Friday, October 25, 2019

Kado Istimewa dari Allah (Anniversary ke-3)

Ada yang lagi ulangtaun di bulan Oktober ini?
Angkat tangan! ☝️😁
Atau mungkin bulan ini ada yang merayakan hari jadi, yang bahasa keren nya tu eniverseri?
Cung! ☝️😒

Kalo denger kata ulang taun, anniversary, hari jadi, pasti kepikiran juga dengan kata "kado" alias "hadiah". Biasanya kan kalo ulang taun, trus dikasih kado, ucapan selamat, doa, dan harapan2. Ada yang pake dirayakan, ada yang biasa aja, seolah hari itu sama kayak hari2 lainnya. Ga special. 😐

Tau gak?
Bulan ini adalah 3 taun usia pernikahanku. Gak ada ucapan selamat. Gak ada perayaan. Bahkan, suamiku sendiri pun telat menyadari kalo tiga taun silam dia berucap janji suci, menjabat tangan bapakku, disaksikan dua orang laki2, trus para tamu bilang "saah", di hari itu. 😒

Suamiku mah gitu. Sering gak inget hari2 yang dianggap spesial oleh istrinya. Hari ulangtaunnya sendiripun sering lupa. Tapi gak pernah lupa kalo soal urusan ngasih nafkah sama minta jatah. Wkwkwk. 😜

Aku bukan mau curhat soal suamiku yang lupa hari spesial kami. Bukan. Lebih dari itu, di hari (yang aku anggap spesial) ini, di usia 3 tahun pernikahan ini, kami dapet 3 kado istimewa dari Allah hlo. ☺

Kok bisa? 😮

Kado apa? 🙄

Pertama. Warung makan (chicken steak & ayam kremes) yang dilahirkan suamiku 7 bulan lalu, di bulan ini harus tutup usia. Tutup selamanya. Se-la-ma-nya. Warung junior yang kami harapkan sebagai "tambahan" penghasilan itu, kini diberhentikan oleh Allah. Termasuk juga warung makan senior (mie ayam bakso) yang selama ini menopang perekonomian keluarga kami, terpaksa gak bisa beroperasi selama 3 bulan ini. Ternak murai yang dirintis sejak awal nikah dulu, kini berakhir di tangan pembeli. Burung penghasil pundi2 itu harus dijual semua demi untuk "menambal" suatu hal. 

Kedua. Sehari setelah suamiku inget hari jadi kami, dia ngasih kabar kalo kontrak kerjanya gak diperpanjang lagi. Alias suamiku udah gak kerja di pabrik itu lagi. Gaji yang nominalnya "pasti" dan rutin diterima tiap bulan oleh suami, kini di-cut oleh Allah. 

Ketiga. Dikarenakan oleh suatu hal, udah 3 bulan ini juga suamiku dipisahkan dari istrinya (aku) dan anaknya (Jasmine). Dipisahkan dalam artian pisah secara fisik. Berasa mengalami LDR lagi. Aku jadi baper ih, terkenang waktu aku masih kerja di Nganjuk dulu. Jarang ketemu. 

🎵Aku di sini dan kau di sana

🎵Hanya punyai iman yang sama

🎵Namun ku slalu menunggu saat kita akan berjumpa

🎵Meski kau kini jauh di sana

🎵Kita menghadap kiblat yang sama

🎵Jauh di mata namun dekat di doa

Ketiga kado itu diberikan oleh Allah di waktu yang tepat (menurut Allah). Iya. Kado itu diberikan kepada kami di saat kami butuh banyak banget biaya, di waktu kami butuh kebersamaan untuk saling menguatkan, dan di kala kami sangat kebingungan apakah kami mampu menerima semua kado itu dalam waktu bersamaan.

Dari situ, aku dan suami jadi makin memahami bahwa kado tak selalu terbungkus dengan indah, termasuk kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup ini, karena terkadang Allah membungkusnya dengan berbagai masalah.

Positif thinking aja. Pasti ada alasan dibalik itu semua, Allah udah siapkan sesuatu yang jauh lebih indah dan pantas buat kami di depan sana. Misalnya :

Sapa tau besok kalo warung mie ayam baksonya udah mulai beroperasi lagi, jadi makin tambah rame pelanggan, bahkan bisa buka cabang 😊

Siapa tau suatu saat nanti burung suami mulai berkicau lagi, membahana menghiasi rumah kami. Maksudku, burung murai seperti yang dulu pernah diternak oleh suamiku. Jangan mikir yang aneh2 deh 🐦🏘😒

Sapa tau dengan LDR begini, aku dan suami jadi makin mengerti arti "kangen" dan "sabar". And the time we spent apart will make our love grow stronger🤗

Sapa tau besok kalo kami udah bisa tinggal serumah lagi dan suami kerjanya full di rumah, jadi makin banyak kesempatan buat kami bersenang senang 😚

Sapa tau rejeki yang sering dinilai sebagai duit dan harta benda, akan diganti oleh Allah berupa hadirnya bayi mungil, lucu, nan tamvan 👶🤭🙊

Sapa tau, di antara kalian ada yang senang denger kabar kami dapet 3 "kado" itu dari Allah dan lantas "ngrasani" tentang pencapaian kami selama ini. Gak apa2. Justru kami juga seneng. Kenapa? Karena dengan kalian ngrasani kami, itu artinya kalian transfer pahala ke kami. Kan lumayan buat tambah2 beli tiket ke surga nanti 😆😜

***

Buat my lovely ipel2 and uyelable husband, untuk masa2 sulit kita, biarlah Allah yang menguatkan kita. Tugas kita adalah memastikan jarak antara kita dan Allah tak pernah jauh. ☺

Gak perlu khawatir soal rejeki, karena Allah menjamin semua makhluk ada rejekinya. Tugas kita adalah ikhtiar dan doa. Aku tau kalo kau lebih paham soal itu. Bahkan, ada banyak orang yang direwangi ikhtiar kerja dari pagi sampe petang, katanya demi "mencari rejeki." Mungkin mereka lupa kalo :

Kesehatan itu rejeki

Ketenangan itu rejeki

Kebahagiaan itu rejeki

Punya waktu luang itu rejeki

Gak punya utang itu rejeki

Bisa datang ke pengajian itu rejeki

Bisa sholat tepat waktu itu rejeki

Punya anak sholih sholihah itu rejeki

Dikelilingi oleh orang2 baik itu rejeki

Bisa silaturahim dengan teman2 itu rejeki

Bisa hijrah dan lebih dekat ke Allah itu rejeki

Lalu, rejeki yang seperti apa yang kita dicari, sampe kita lupa dengan Sang Pemberi Rejeki?

Uang memang bukan jaminan membuat kita bahagia, kalo.... uangnya gak berada di dompet kita. Wkwkwk 😜 


Read more...
separador

Monday, October 21, 2019

DOA MAU BOBOK

"Bismika Alloohumma ahyaa wa bismika amuut"

Pernah dengar lafal doa itu?
Pasti tak asing lagi di telinga kita kan?
Tebak, itu doa apa?

Yup! Betul. 😀👍
Itu doa yang kita baca kalo mau beranjak tidur. Dan tentunya doa itu juga yang kita ajarkan ke anak2 kita. Ya kan, Mak?

Doa yang dulu kita hafalkan sejak di TK. Diajarkan oleh bu guru dan kita baca bareng2 temen, serempak, kompak. Makanya, sampe sekarang pun masih melekat kuat di otak.

Sebagai keluarga muslim, tentu kita harus dekat dengan yang namanya sunnah rosul. Eh, sunah rosul tuh bukan yang ena ena sama suami di malam Jumat. Bukan! 😒 Itu malah gak ada tuntunannya dari Rasulullah. Sunnah  yang betul2 diajarkan oleh Nabi SAW-lah yang harus kita kerjakan dan ajarkan ke anak2 kita. 🤗

***

Tiap malem, ada ritual sebelum tidur yang harus dikerjakan oleh anakku. Biasanya sekitar jam 9, kutemani dia ke kamar mandi buat pipis, juga gosok gigi.
Setelanjutnya adalah ritual nenen bobok. Dia minta nenen sambil tiduran dan biasanya sampe anaknya ketiduran. Semoga besok pas proses sapih, dia ga kesulitan berpamitan sama ritual nenen malem2 ini. Aamiin... 🤲

Kalo mau bobok, hendaknya berdoa dulu kan ya?

👩 : Ayo Jasmine berdoa dulu.
👧 : (ngenyut nenen)
👩 : Alloohumma... Ikuti mama.
👧 : (masih ngenyut nenen, sambil liatin muka emaknya)
👩 : Bismika... Ikuti mama, Jasmine.
👧 : (masih tak bergeming)
👩 : Ahyaa wa amuut...
👧 : 😁😁 (eh, dia malah ketawa)

Trus lanjut nenen lagi seperti semula.

Entah kenapa tiap kali Jasmine denger kalimat "ahyaa wa amuut", dia mesti ketawa. 😬

BTW, itu doa mau boboknya kok kebalik balik lafalnya yak? Apa gak keliru itu, Mak? 😳🤔 (kalian nyadar gak sih ada yang ga lazim dari "doa mau tidur" yang aku ajarkan ke Jasmine barusan?)

"Alloohumma bismika ahyaa wa amuut"

***

Mahmuda nan sholihah sekalian, inilah yang mau aku bahas. Di atas tadi kan aku udah bilang kalo kita harus betul2 nyunnah sesuai yang Nabi SAW ajarkan. Nah, sekarang, pertanyaannya adalah, doa mau tidur yang seperti apakah yang diajarkan oleh Rasulullah?

Ternyata eh ternyataaa... Ada banyak versi bacaan doa mau tidur yang diajarkan oleh Nabi kita hlo, Mak.
Baru tau ya?
Sama!
Eike juga baru tau belum lama ini... 😅

🌷🌷🌷
Dari Hudzaifah, ia berkata : Adalah Nabi SAW apabila beranjak ke tempat tidur beliau berdoa Alloohumma bismika ahyaa wa amuut (Ya Allah, dengan nama-Mu kami hidup dan kami mati). Dan apabila bangun pagi beliau berdoa Alhamdu lillaahil-ladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilaihin-nusyuur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya kami kembali). [HR. Bukhari juz 8, hal. 169]

Aku ngajarin Jasmine doa mau tidur pake dalil yang itu, Mak. Hadits Bukhari sudah pasti sahih, gak diragukan lagi. Ada lagi yang dari Bukhari dengan lafal sedikit berbeda, seperti ini :

🌸🌸🌸
Dari Hudzaifah RA, ia berkata : Adalah Nabi SAW apabila hendak tidur di waktu malam, beliau meletakkan tangannya di bawah pipinya lalu berdoa, “Alloohumma bismika amuutu wa ahyaa” (Ya Allah, dengan nama-Mu aku mati, dan aku hidup)”. Dan apabila bangun tidur, beliau berdoa, “Alhamdu lillaahil-ladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilaihin-nusyuur” (Segala puji bagi Allah, yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah kami kembali”. [HR. Bukhari juz 7 hal. 147]

🌻🌻🌻
Dari Hudzaifah, ia berkata : Adalah Nabi SAW apabila hendak tidur, beliau berdoa, “Bismikalloohumma amuutu wa ahyaa” (Dengan nama-Mu ya Allah aku mati, dan aku hidup)”. Dan apabila bangun tidur, beliau berdoa, “Alhamdu lillaahil-ladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilaihin-nusyuur” (Segala puji bagi Allah, yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah kami kembali”. [HR. Bukhari juz 7 hal. 150]

🌹🌹🌹
Dari Abu Dzarr ia berkata : Adalah Nabi SAW apabila hendak tidur di malam hari beliau membaca, “Bismika namuutu wa nahyaa” (Dengan nama-Mu kami mati dan kami hidup). Dan apabila beliau bangun, membaca, “Alhamdu lillaahil-ladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa  ilaihin-nusyuur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan kepada-Nya kami kembali)”. [HR. Bukhari juz 8, hal. 169]

Selain hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, ada hadits riwayat Muslim yang juga terkenal sahih. Seperti ini :

🌺🌺🌺
Dari Baraa’ bahwasanya Nabi SAW apabila berangkat tidur, beliau berdoa, “Alloohumma bismika ahyaa wa bismika amuut” (Ya Allah dengan nama-Mu aku hidup, dan dengan nama-Mu aku mati)”. Dan apabila bangun tidur, beliau berdoa, “Alhamdu lillaahil-ladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilaihin-nusyuur” (Segala puji bagi Allah, yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya kami kembali”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2083]

***

Dari sekian macam lafal doa mau bobok, ada gak yang sama persis seperti lafal yang biasa kita ucapkan? 🙂

Ternyata gak ada 😮😳

Itu berarti, doa mau bobok yang selama ini kita pahami gak sesuai dengan tuntunan Nabi SAW dong? Astagfirullah... 😧😨

Sebenernya, lafal doa itu bebas mau seperti apa dan mau pake bahasa apa. Toh, tanpa kita lafalkan aja Allah juga udah tau. Ya kan? Tapi, untuk doa yang udah dituntunkan Nabi SAW, kita gak perlu bikin lafal sendiri ya, Mak. Ikuti aja apa yang udah Nabi ajarkan. 😊

👩 : Ayo Jasmine baca doa dulu.
👧 : (ngenyut nenen)
👩 : Alloohumma...
👧 : Ahyaa wa amuut.
👩 : Alloohumma dulu Jasmine. Ikuti mama, Allohumma bis...
👧 : Ahyaa wa amuut.
👩 : Nanti Jasmine, bismika-nya belum. Allohumma bismika ah...
👧 : Ahyaa wa amuut.
👩 : 🤦🏻‍♀

Yuk, Mak! Ajarkan anak2 kita sunnah2 Nabi sedari kecil. Ingat prinsip 3 M.
😊 Mulai dari hal2 kecil
😊 Mulai dari diri sendiri (keluarga)
😊 Mulai dari sekarang

Read more...
separador

Monday, October 14, 2019

JANGAN GAK BOLEH NO NO NO NO

"Jangan lari lari!"
"Jangan lompat lompat di sofa!"
"Jangan muter muter kek gitu!"
Dan berbagai jenis jangan lainnya. Ada jangan gori, jangan asem, jangan bening, jangan sop, jangan bobor. Wkwkwk 😁😜

Selain kepiawaiannya masak "jangan", para mamak pada umumnya juga ceplas ceplos nglontarin kata "JANGAN", terutama mamak2 beranak balita. Tegas, lugas, tanpa tedeng aling aling, dan dengan gaya spontanitas. Iya apa iyes?😁

Termasuk aku. Hahaha. 😆
Iya. Dulu, aku juga sering men-jangan anakku. Terutama karena sesuatu yang menurut pengelihatanku, sesuatu itu akan membahayakan anakku. Aku khawatir, takut anakku kenapa2. 😨😱

Contohnya, pas anakku lagi mengalami fase oral, dia kan jadi suka ngemut2 tuh, suka koloh2, semua yang ada di tangannya dia masukin ke mulut. Entah itu tangannya sendiri, entah itu mainan, entah itu kerikil nemu di jalan, pakan burung yang jatoh di lantai trus dia pungut, atau bahkan taiknya burung sekalipun, dia masukin juga dah itu ke mulut. Namanya juga masih kecil, belum bisa bedain mana makanan, mana taik. Dia nglakuin itu juga karena penasaran, pingin tau, kek gimana sih rasanya. Makanya, automatically, apa yang terlihat oleh mataku, langsung diteruskan ke otak, direspon oleh otak, otak memerintahkan ini mulut buat bilang "JANGAN!"

Kejadian tak terduga memang membuat panik dan khawatir berlebihan. Ya namanya juga spontan uhuy. Tanpa pikir panjang kek yang...
"Aduh, anakku nemu benda apa itu? Oh, ternyata taik burung. Eh, hlo, kok dimasukin ke mulutnya? Bakalan dikunyah ato dilepeh ya itu taik?"
Kan ga begitu mekanismenya...

Permasalahannya adalah, terkadang (kalo aku sering sih, hehehe), kita melarang, bilang "jangan" ke anak kita yang masih kecil indil indil itu, tanpa ngasih penjelasan kenapa kok dilarang, pun tanpa diberi solusi. Mungkin tanpa sadar kita beranggapan "ah, anak kecil ini, mana ngerti." Kek yang tadi aku bilang "anak kecil mana bisa bedain mana makanan, mana taik."

Padahal nih ya, anak kecil juga butuh penjelasan dari sudut pandangnya sendiri. Anak perlu diajak berdialog. Dan aku yakin, dia bakalan ngerti, dia bakalan paham apa yang mamaknya larang. Memang bukan saat itu juga dia akan berhenti dari apa yang mamak larang, tapi kalo dia terbiasa dingertiin kenapa dilarang, lalu dikasih solusi, lama kelamaan dia akan ngikutin ritmenya. Karena pemikiran dan tingkah laku anak terbentuk dari cara orangtua berdialog dengannya. Orang tua perlu memperlihatkan sosok yang dapat membaca hati anak dan sabar menunggu.

Kalo nurut ilmu parenting, ga baik juga kan kalo kita keseringan bilang JANGAN GA BOLEH NO NO NO NO ke anak. Para mamak pasti juga udah paham soal ini. Katanya, anak yang sering dilarang larang, itu akan menurunkan daya kreativitasnya dan tingkat kepedeannya. Daripada dibombardir dengan kata "jangan" sebaiknya diubah menjadi kalimat positif tanpa "jangan"

Contohnya :
"Jangan lompat2 di sofa!", lebih baik diganti dengan "Lompat2nya di luar aja ya, sofa itu buat duduk"
Atau...
"Jangan lempar2 makanan! Kalo dibuat main terus, mama ringkes ya makanannya!", lebih baik diganti dengan "Adek suka main lempar2 ya. Tapi sekarang kan lagi jam makan. Ga baik makanan dilempar lempar. Kalo Adek udah ga mau makan, mama beresin semua piringnya. Nanti kita main lempar2 bola aja yaa"
Dan aku yakin, si anak ga bakal mau berhenti dari keseruannya lompat2 di sofa atau lempar2 makanan. Wkwkwk 😜

Pernah ga praktekin kek gitu ke anak? Gimana rasanya, Mak?
Suliiiitt...
Sulit bukan berarti ga bisa dicoba kan? 😉

Kalo masih merasa kesulitan dan belum bisa move on dari JANGAN GAK BOLEH NO NO NO NO, coba posisikan diri kita sebagai pemeran utama pada setiap tingkah yang dilakukan anak. Lihat juga dari sudut pandang si anak. Betapa serunya manjat2, ada rasa kepuasan tersendiri setelah berhasil naik, meskipun dia ga ngerti resiko akan tingkahnya itu. Sampe di sini bingung? Wkwkwk 😜

Gini...
Misal mamak tiba2 nglihat anaknya (yang lagi seneng2nya manjat) berusaha naik2 motor matic, naluri seorang ibu kan khawatir kan ya? Takut anaknya jatoh. Mungkin, kebanyakan mamak akan bilang kek gini ke anaknya
"Jangan manjat2 motor, ayo turun!"
atau...
"Adeeekk, turun, jatoh hlo nanti!"
atau malah talk less do more, langsung  action, gercep narik anaknya buat turun dari motor.
Cung yang ke gitu! ☝️😁

Kalo aku nih ya (boleh dicontoh, kalo mau). Ini caraku ngatasi tingkah polah anak yang kelihatan membahayakan dirinya. Dengan catatan saat aku lagi kondisi goodmood. Jangan ditanya gimana kalo pas kondisiku badmood. Akan lain ceritanya. Spontanitas terkadang juga diperlukan. Wkwkwk 😜

Caranya... Aku deketin anakku yang udah berhasil nangkring di motor. Tetap dengan kata larangan berupa JANGAN. Ku bilang "Jasmine jangan naik2 motor sendirian ya, mama takut kalo nanti Jasmine jatoh, bugh! Sakit... Mama jadi sedih...😟 Jasmine main di sana aja yaa"
Ngomong kek gitunya harus pake ekspresi muka yang disedih sedihkan, trus pake improvisasi peluk2 Jasmine, sambil menggiringnya menyingkir dari motor.

Di situlah aku berasa jadi pemeran utama. Aku curhat ke anakku soal apa yang aku lihat dan apa dampaknya bagi dia dan bagi perasaanku. Dan menurutku, cara ini bisa buat menumbuhkan rasa empati anak terhadap orang lain juga.

Polanya : larangan, alasan kenapa dilarang, dampaknya, kalo perlu dikasih solusi.

Larangan >> jangan naik2 motor sendirian
Alasan >> karena kemungkinan bisa terjatoh
Dampaknya >> Jasmine bisa sakit, mama jadi takut dan sedih (ini poin pentingnya)
Solusi >> main di tempat lain

Buatku dan Jasmine, pake cara kek gitu sejauh ini lumayan ngefek sih. Jasmine mau turun dari motornya dan main di tempat lain karena dia ga mau jatoh dan sakit, juga ga mau lihat mamanya khawatir dan sedih. Atau kalopun dia masih kekeuh pingin main di motor dan ga mau turun, setidaknya dia jadi ga takut2, lebih mantap dan pede naik2 motornya. Wkwkwk 😜
Kan efeknya baik juga, meningkatkan kepercayaan diri si anak. 😁 (ini sih pembelaan emaknya aja). Tapi tetap dalam pengawasan ya, Mak.

Kalo cara yang tadi masih kesulitan buat diterapkan, pingin cara yang simpel tapi hasilnya bukan kaleng2, cara yang lebih efektif ngasih tau ke anak supaya dia "mau begitu" atau "jangan begini", bisa pake cara sounding. SOUNDING. Apaan itu, Mak?

Sounding tu ibarat kek mantra jampi2. Sugesti kalo bahasa ilmiahnya. Tapi bukan sugesti biasa, karena harus dilakukan di pikiran bawah sadar anak biar bisa diterima dengan baik dan mengubah perilakunya. Karena, 88% pikiran bawah sadar lah yang berperan membentuk perilaku seseorang. Sisanya, yang 12% perilaku dikendalikan oleh pikiran sadar.

Nah, the next question adalah, kapan pikiran bawah sadar itu aktif?
Yaitu pas anak lagi asyik2nya fokus sama sesuatu. Atau 5 menit sebelum anak tidur pules, atau pas dia tidur tapi belum terlalu lelap. Tandanya, waktu disounding si anak masih bereaksi, tapi ga menyadari apa yang sedang terjadi. Kalo anak udah terlanjur tidur pules, atau kondisi anak sadar sesadar sadarnya, sounding ini ga akan mempan.

Misal pas anaknya lagi asyik main hape. Coba deh dijampi jampi deket telinganya, pake kata2 yang positif yang tujuannya biar si anak melakukan apa yang diperintahkan. Semakin anak ga sadar emaknya lagi ngomong, itu berarti dia makin masuk ke pikiran bawah sadarnya.

Kalo aku dulu, saat Jasmine giginya baru ada 8 biji, tiba2 dia ga mau gosok gigi (kemungkinan karena trauma dipaksa gosok gigi sama utinya, hehehe). Tiap kali nenen mau bobok, aku ngajak ngobrol Jasmine di sela2 pengenyutan nenen. Bahas soal pentingnya gosok gigi, akibatnya kalo ga gosok gigi, dan serunya gosok gigi sendiri (dengan bahasa yang ringan dan santai tentunya, ga perlu lah pakai data ilmiah segala). Ngajak ngobrolnya mulai dari dia masih melek hingga lama kelamaan ga direspon sama dia karena dia fokus ngenyut sampe ketiduran. Emaknya tetep aja nyrocos kek kereta. Wkwkwk 😜
Ritual jampi2 kek gitu terjadi terus menerus sampe giginya Jasmine berjumlah 12 biji. Tiba2 suatu hari, anaknya mau gosok gigi dengan sukarela dan sukacita. Bahkan, sekarang giginya ada 16 biji, maunya dia sendiri yang pegang sikatnya. MasyaAllah...

Istilah SOUNDING itu aku baru ngerti dari chattingan para mamak di grup WA yang aku ikuti. Trus ga sengaja juga nemu tulisan tentang "sounding" di kertas bekas yang dipake buat corat coret anakku. Dalam benakku "Ooh, begini to yang disebut sounding". Ternyata aku udah praktekin sebelum aku tau kalo cara itulah yang disebut dengan istilah sounding. Hahaha 😆

Dan katanya, sounding bisa diterapin ke anak yang masih newborn juga hlo. Amazing kan? Misal baby newborn nya masih belum bisa beradaptasi dengan puting ibunya karena suatu alasan, maka si baby bisa disounding, disemangati biar makin pinter nenennya. InsyaAllah akan lebih cepat dia mampu beradaptasi dan nenen tanpa hambatan.

Karena apa yang aku ingin anakku lalukan udah tercapai (mau gosok gigi), sekarang ganti keinginanku yang lainnya. Satu keinginan terpenuhi, keinginan yang lain menanti. Manusia memang ga pernah puas kan ya. Dasar aku! Wkwkwk. 😜

Aku ingin anakku besok disapihnya gampang. So, kalo aku lagi ngelonin anakku yang habis mandi pagi trus ritual mau bobok lagi, pas dia udah merem tapi belum pules, aku jampi2 lah dia. Kubilang "Jasmine... Anak mama yang cantik nan kintung2... Besok kalo udah umur dua tahun udah ga nenen lagi yaa... Nenen nya udah khatam, udah selesai. Jasmine ganti mimik air putih aja yaa, atau mimik teh juga boleh. Mimik susu sapi mooo... Mimik jus, es sirup, es krim. Yaa... Meskipun udah ga nenen lagi, mama tetep sayang sama Jasmine... Nenen sebelum boboknya diganti baca buku aja yaa. Jasmine anak mama kintung giyung..."

Berhasil ga?

Ya belum tau hasilnya lah. Kan masih proses. Wkwkwk 😜

Hasilnya, tunggu besok pas Jasmine memasuki fase sapih. Akankah dia jadi mudah disapih atau tetep sulit seperti pada umumnya? Masih ada waktu sekitar 5 bulanan lagi untuk umurnya genap dua taun. Perlu diingat, hasil dari cara sounding ini ga instant, Mak. Bukan kek di tipi2 itu, yang purak2nya menghipnotis orang, disuruh tidur, trus diintrogasi. Bukan kek gitu.

Selain diterapin ke anak, bisa juga ke suami. Jadi pas suami lagi fokus nonton pertandingan bola di tipi, misalnya. Sounding aja terus. Pepet terus kupingnya dengan kata2 positif yang emak pengeni dari suami. Dan ini ngefek juga ke suamiku. Soalnya, aku sering curhat tentang "jangan main hape saat momong anak" itu pas suamiku dalam kondisi liyer2 dan tau2 bablas. Ketiduran. Sampe ngorok2. Settdah! Istrinya lagi ngomong, lagi curhat, malah ditinggal tidur.

Eitz! Jangan keburu marah ya Mak. Justru kalo ditlateni, kondisi kek gitu, bisa membuat terwujudnya keinginan mamak terhadap suami hlo. Buktinya, aku merasakan perbedaan sikap suami, di waktu senggangnya, dia jadi lebih sering main sama anaknya daripada main sama hapenya, dan tentu saja malemnya gantian "main" sama istrinya. Wkwkwk 😜

Kalo kata bidanku mah, ada tiga kunci suksesnya nglakuin sesuatu. Ikhlas, sabar, dan telaten. Itu!

Kalo mamak2 ga percaya, buktikan aja sendiri. For further information, silakan googling aja. SOUNDING. Manfaatin hape jangan cuma buat peredam kerewelan anak. Gunakan hapenya buat nambah pengetahuan juga.

Aku bukan pengamat psikis anak, juga bukan pakar parenting. Aku cuma seorang ibu yang bercerita soal anak gadisnya dengan segala tingkah polahnya. Setiap ibu menganut ilmu parentingnya masing2 buat diterapin ke anak2nya. Enjoy your motherhood. Just be good and happy mom!

Lah, ternyata panjang juga ya ceritaku 😆
Padahal niatan semula aku cuma pingin cerita soal kelakuan anakku pas aku lagi nyuci. Baru ditinggal ambil hanger bentar, anaknya udah jadi berubah posisi. Semula main mancing ikan2an di ember kecil miliknya, sekarang dia nyemplung di ember bersama cucian emaknya. Duh Dek! 😅

Read more...
separador

Wednesday, October 2, 2019

Aku Selingkuh

Pihak ketiga dalam sebuah hubungan memang sebuah hal yang gak pernah diinginkan siapa pun. Tapi, perselingkuhan memang mudah terjadi entah dalam rumah tangga atau dalam pacaran. Bahkan, dalam dunia pengasuhan anak pun. Iya. Secara gak sadar (ini kondisi yang jarang sekali) dan dalam kondisi sadar sesadar sadarnya, aku sudah selingkuh dari anakku. Baik secara sembunyi sembunyi maupun terang terangan.

Kok bisa?

Sebagai emak emak modern, dalam pengasuhan anak, tentu tak lepas dari yang namanya GADGET. Ya kan? Dimanapun, kapanpun, pasti selalu ditemenin gadget, terutama hape. Saat aku lagi nenenin anak, sambil scroll scroll hape. Saat aku lagi nemenin anak main, fokusku terbagi dua ke hape. Pun saat anakku sudah tidur lelap, di situ aku merasa ingin segera pegang hape, sebelum aku keburu dipegang pegang sama bapaknya si anak. Wkwkwk.

Ya. Hape, hape dan hape. Kerap kali saat bersama anak, yang aku pikirkan, gimana caranya aku bisa berduaan dengan hapeku tanpa ada yang mengganggu. Saat anak lagi gak bisa dikondisikan sesuai dengan jam tidurnya, benakku berkata "Ayolah Nak, cepat bobok. Masih banyak WA yang belum dibales. Upload fotomu buat bikin status juga tadi gak sempet. Mama juga pingin stalking stalking FB. Ada info terbaru apa ya di IG? Duh, barang inceran di flash sale shopee keburu habis. Cepatlah bobooookk".

Aku  paling sebel kalo lagi asyik asyiknya berduaan sama hape, anak bangun dari tidurnya. Sama halnya kalo lagi enak enaknya sama bapaknya si anak, tiba tiba anak bangun pake nangis. Wkwkwk. Perasaan tadi doi tidur aku tinggal beberes rumah berjam jam kagak bangun bangun. Giliran aku baru pegang hape semenit aja udah bangun. Seolah olah kek ada sensornya gitu kalo emaknya pegang hape tuu. Bangun, nenen, tidur lagi. Eeh, baru aja aku gerak dikit mau beranjak dari bed, dianya bangun lagi. Dan siklus bangun nenen tidur lagi tu bisa berulang sampe empat  lima kali. Kesel kan aku jadinya.

Dulu, pas anakku masih bayi, pas dia baru bisa untak untek dalam bedongnya, hingga beranjak umur 14 bulan, dia masih bisa aku selingkuhin. Soalnya dia belum sadar kalo lagi diselingkuhin emaknya. Dia masih mau aku fotoin, aku videoin, atau pas lagi nemenin main sekedar aku tinggal buat kepoin medsos. Anakku masih fine fine aja.

Sekarang, dia udah mulai menyadari kalo ada "pihak ketiga" di antara kita berdua. Dia bisa jadi anarkis saat tau aku pegang hape. Dia rebut itu hape dari tanganku, dia taroh dengan sembarangan, trus dia minta digendong lah, minta nenen lah, minta adek lah. Eh, yang terakhir ini tak betul lah. Wkwkwk. Mau gak mau, aku harus melayani kebutuhan doi kan ya. Namanya juga DOI (dia orang istimewa). Dialah yang pertama dan paling utama bagiku. So, ku acuhkan selingkuhanku itu sementara.

Lama kelamaan, anakku makin menyadari bahwa ada "sesuatu" yang menarik di hapeku. Salahku juga sih, mencoba meredam kemarahan atau kerewelannya dengan cara memperkenalkan 'selingkuhan'-ku padanya, meskipun dengan cara baik baik. Ternyata berujung tak baik. Hiks. Ku perlihatkan daya tarik 'selingkuhan'-ku itu padanya. Mungkin batinnya bilang "Wuiih, ada gambar diriku di sana. Eh, gambarku bisa bergerak dan bersuara. Keren!" dan dia mungkin berpikir "Oo, jadi selama ini mama nonton gambar diriku di alat ini. Kalo gitu, aku juga harus ikutan nonton!"

Sejak saat itu, kalo aku ketauan pegang pegang 'selingkuhan'-ku, anakku akan merengek minta ikut nonton. "Aik odong odong, Ma" (Maksudnya, dia pingin nonton video dirinya naik odong odong). Kalo permintaan pertama gak aku kabulkan, dia masih gigih nyari alternatif "Aju aju, Ma" (Maksudnya, dia pingin diputerin video lagu lagu nursery rhyme kesukaannya). Kalo masih gak mempan juga, dia keluarkan jurus terakhir "Empung papa, Ma" (Dia minta ditelponkan papanya). Apapun dia utarakan demi untuk bisa nonton hape. Kalo permintaannya gak dikabulkan, dia bakalan nangis kejer kek seolah olah sangat tersakiti gitu. Duuh...

Itu semua salahku. Ya. Memang salahku. Aku menduakan anakku sejak dia masih kecil. Kupikir, "Ah dia masih belum tau apa apa". Giliran pas anak udah menyadari dia diduakan, aku masih cari pembelaan, "Besok besok kalo mau main hape, jangan pas ada dia." Makanya, sekarang kalo mau fotoin atau videoin dia jadi susah. Dianya juga pingin pegang hape.

Kejadian kek gitu bagi sebagian ibu ibu keren nan modern, mungkin bukan menjadi hal besar dan perlu dikhawatirkan. Malah terkesan sebagai hal yang lumrah. Bahkan, dengan mudah ngasih hape ke anak, biar gak rewel. Biar anteng duduk manis pas diajak kondangan atau pengajian. Biar kalo makan bisa duduk tenang dan lahap, si anak tinggal mangap, makanan udah sampe ke mulutnya. Omegot! Aku pun pernah begitu. Nyuapin anak sambil nonton hape. Secara sadar, kebiasaan itu buruk, jangan ditiru. Yang udah terlanjur kek gitu, sebisa mungkin diperbaiki. Sebelum terlambat dan dampak buruknya makin menjerat.

Kalopun terpaksanya ngasih hape buat mainan si anak, batasilah interaksinya. Aku sendiri, juga berusaha keras buat batesin anakku main hape, sehari maksimal satu jam. Selebihnya, ajak main anak dengan mainan biasa, bisa corat coret, baca buku, main tunjuk gambar, main kuda kudaan, dll, sekenanya emak aja nih. Aku berusaha jangan mudah luluh dengan rengekan dan tangisannya. Mau si anak nangis kejer, guling guling, sekalinya "time is up" ya itu artinya main hapenya harus distop, gak boleh main lagi. Itu sudah menjadi kesepakatan antara aku dengan anakku. Sebelum ngasih hape ke anak, ku kasih tau dia kalo nonton hape gak boleh lama lama, nanti matanya bisa sakit. Lama lama dia ngerti "batasan" dengan sendirinya. Dia bilang "Ndak yeh ama ama yaa. Atana atiit". Hahaha.

Yuk, Mak, tinggalkan hapemu saat bersama yang terkasih. Habiskanlah waktu bersama orang orang yang kamu sayangi, buatlah mereka merasakan kasih sayangmu. Bangun kelekatan bersama mereka. Orangtua adalah guru pertama bagi anak anak. Anak anak selalu belajar apapun dari orang dewasa. Berilah teladan yang baik! Jangan membuat mereka menganggap, hape lebih penting dari segalanya. Saat kamu sibuk main hape, apakah kamu tahu sudah berapa kali kamu melewatkan tatapan harapan dari si anak? 

Read more...
separador

Followers