keluarga pd tertawa (ngetawain) kayaknya ‘nista’ banget jadi jomblo pas lebaran.  Juga yang pengantin baru (juga lama), ditanya mana momongan? Kok belum isi juga? Pun sama, yg sudah punya anak, teteeep ditanya, kok belum ada adiknya? Juga tambahkan pertanyaan, kapan lulus? kapan wisuda? dll.

Nah, berikut saya kasih tips jitu menghadapi hal-hal ini (tapi ini bergurau saja):

1. Bertanya lebih dulu, sebelum ditanya

Misal, pas tiba di rumah pakde/bude, persis masuk, habis salaman, maaf2an, pas mereka mau nanya hal itu, kalian nanya duluan. Kalian harus tahu, strategi pertahanan terbaik itu adalah justeru menyerang. Apa yg ditanya? Banyak, tergantung situ, tega atau nggak. “Pakde, kapan punya rumah baru?” “Bude, kok kulkasnya, tipinya masih jelek gini, kapan beli baru?” atau khusus buat yg suka nyinyir berat selama ini, juga bisa, “Pakde, kapan punya istri kedua? Kok baru satu saja sih?” Dijamin, nggak akan ada yg nanya kalian lagi. Paling juga jadinya dimusuhin, di blokir nggak boleh lagi datang.

2. Cool!

Kunci utama menghadapi pertanyaan ini adalah, cool! Apa itu cool? Tsaaaa.... memasang gaya paling keren seluruh dunia, tersenyum lima senti, menjadi orang paling bahagia. “Kapan nikah?” Cool. “Kapan punya bayi?” Cool. “Kapan ada adiknya lagi?” Cool. Kapan wisuda? Cool. Tidak usah dijawab, fokus saja cool. Bila perlu dramatis sambil benerin gaya rambut, bergaya menepuk2 baju, cool. Tidak usah dijawab. Pasti keki sendiri yang nanya.

3. “Appaaa?”

Ini juga jurus jitu. Kalau ada yang nanya urusan ini pas silaturahmi keluarga, selalu jawab dengan “Appaaa?”. Kapan nih nikahnya? jawab: “Apppaaa?” (sambil digaya2in nggak dengar gitu).  Iya, kapan nih nikahnya? jawab lagi: “Apppaaa?” (sambil ngucek2 kuping). Eh, situ budek atau tai kupingnya sekilo, kapan nikahnya? jawab saja lagi: “Appaaa?” 

4. Bertukar posisi dengan lincah

Ini strategi baru. Efektif buat ngadepin mak-mak, babe-babe, pakde, bude yg suka basa-basi kelewatan. Bagaimana cara melakukannya? Gampang. Jangan lama2 ada di sebuah posisi. Baru duduk, langsung pindah. Baru pindah, sudah pindah lagi. Baru makan ini, sudah bertukar posisi, makan yg lain. Biar susah orang lain ngikutin kita. Atau bila perlu, habis salam, maaf2an, langsung pulang. Nggak ada kesempatan buat ngobrol apapun. Aman.

5. Dramatis

Ini juga tips menarik. “Kapan punya bayi?” Jawab pertanyaan itu dengan diam sejenak, lantas mulailah menangis, terisak, tergugu, bila perlu sampai jatuh ke lantai.. “Kapan menikah?” Juga sama, jawab saja dengan menangis sedemikian sedihnya, pegang tangan yg nanya, tambahin dengan kalimat, “Pakde, calon saya itu tega banget mendadak pindah ke London. hiks hiks hiks.... Pakde mau ngasih tiket ke sana? hiks hiks hiks biar saya nyusul ke sana buat ngelamar.... Sekalian hotel bintang lima, uang saku 2.000 dollar. hiks hiks” Tahun depan, kalau Pakde ini masih nanya--dan dia nggak ngasih uang tsb, dia berarti memang tidak punya nurani lagi. Cuma bisa nanya, bantu kagak.

6. Amin

Apapun pertanyaan orang lain, jawab, “Amin.” Ini juga jurus efektif. Kapan punya adik? Amin. Kapan wisuda? Amin. Kapan lulus? Amin. Mau makan ketupat? Amin. Mau amplop THR? Amin. Apapun dijawab Amin. 

7. Hehe....

Kapan Nikah? Hehehe.... Kapan wisuda? Hehehehe... Kapan lulus? Hehehe.... ini strategi simpel, tapi efektif utk tdk saling menyakiti. Apapun pertanyaannya jawab dengan tertawa, hehehe... Tapi pastikan saja, tidak tertawa pas sendirian lagi makan opor, hehehe. Sendirian lagi makan ketupat, hehehe... Kalau sampai begitu, doooh, hayati sedih betul lihatnya, bang, benar2 mendesak memang harus segera menikah, sampai nggak tega.

8. Jurus Super Tega

Terakhir. Jika kalian memang sudah mengkal banget ditanya, dan desperate mau jawab apa, silahkan pakai jurus super tega ini. “Kapan menikah? Kok masih sendiri saja?” jawab: “Lah, Pakde kapan mati? Kok masih hidup saja?”. “Kapan hamil? Kok belum isi-isi sih?” jawab: “Lah, Bude kapan matinya? Kok masih sehat?” Dijamin kalian bisa dicoret dari daftar penerima hibah harta warisan, hehe... Atau lebih parah lagi, diusir dari rumah. Tapi mau bagaimana lagi? Itu memang pertanyaan susah dijawab. Kan “kapan menikah”, “kapan punya bayi” itu sama persis dengan pertanyaan “kapan mati”, itu rahasia Tuhan,toh? Siapa coba yg bisa jawab? Sudah tahu rahasia Tuhan, masih banyak nanya pula. Kacau banget.

Kurang lebih begitu. Saya tdk bertanggungjawab atas komplikasi, efek samping, efek depan, belakang, atas kiri kanan bawah dari saran2 di atas. 

*Tere Liye
Read more...
separador

Seputar Idul Fitri


Adab mengerjakan shalat 'Ied dan sunnah-sunnahnya

1. Mandi dahulu
عَنِ ابْنِ السَّبَّاقِ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِمِيْنَ، اِنَّ ه?ذَا (يَوْمَ اْلجُمُعَةِ) يَوْمٌ جَعَلَهُ اللهُ عِيْدًا فَاغْسِلُوْا. مالك فى الموطأ 1: 65، رقم: 113
Dari Ibnus Sabbaaq, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Hai kaum Muslimin, hari (Jum'ah) ini adalah satu hari yang Allah jadikan hari raya. Karena itu hendaklah kalian mandi". [HR. Malik, dalam Al-Muwaththa’ juz 1, hal. 65, no. 113]
Keterangan :
Menurut hadits tersebut, hari Jum'ah dipandang sebagai hari raya dan kita disuruh mandi padanya. Dengan demikian dapat difaham, bahwa mandi pada hari raya adalah lebih utama.

2. Berpakaian dengan pakaian yang baik, bila ada
عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدّهِ اَنَّ النَّبِيَّ ص كَانَ يَلْبَسُ بُرْدَ حِبَرَةٍ فِى كُلّ عِيْدٍ. البيهقى 3: 280
Dari Ja’far bin Muhammad, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwasanya Nabi SAW biasa memakai kain buatan Yaman pada tiap-tiap hari raya. [HR. Baihaqiy juz 3, hal. 280, dla'if, mursal]

3. Makan sebelum berangkat
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ اَبِيْهِ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ ص لَا يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَطْعَمَ وَ لَا يَطْعَمُ يَوْمَ اْلاَضْحَى حَتَّى يُصَلّيَ. الترمذى 2: 27، رقم: 540
Dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata, "Dahulu Rasulullah SAW tidak pergi Shalat Hari Raya 'Iedul Fithri melainkan sesudah makan. Dan tidak makan pada Hari Raya 'Iedul Adlha melainkan sesudah kembali dari shalat". [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 27, no. 540]

عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص كَانَ يُفْطِرُ عَلَى تَمَرَاتٍ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ اَنْ يَخْرُجَ اِلَى الْمُصَلَّى. الترمذى 2: 27، رقم: 541
Dari Anas bin Malik, bahwasanya Nabi SAW dahulu makan beberapa kurma pada hari raya 'Iedul Fithri sebelum berangkat ke tempat shalat. [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 27, no. 541. Ia berkata : Ini hadits hasan shahih gharib]

4. Mengambil dua jalan
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِذَا خَرَجَ يَوْمَ اْلعِيْدِ فِى طَرِيْقٍ رَجَعَ فِي غَيْرِهِ. الترمذى 2: 26، رقم: 539
Dari Abu Hurairah, ia berkata "Dahulu Rasulullah SAW apabila melewati jalan saat pergi Shalat Hari Raya, maka ketika pulang beliau mengambil jalan lain (dari yang telah dilalui waktu pergi)". [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 26, no. 539, hadits hasan gharib]

5. Waktu dan tempat takbir hari raya
عَنِ الزُّهْرِيّ اَنَّهُ قَالَ:كَانَ النَّبِيُّ ص يَخْرُجُ يَوْمَ اْلفِطْرِ فَيُكَبّرُ مِنْ حِيْنِ يَخْرُجُ مِنْ بَيْتِهِ حَتَّى يَأْتِيَ الْمُصَلَّى. ابو بكر النجاد، مرسل فى نيل الاوطار 3: 327
Dari Az-Zuhriy, ia berkata, "Dahulu Nabi SAW keluar untuk shalat Hari Raya 'Iedul Fithri dengan takbir mulai dari rumahnya hingga tiba ditempat shalat". [HR. Abu Bakar An-Najjaad, mursal, Nailul Authar juz 3, hal. 327]

عَنِ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللهِ اَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ اَخْبَرَهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص كَانَ يُكَبّرُ يَوْمَ الْفِطْرِ مِنْ حِيْنِ يَخْرُجُ مِنْ بَيْتِهِ حَتَّى يَأْتِيَ الْمُصَلَّى. البيهقى 3: 279
Dari Salim bin 'Abdullah, bahwasanya 'Abdullah bin 'Umar memberitahukan kepadanya, bahwasanya dahulu Rasulullah SAW bertakbir pada hari Raya 'Iedul Fithri dari sejak keluar dari rumah beliau hingga tiba di tempat shalat. [HR. Baihaqi juz 3, hal. 279, dla’if karena dalam sanadnya ada perawi bernama Musa bin Muhammad bin 'Atho' dan Al-Walid bin Muhammad Al-Muqriy]

عَنْ نَافِعٍ اَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْدُوْ اِلَى الْعِيْدِ مِنَ الْمَسْجِدِ وَ كَانَ يَرْفَعُ صَوْتَهُ بِالتَّكْبِيْرِ حَتَّى يَأْتِيَ الْمُصَلَّى وَ يُكَبّرُ حَتَّى يَأْتِيَ اْلاِمَامُ. البيهقى 3: 279، موقوف
Dari Nafi' bahwasanya dahlu Ibnu 'Umar berangkat ke shalat 'Ied dengan bertakbir dengan suara keras sejak dari masjid sampai tiba di tempat shalat, dan ia terus bertakbir hingga imam datang. [HR. Baihaqi juz 3, hal. 279, mauquf]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص:زَيّنُوْا اَعْيَادَكُمْ بِالتَّكْبِيْرِ.الطبراني فى الاوسط 5: 189، رقم: 4370
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Hiasilah Hari Raya-Hari Raya kalian dengan takbir". [HR. Thabarani di dalam Al-Mu'jamul Ausath juz 5, hal. 189, no. 4370, dla'if karena di dalam sanadnya ada perawi bernama 'Umar bin Rasyid, yang dilemahkan oleh Ibnu Ma'in, Abu Zur'ah dan Nasaiy]

Waktu dan tempat bertakbir hari raya menurut hadits yang shahih
عَنْ اُمّ عَطِيَّةَ قَالَتْ: اَمَرَ رَسُوْلُ اللهِ ص اَنْ نُخْرِجَهُنَّ فيِ اْلفِطْرِ وَ اْلاَضْحَى اْلعَوَاطِقَ وَ اْلحُيَّضَ وَ ذَوَاتِ اْلخُدُوْرِ، فَاَمَّا اْلحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلَاةَ. مسلم 2:606
Dari Ummu 'Athiyah, ia berkata, "Rasulullah SAW memerintahkan kepada kami untuk membawa keluar anak-anak perempuan yang hampir baligh, perempuan-perempuan yang haidl dan juga gadis-gadis dalam pingitan, pada Hari Raya 'Iedul Fithri dan 'Iedul Adlha. Adapun wanita-wanita yang haidl itu mereka tidak shalat". [HSR. Muslim, juz 2, hal. 606]

عَنْ حَفْصَةَ عَنْ اُمّ عَطِيَّةَ قَالَتْ: كُنَّا نُؤْمَرُ اَنْ نَخْرُجَ يَوْمَ الْعِيْدِ حَتَّى نُخْرِجَ الْبِكْرَ مِنْ خِدْرِهَا حَتَّى نُخْرِجَ الْحُيَّضَ فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ فَيُكَبّرْنَ بِتَكْبِيْرِهِمْ وَ يَدْعُوْنَ بِدُعَائِهِمْ يَرْجُوْنَ بَرَكَةَ ذ?لِكَ الْيَوْمِ وَ طُهْرَتَهُ. البخارى 2: 7
Dari Hafshah, dari Ummi 'Athiyah, ia berkata, "Dahulu pada hari raya kami diperintahkan untuk keluar (ke tempat shalat 'Ied), sehingga kami mengeluarkan para gadis yang dalam pingitannya, sehingga kami mengeluarkan para wanita yang sedang haidl, lalu mereka berada di tempat belakang para jama'ah, mereka para wanita bertakbir dengan takbir mereka, berdo'a dengan do'a mereka, para wanita itu mengharapkan berkahnya pada hari itu dan kesuciannya (dari dosa)". [HR. Bukhari juz 2, hal. 7]
Dari hadits shahih di atas dapat kita fahami bahwa takbir Hari Raya itu dilaksanakan pada waktu tiba di tempat shalat sampai berdirinya shalat.

6. Waktu shalat hari raya
قَالَ جُنْدَبٌ:كَانَ النَّبِيُّ ص يُصَلّى بِنَا يَوْمَ اْلفِطْرِ وَالشَّمْسُ عَلَى قَيْدِ رُمْحَيْنِ وَ اْلاَضْحَى عَلَى قَيْدِ رُمْحٍ. احمد بن حسن، في نيل الاوطار 3: 333
Telah berkata Jundab, "Adalah Nabi SAW shalat Hari Raya 'Iedul Fithri bersama kami di waktu matahari tingginya sekadar dua batang tombak dan beliau shalat Hari Raya 'Iedul Adha diwaktu matahari tingginya sekadar satu batang tombak".[HR. Ahmad bin Hasan, dalam Nailul Authar juz 3, hal. 333]
Keterangan :
Menurut riwayat di atas, waktu shalat Hari Raya 'Iedul Adha itu lebih pagi daripada waktu shalat Hari Raya 'Iedul Fithri.

7. Shalat sebelum khutbah
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص وَ اَبُوْ بَكْرٍ وَ عُمَرُ رض يُصَلُّوْنَ اْلعِيْدَيْنِ قَبْلَ اْلخُطْبَةِ. البخارى 2: 5
Dari Ibnu Umar, ia berkata, "Dahulu Rasulullah SAW, Abu Bakar dan Umar shalat dua Hari Raya sebelum khutbah". [HR. Bukhari juz 2, hal. 5]
Maksudnya : Rasulullah SAW dan shahabat-shahabatnya mengerjakan shalat 'Iedul Fithri dan 'Iedul Adha sebelum khutbah.

8. Shalat hari raya tanpa adzan dan iqamah
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيّ ص اْلعِيْدَيْنِ غَيْرَ مَرَّةٍ وَلَا مَرَّتَيْنِ بِغَيْرِ اَذَانٍ وَ لَا اِقَامَةٍ. مسلم 2: 604
Dari Jabir bin Samurah, ia berkata "Saya shalat dua Hari Raya bersama Rasulullah SAW bukan hanya sekali atau dua kali, (semuanya) tanpa adzan dan iqamah". [HSR. Muslim juz 2, hal. 604]
Keterangan :
Maksud dari riwayat di atas menunjukkan bahwa Rasulullah SAW shalat Hari Raya 'Iedul Fithri dan Hari Raya 'Iedul Adha tanpa adzan dan iqamah.

9. Hari raya pada hari Jum'ah
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص اَنَّهُ قَالَ: اِجْتَمَعَ عِيْدَانِ فيِ يَوْمِكُمْ ه?ذَا، فَمَنْ شَاءَ اَجْزَأَهُ مِنَ اْلجُمُعَةِ وَ اِنَّا مُجَمّعُوْنَ اِنْ شَاءَ اللهُ. ابن ماجه 1: 416، رقم: 1311
Dari Ibnu ‘Abbas, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Telah terhimpun pada hari ini dua hari raya (hari Raya dan Jum'ah). Maka barangsiapa mau, cukuplah shalat ini buat dia, tidak perlu lagi shalat Jum'ah, tetapi kami tetap akan mendirikan shalat Jum'ah, insyaa-allooh". [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 416, no. 1311]

10. Shalat dan khutbah di tanah lapang
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص كَانَ يُفْطِرُ عَلَى تَمَرَاتٍ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ اَنْ يَخْرُجَ اِلىَ الْمُصَلَّى. الترمذى 2: 2?، رقم: 541
Dari Anas bin Malik, bahwasanya dahulu pada hari raya 'iedul Fithri Nabi SAW biasa makan beberapa kurma sebelum berangkat ke Mushalla (tempat shalat hari raya). [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 27, no. 541, ia berkata : Ini hadits hasan shahih gharib]
Keterangan :
Dari hadits tersebut bisa difahami bahwa Nabi SAW mengadakan shalat hari Raya di Mushalla (tanah lapang).
Diriwayatkan bahwa Nabi SAW pernah shalat 'ied di masjid ketika hujan :
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّهُ اَصَابَهُمْ مَطَرٌ فيِ يَوْمِ عِيْدٍ فَصَلَّى بِهِمُ النَّبِيُّ ص صَلَاةَ الْعِيْدِ فيِ الْمَسْجِدِ. ابو داود 1: 301 رقم: 1160، ضعيف
Dari Abu Hurairah bahwasanya pada suatu hari Raya, para shahabat kehujanan, maka Nabi SAW mengerjakan shalat Hari Raya bersama mereka di masjid. [HR. Abu Dawud juz 1, hal. 301, no. 1160, dla’if karena dalam sanadnya ada perawi bernama 'Isa bin 'Abdul A'laa bin Abu Farwah, ia majhul]
Keterangan :
Menurut kebiasaan memang Nabi SAW mengerjakan shalat dan khutbah hari Raya di tanah lapang. Tetapi hal itu tidak menunjukkan kepada hukum wajib. Sesuatu perbuatan bisa menunjukkan kepada hukum wajib jika disertai dengan perintah.
Kebanyakan ulama memandang bahwa Nabi SAW mengerjakan yang demikian itu bukan karena tidak shah dikerjakan di masjid, tetapi karena tak cukup tempat di masjid, sebab pada waktu itu orang-orang yang berkumpul pada hari Raya lebih banyak dari pada hari-hari yang lain.
Dari seluruh pembicaraan tersebut, nyatalah bahwa shalat Hari Raya di masjid itu tidak terlarang, apalagi jika turun hujan atau lain-lain halangan. Oleh karena itu perkataan Abu Hurairah tadi walaupun lemah riwayatnya tetapi shahih maknanya. Perlu dijelaskan bahwa Rasulullah SAW shalat di tanah lapang itu diambil dari pengertian Mushalla. Adapun Mushalla di zaman Nabi SAW dijelaskan dalam kitab Fiqhus Sunnah sebagai berikut :

اَلْمُصَلَّى مَوْضِعٌ بِبَابِ الْمَدِيْنَةِ الشَّرْقِيّ. فقه السنة 1: 268
"Mushalla itu adalah suatu tempat di pintu gerbang Madinah sebelah timur". [Fiqhus Sunnah juz 1, hal. 268]

اَلْمُصَلَّى مَوْضِعٌ بَيْنَهُ وَ بَيْنَ الْمَسْجِدِ اَلْفَ ذِرَاعٍ. فقه السنة 1: 271
"Mushalla itu tempatnya berjarak 1.000 hasta dari masjid Madinah. [Fiqhus Sunnah juz 1, ha. 271]
Dengan keterangan ini, jelaslah bahwa Rasulullah SAW biasanya mengadakan shalat Hari Raya itu di tanah lapang.

11. Khutbah Nabi SAW :
عَنْ عَبْدِ الرَّحْم?نِ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ قَالَ خَرَجْتُ مَعَ النَّبِيّ ص يَوْمَ فِطْرٍ اَوْ اَضْحًى فَصَلَّى الْعِيْدَ ثُمَّ خَطَبَ، ثُمَّ اَتَى النّسَاءَ فَوَعَظَهُنَّ وَ ذَكَّرَهُنَّ وَ اَمَرَهُنَّ بِالصَّدَقَةِ. البخارى 2: 8
Dari 'Abdur Rahman, ia berkata : Aku mendengar Ibnu 'Abbas berkata, "Aku pernah keluar bersama Nabi SAW pada hari raya 'Iedul Fithri atau 'Iedul Adlha, lalu beliau shalat 'Ied, kemudian berkhutbah. Kemudian beliau datang ke tempat para wanita, memberikan nasehat kepada mereka, mengingatkan mereka, dan menganjurkan kepada mereka untuk bershadaqah". [HR. Bukhari juz 2, hal. 8]

عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ اَخْبَرَنِي عَطَاءٌ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُولُ: قَامَ النَّبِيُّ ص يَوْمَ الْفِطْرِ فَصَلَّى فَبَدَأَ بِالصَّلَاةِ ثُمَّ خَطَبَ. فَلَمَّا فَرَغَ نَزَلَ فَأَتَى النّسَاءَ فَذَكَّرَهُنَّ وَهُوَ يَتَوَكَّأُ عَلَى بِلَالٍ وَبِلَالٌ بَاسِطٌ ثَوْبَهُ يُلْقِي فِيْهِ النّسَاءُ الصَّدَقَةَ. قُلْتُ لِعَطَاءٍ: زَكَاةَ يَوْمِ الْفِطْرِ؟ قَالَ: لَا وَل?كِنْ صَدَقَةً يَتَصَدَّقْنَ حِينَئِذٍ تُلْقِي فَتَخَهَا وَيُلْقِيْنَ. قُلْتُ اَتُرَى حَقًّا عَلَى الْاِمَامِ ذ?لِكَ وَ يُذَكّرُهُنَّ؟ قَالَ: اِنَّهُ لَحَقٌّ عَلَيْهِمْ، وَمَا لَهُمْ لَا يَفْعَلُوْنَهُ. البخارى 2: 9
Dari ibnu Juraij, ia berkata : 'Atho' mengkhabarkan kepadaku dari Jabir bin 'Abdullah, ia mengatakan bahwa Jabir berkata : Nabi SAW melaksanakan shalat hari raya 'Iedul Fithri, yang mula-mula beliau lakukan adalah shalat, kemudian berkhutbah. Setelah selesai khutbah, beliau turun lalu datang ke tempat para wanita,, beliau memberikan nasehat, mengingatkan mereka dengan berpegang pada Bilal, sedangkan Bilal membentangkan kainnya, dan para wanita lalu memberikan shadaqahnya. (Ibnu Juraij berkata). Aku bertanya kepada 'Atho', "Apakah yang mereka berikan itu zakat fithrah ?". Ia menjawab, "Bukan, tetapi shadaqah yang para wanita bershadaqah pada waktu itu. Ada wanita yang memberikan gelangnya, dan mereka para wanita memberikan shadaqahnya". (Ibnu Juraij berkata) : Aku bertanya (kepada 'Atho'), "Apakah kewajiban imam melakukan demikian itu, memberi nasehat kepada para wanita ?". ('Atho' menjawab), "Ya, itu adalah kewajiban mereka, tetapi entah mengapa mereka sekarang tidak melakukannya". [HR. Bukhari juz 2, hal. 9]

عَنْ سَعِيْدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص صَلَّى يَوْمَ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُصَلّ قَبْلَهَا وَلَا بَعْدَهَا ثُمَّ اَتَى النّسَاءَ وَمَعَهُ بِلَالٌ فَاَمَرَهُنَّ بِالصَّدَقَةِ فَجَعَلْنَ يُلْقِيْنَ تُلْقِي الْمَرْأَةُ خُرْصَهَا وَسِخَابَهَا. البخارى 2:5
Dari Sa'id bin Jubair, dari Ibnu 'Abbas bahwasanya dahulu Nabi SAW melaksanakan shalat hari raya 'Iedul Fithri 2 reka'at, beliau tidak shalat apapun sebelumnya maupun sesudahnya. Kemudian beliau datang bersama Bilal ke tempat para wanita, lalu beliau menganjurkan mereka untuk bershadaqah, lalu para wanita bershadaqah, ada yang memberikan anting-antingnya, dan ada pula yang memberikan kalungnya. [HR. Bukhari juz 2, hal. 5]

12. Takbir dalam shalat pada dua hari raya
Takbir shalat pada dua Hari Raya (Hari Raya 'Iedul Fithri dan 'Iedul Adha), dilaksanakan dengan 7 kali pada rekaat pertama, dan 5 kali pada rekaat yang kedua sebelum membaca Al-Fatihah.
Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW maupun perbuatan para shahabat.:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ اْلعَاصِ قَالَ:قَالَ نَبِيُّ اللهِ ص: اَلتَّكْبِيْرُ فيِ اْلفِطْرِ سَبْعٌ فيِ اْلاُوْلَى وَ خَمْسٌ فيِ اْلآخِرَةِ وَ اْلقِرَاءَةُ بَعْدَهُمَا كِلْتَيْهِمَا. ابو داود 1:299، رقم: 1151
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash, ia berkata : Nabi Allah SAW bersabda, “Takbir pada (shalat) ‘Iedul Fithri adalah 7 kali di rekaat pertama dan 5 kali di rekaat yang akhir (kedua). Adapun bacaan, sesudah kedua-duanya itu". [HR. Abu Dawud juz 1, hal. 299, no. 1151]

عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدّهِ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص كَبَّرَ فِى اْلعِيْدِ يَوْمَ اْلفِطْرِ سَبْعًا فِى اْلاُوْلىَ وَ فِى اْلا?خِرَةِ خَمْسًا سِوَى تَكْبِيْرَةِ الصَّلَاةِ. الدارقطنى2: 48
Dari 'Amr bin Syu'aib, dari bapaknya, dari kakeknya, bahwasanya Rasulullah SAW bertakbir dalam shalat hari raya 'Iedul Fithri tujuh takbir pada rekaat pertama dan lima takbir pada rekaat kedua, selain takbir (yang biasa dalam) shalat. [HR. Daraquthni, juz 2, hal. 48]

Tentang atsar (perbuatan) para shahabat, diriwayatkan :
عَنْ نَافِعٍ مَوْلىَ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ اَنَّهُ قَالَ: شَهِدْتُ اْلاَضْحَى وَ اْلفِطْرَ مَعَ اَبِى هُرَيْرَةَ فَكَبَّرَ فيِ الرَّكْعَةِ اْلاُوْلىَ سَبْعَ تَكْبِيْرَاتٍ قَبْلَ اْلقِرَاءَةِ وَ فِى اْلآخِرَةِ خَمْسَ تَكْبِيْرَاتٍ قَبْلَ اْلقِرَاءَةِ. مالك فى الموطأ 1: 180
Dari Nafi' maula Abdullah bin 'Umar, bahwa dia berkata, "Aku pernah menyaksikan 'Iedul Adha dan 'Iedul Fithri bersama Abu Hurairah. Maka ia bertakbir di rekaat pertama 7 takbir sebelum membaca, dan di rekaat kedua 5 takbir sebelum membaca". [HR. Malik, di dalam Al-Muwaththa’ juz 1, hal. 180]

عَنْ عَطَاءٍ قَالَ: كَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ يُكَبّرُ فيِ اْلعِيْدَيْنِ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ تَكْبِيْرَةً. سَبْعٌ فيِ اْلاُوْلىَ وَ خَمْسٌ فيِ اْلآخِرَةِ. البيهقى 3: 289
Dari 'Atha', ia berkata, "Adalah Ibnu 'Abbas bertakbir di dua Hari Raya 12 takbir, yaitu 7 di rekaat pertama dan 5 di rekaat yang kedua". [HR. Baihaqi juz 3, hal. 289]

13. Bacaan takbir hari raya
Bacaan Takbir pada hari Raya yang bersumber dari shahabat Umar dan Ibnu Mas'ud adalah :
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لَا اِل?هَ اِلَّا اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ،اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّ?هِ اْلحَمْدُ. فى نيل الاوطار 3 :358، فقه السنة 1: 275
(Alloohu Akbar, Alloohu Akbar, Laa ilaaha illalloohu walloohu Akbar Alloohu Akbar wa lillaahil-hamdu).
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tidak ada Tuhan (yang sebenarnya) melainkan Allah, dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar dan kepunyaan Allah-lah segala pujian. [Dalam Nailul Authar juz 3 hal. 358, Fiqhus Sunnah juz 1 hal. 275]

14. Ucapan pada hari raya
Para shahabat Nabi SAW jika bertemu di antara mereka pada Hari Raya, mereka mengucapkan :
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَ مِنْكُمْ
"Semoga Allah menerima amalan kami dan amalan kalian".
Jubair bin Nufair meriwayatkan :
كَانَ اَصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ ص اِذَا تَلَقَّوْا يَوْمَ اْلعِيْدِ يَقُوْلُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَ مِنْكُمْ. جبير بن نفير
Dahulu para shahabat Rasulullah SAW apabila mereka bertemu pada Hari Raya, satu dengan yang lain saling mengucapkan, “Taqobbalalloohu minnaa wa minkum”. [Jubair bin Nufair]

15. Menentukan awwal bulan dengan Ru’yah (melihat hilal/bulan sabit)
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, kita ketahui bahwa perhitungan hari/bulan Qamariyah itu dimulai berdasarkan Hilal, dimana saat itu terjadi ketika mula-mula matahari mendahului tenggelamnya bulan, sehingga saat matahari sudah tenggelam masih kita lihat bulan sabit di ufuq barat. Hal ini perlu kita ketahui karena erat sekali hubungannya dengan kapan kita memulai puasa Ramadlan, dan kapan kita menghakhirinya, dan juga ibadah-ibadah yang lain yang terkait dengan tanggal/bulan, misalnya puasa tasu'a dan 'asyuraa, ibadah hajji dan lain-lain.
Rasulullah SAW menuntunkan kepada kita cara untuk mengetahui pergantian bulan satu kepada bulan berikutnya, sebagai berikut :

عَنْ سَعِيْدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا رَاَيْتُمُ اْلهِلَالَ فَصُوْمُوْا وَ اِذَا رَأَيْتُمُوْهُ فَاَفْطِرُوْا، فَاِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَصُوْمُوْا ثَلَاثِيْنَ يَوْمًا. مسلم 2: 762
Dari Sa’id bin Al-Musayyab, dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kalian melihat hilal, berpuasalah, dan apabila kalian melihatnya (lagi), berbukalah. Maka apabila mendung (menghalangi kalian), berpuasalah tiga puluh hari. [HR. Muslim juz 2, hal. 762]

عَنْ مُحَمَّدٍ وَ هُوَ بْنُ زِيَادٍ عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَ اَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ، فَاِن غُمّيَ عَلَيْكُمْ فَاَكْمِلُوا اْلعَدَدَ. مسلم 2: 762
Dari Muhammad yaitu Ibnu Ziyad, dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah karena melihatnya. Dan jika mendung (menghalangi) kalian, maka sempurnakanlah hitungan (bulan menjadi 30. [HR. Muslim juz 2, hal. 762]

عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ قَالَ: سَمِعْتُ اَبَا هُرَيْرَةَ رض يَقُوْلُ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَ اَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ، فَاِنْ غُمّيَ عَلَيْكُمُ الشَّهْرُ فَعُدُّوْا ثَلاَثِيْنَ. مسلم2: 762
Dari Muhammad bin Ziyad, ia berkata : Aku mendengar Abu Hurairah RA berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Berpusalah kalian karena melihat hilal, dan berbukalah karena melihatnya (hilal). Maka jika mendung menghalangi kalian, hitunglah bulan itu tiga puluh hari. [HR Muslim juz 2, hal. 762]




~KEEP CALM & HAPPY IED MUBARAK~


  

Read more...
separador

Followers