Monday, June 26, 2017

BANGKRUT

Jamaah facebook, twitter yang berbahagia. Ketahuilah, ada istilah bangkrut yang menarik sekali di dalam agama kita.

Apa itu “bangkrut”? Bukan bangkrut tak ada hepeng, nelangsa.
Melainkan adalah orang2 yg sebenarnya membawa pahala shalat, puasa, zakat, dll. Tapi karena dia suka sekali mencaci orang lain, berkata buruk ttg orang lain, menuduh, dll, akhirnya kelak saat hari perhitungan, untuk membayar tabiat buruk ini maka diambillah pahala kebaikannya, dibayarkan kepada orang yang dia jahati dulu. Apesnya, habis pahalanya diambil, tetap tidak sebanding, tidak terbayar, maka diambillah dosa-dosa orang yang dia jahati, diberikan ke dia sebagai gantinya. Bangkrut sudahlah dia, tidak punya pahala, malah ketimpaan dosa, minus seminus-minusnya timbangan dia.

Jamaah facebook wal twitteran yang dirahmati Allah. Berhati-hatilah dengan apa yang kita retweet, share, mention, dll di media sosial ini. Betul, itu kadang sepele, tapi implikasinya bisa mengerikan.

Misal, kita lagi benci dengan si Agus, tiba2 ada tweet yang menulis, “Si Agus ternyata punya panu di pantat”. Saking bencinya kita, tanpa cek dan re-cek, kita ikutan retweet, share, maka kemana-mana sudahlah itu tulisan, “Si Agus ternyata punya panu di pantat”. Padahal itu bohong belaka. Kita memang bisa minta maaf, bisa. Juga bisa tobat. Tapi sekali dilepas tweet itu tadi, gaungnya terlanjur jauh sekali. Ribuan orang, puluhan ribu orang, bahkan jutaan orang terlanjur percaya soal panu di pantat si Agus. Yang kalau lihat si Agus, mereka bergumam, “ah, si Agus ini ada panunya, loh”. Tidak sesederhana maaf yang kita minta. Sungguh, maaf tidak bisa menganulir begitu sajakerusakan yang terjadi. Itu semua kelak akan diperhitungkan.

Jamaah facebook wal twitteran yang insya Allah semua bercita-cita masuk surga. Maka berhati-hatilah dengan apa yang kita lemparkan di media sosial ini. Karena boleh jadi, itu kelak akan membuat kita bangkrut. Daripada rese, penuh benci, perbanyaklah posting yang bermanfaat. Yang boleh jadi, menjadi jalan bagi kebaikan kelak. Hal-hal yang sekiranya tidak perlu dikomentari, mending didiamkan saja. Hal-hal yang belum jelas kebenarannya, belum tahu validitas faktanya, mending dilupakan saja.

Demikianlah. Akhirulkalam, sebagai klarifikasi ketahuilah, si Agus memang tidak ada panu di pantat-nya. Eh? Maaf, ngelantur. Tulisan ini serius sekali awalnya, saya nulisnya sambil deg-deg-deg-an introspeksi, jangan2 kita adalah bagian yang kelak akan bangkrut, maka jadilah contohnya begitu. Biar sedikit ringan. Semoga kalian tidak fokus soal panu-nya, melainkan fokus pada: NGERI menjadi orang2 yang bangkrut.

*Tere Liye

separador

0 comments:

Post a Comment

Followers