Monday, October 14, 2019

JANGAN GAK BOLEH NO NO NO NO

"Jangan lari lari!"
"Jangan lompat lompat di sofa!"
"Jangan muter muter kek gitu!"
Dan berbagai jenis jangan lainnya. Ada jangan gori, jangan asem, jangan bening, jangan sop, jangan bobor. Wkwkwk 😁😜

Selain kepiawaiannya masak "jangan", para mamak pada umumnya juga ceplas ceplos nglontarin kata "JANGAN", terutama mamak2 beranak balita. Tegas, lugas, tanpa tedeng aling aling, dan dengan gaya spontanitas. Iya apa iyes?😁

Termasuk aku. Hahaha. 😆
Iya. Dulu, aku juga sering men-jangan anakku. Terutama karena sesuatu yang menurut pengelihatanku, sesuatu itu akan membahayakan anakku. Aku khawatir, takut anakku kenapa2. 😨😱

Contohnya, pas anakku lagi mengalami fase oral, dia kan jadi suka ngemut2 tuh, suka koloh2, semua yang ada di tangannya dia masukin ke mulut. Entah itu tangannya sendiri, entah itu mainan, entah itu kerikil nemu di jalan, pakan burung yang jatoh di lantai trus dia pungut, atau bahkan taiknya burung sekalipun, dia masukin juga dah itu ke mulut. Namanya juga masih kecil, belum bisa bedain mana makanan, mana taik. Dia nglakuin itu juga karena penasaran, pingin tau, kek gimana sih rasanya. Makanya, automatically, apa yang terlihat oleh mataku, langsung diteruskan ke otak, direspon oleh otak, otak memerintahkan ini mulut buat bilang "JANGAN!"

Kejadian tak terduga memang membuat panik dan khawatir berlebihan. Ya namanya juga spontan uhuy. Tanpa pikir panjang kek yang...
"Aduh, anakku nemu benda apa itu? Oh, ternyata taik burung. Eh, hlo, kok dimasukin ke mulutnya? Bakalan dikunyah ato dilepeh ya itu taik?"
Kan ga begitu mekanismenya...

Permasalahannya adalah, terkadang (kalo aku sering sih, hehehe), kita melarang, bilang "jangan" ke anak kita yang masih kecil indil indil itu, tanpa ngasih penjelasan kenapa kok dilarang, pun tanpa diberi solusi. Mungkin tanpa sadar kita beranggapan "ah, anak kecil ini, mana ngerti." Kek yang tadi aku bilang "anak kecil mana bisa bedain mana makanan, mana taik."

Padahal nih ya, anak kecil juga butuh penjelasan dari sudut pandangnya sendiri. Anak perlu diajak berdialog. Dan aku yakin, dia bakalan ngerti, dia bakalan paham apa yang mamaknya larang. Memang bukan saat itu juga dia akan berhenti dari apa yang mamak larang, tapi kalo dia terbiasa dingertiin kenapa dilarang, lalu dikasih solusi, lama kelamaan dia akan ngikutin ritmenya. Karena pemikiran dan tingkah laku anak terbentuk dari cara orangtua berdialog dengannya. Orang tua perlu memperlihatkan sosok yang dapat membaca hati anak dan sabar menunggu.

Kalo nurut ilmu parenting, ga baik juga kan kalo kita keseringan bilang JANGAN GA BOLEH NO NO NO NO ke anak. Para mamak pasti juga udah paham soal ini. Katanya, anak yang sering dilarang larang, itu akan menurunkan daya kreativitasnya dan tingkat kepedeannya. Daripada dibombardir dengan kata "jangan" sebaiknya diubah menjadi kalimat positif tanpa "jangan"

Contohnya :
"Jangan lompat2 di sofa!", lebih baik diganti dengan "Lompat2nya di luar aja ya, sofa itu buat duduk"
Atau...
"Jangan lempar2 makanan! Kalo dibuat main terus, mama ringkes ya makanannya!", lebih baik diganti dengan "Adek suka main lempar2 ya. Tapi sekarang kan lagi jam makan. Ga baik makanan dilempar lempar. Kalo Adek udah ga mau makan, mama beresin semua piringnya. Nanti kita main lempar2 bola aja yaa"
Dan aku yakin, si anak ga bakal mau berhenti dari keseruannya lompat2 di sofa atau lempar2 makanan. Wkwkwk 😜

Pernah ga praktekin kek gitu ke anak? Gimana rasanya, Mak?
Suliiiitt...
Sulit bukan berarti ga bisa dicoba kan? 😉

Kalo masih merasa kesulitan dan belum bisa move on dari JANGAN GAK BOLEH NO NO NO NO, coba posisikan diri kita sebagai pemeran utama pada setiap tingkah yang dilakukan anak. Lihat juga dari sudut pandang si anak. Betapa serunya manjat2, ada rasa kepuasan tersendiri setelah berhasil naik, meskipun dia ga ngerti resiko akan tingkahnya itu. Sampe di sini bingung? Wkwkwk 😜

Gini...
Misal mamak tiba2 nglihat anaknya (yang lagi seneng2nya manjat) berusaha naik2 motor matic, naluri seorang ibu kan khawatir kan ya? Takut anaknya jatoh. Mungkin, kebanyakan mamak akan bilang kek gini ke anaknya
"Jangan manjat2 motor, ayo turun!"
atau...
"Adeeekk, turun, jatoh hlo nanti!"
atau malah talk less do more, langsung  action, gercep narik anaknya buat turun dari motor.
Cung yang ke gitu! ☝️😁

Kalo aku nih ya (boleh dicontoh, kalo mau). Ini caraku ngatasi tingkah polah anak yang kelihatan membahayakan dirinya. Dengan catatan saat aku lagi kondisi goodmood. Jangan ditanya gimana kalo pas kondisiku badmood. Akan lain ceritanya. Spontanitas terkadang juga diperlukan. Wkwkwk 😜

Caranya... Aku deketin anakku yang udah berhasil nangkring di motor. Tetap dengan kata larangan berupa JANGAN. Ku bilang "Jasmine jangan naik2 motor sendirian ya, mama takut kalo nanti Jasmine jatoh, bugh! Sakit... Mama jadi sedih...😟 Jasmine main di sana aja yaa"
Ngomong kek gitunya harus pake ekspresi muka yang disedih sedihkan, trus pake improvisasi peluk2 Jasmine, sambil menggiringnya menyingkir dari motor.

Di situlah aku berasa jadi pemeran utama. Aku curhat ke anakku soal apa yang aku lihat dan apa dampaknya bagi dia dan bagi perasaanku. Dan menurutku, cara ini bisa buat menumbuhkan rasa empati anak terhadap orang lain juga.

Polanya : larangan, alasan kenapa dilarang, dampaknya, kalo perlu dikasih solusi.

Larangan >> jangan naik2 motor sendirian
Alasan >> karena kemungkinan bisa terjatoh
Dampaknya >> Jasmine bisa sakit, mama jadi takut dan sedih (ini poin pentingnya)
Solusi >> main di tempat lain

Buatku dan Jasmine, pake cara kek gitu sejauh ini lumayan ngefek sih. Jasmine mau turun dari motornya dan main di tempat lain karena dia ga mau jatoh dan sakit, juga ga mau lihat mamanya khawatir dan sedih. Atau kalopun dia masih kekeuh pingin main di motor dan ga mau turun, setidaknya dia jadi ga takut2, lebih mantap dan pede naik2 motornya. Wkwkwk 😜
Kan efeknya baik juga, meningkatkan kepercayaan diri si anak. 😁 (ini sih pembelaan emaknya aja). Tapi tetap dalam pengawasan ya, Mak.

Kalo cara yang tadi masih kesulitan buat diterapkan, pingin cara yang simpel tapi hasilnya bukan kaleng2, cara yang lebih efektif ngasih tau ke anak supaya dia "mau begitu" atau "jangan begini", bisa pake cara sounding. SOUNDING. Apaan itu, Mak?

Sounding tu ibarat kek mantra jampi2. Sugesti kalo bahasa ilmiahnya. Tapi bukan sugesti biasa, karena harus dilakukan di pikiran bawah sadar anak biar bisa diterima dengan baik dan mengubah perilakunya. Karena, 88% pikiran bawah sadar lah yang berperan membentuk perilaku seseorang. Sisanya, yang 12% perilaku dikendalikan oleh pikiran sadar.

Nah, the next question adalah, kapan pikiran bawah sadar itu aktif?
Yaitu pas anak lagi asyik2nya fokus sama sesuatu. Atau 5 menit sebelum anak tidur pules, atau pas dia tidur tapi belum terlalu lelap. Tandanya, waktu disounding si anak masih bereaksi, tapi ga menyadari apa yang sedang terjadi. Kalo anak udah terlanjur tidur pules, atau kondisi anak sadar sesadar sadarnya, sounding ini ga akan mempan.

Misal pas anaknya lagi asyik main hape. Coba deh dijampi jampi deket telinganya, pake kata2 yang positif yang tujuannya biar si anak melakukan apa yang diperintahkan. Semakin anak ga sadar emaknya lagi ngomong, itu berarti dia makin masuk ke pikiran bawah sadarnya.

Kalo aku dulu, saat Jasmine giginya baru ada 8 biji, tiba2 dia ga mau gosok gigi (kemungkinan karena trauma dipaksa gosok gigi sama utinya, hehehe). Tiap kali nenen mau bobok, aku ngajak ngobrol Jasmine di sela2 pengenyutan nenen. Bahas soal pentingnya gosok gigi, akibatnya kalo ga gosok gigi, dan serunya gosok gigi sendiri (dengan bahasa yang ringan dan santai tentunya, ga perlu lah pakai data ilmiah segala). Ngajak ngobrolnya mulai dari dia masih melek hingga lama kelamaan ga direspon sama dia karena dia fokus ngenyut sampe ketiduran. Emaknya tetep aja nyrocos kek kereta. Wkwkwk 😜
Ritual jampi2 kek gitu terjadi terus menerus sampe giginya Jasmine berjumlah 12 biji. Tiba2 suatu hari, anaknya mau gosok gigi dengan sukarela dan sukacita. Bahkan, sekarang giginya ada 16 biji, maunya dia sendiri yang pegang sikatnya. MasyaAllah...

Istilah SOUNDING itu aku baru ngerti dari chattingan para mamak di grup WA yang aku ikuti. Trus ga sengaja juga nemu tulisan tentang "sounding" di kertas bekas yang dipake buat corat coret anakku. Dalam benakku "Ooh, begini to yang disebut sounding". Ternyata aku udah praktekin sebelum aku tau kalo cara itulah yang disebut dengan istilah sounding. Hahaha 😆

Dan katanya, sounding bisa diterapin ke anak yang masih newborn juga hlo. Amazing kan? Misal baby newborn nya masih belum bisa beradaptasi dengan puting ibunya karena suatu alasan, maka si baby bisa disounding, disemangati biar makin pinter nenennya. InsyaAllah akan lebih cepat dia mampu beradaptasi dan nenen tanpa hambatan.

Karena apa yang aku ingin anakku lalukan udah tercapai (mau gosok gigi), sekarang ganti keinginanku yang lainnya. Satu keinginan terpenuhi, keinginan yang lain menanti. Manusia memang ga pernah puas kan ya. Dasar aku! Wkwkwk. 😜

Aku ingin anakku besok disapihnya gampang. So, kalo aku lagi ngelonin anakku yang habis mandi pagi trus ritual mau bobok lagi, pas dia udah merem tapi belum pules, aku jampi2 lah dia. Kubilang "Jasmine... Anak mama yang cantik nan kintung2... Besok kalo udah umur dua tahun udah ga nenen lagi yaa... Nenen nya udah khatam, udah selesai. Jasmine ganti mimik air putih aja yaa, atau mimik teh juga boleh. Mimik susu sapi mooo... Mimik jus, es sirup, es krim. Yaa... Meskipun udah ga nenen lagi, mama tetep sayang sama Jasmine... Nenen sebelum boboknya diganti baca buku aja yaa. Jasmine anak mama kintung giyung..."

Berhasil ga?

Ya belum tau hasilnya lah. Kan masih proses. Wkwkwk 😜

Hasilnya, tunggu besok pas Jasmine memasuki fase sapih. Akankah dia jadi mudah disapih atau tetep sulit seperti pada umumnya? Masih ada waktu sekitar 5 bulanan lagi untuk umurnya genap dua taun. Perlu diingat, hasil dari cara sounding ini ga instant, Mak. Bukan kek di tipi2 itu, yang purak2nya menghipnotis orang, disuruh tidur, trus diintrogasi. Bukan kek gitu.

Selain diterapin ke anak, bisa juga ke suami. Jadi pas suami lagi fokus nonton pertandingan bola di tipi, misalnya. Sounding aja terus. Pepet terus kupingnya dengan kata2 positif yang emak pengeni dari suami. Dan ini ngefek juga ke suamiku. Soalnya, aku sering curhat tentang "jangan main hape saat momong anak" itu pas suamiku dalam kondisi liyer2 dan tau2 bablas. Ketiduran. Sampe ngorok2. Settdah! Istrinya lagi ngomong, lagi curhat, malah ditinggal tidur.

Eitz! Jangan keburu marah ya Mak. Justru kalo ditlateni, kondisi kek gitu, bisa membuat terwujudnya keinginan mamak terhadap suami hlo. Buktinya, aku merasakan perbedaan sikap suami, di waktu senggangnya, dia jadi lebih sering main sama anaknya daripada main sama hapenya, dan tentu saja malemnya gantian "main" sama istrinya. Wkwkwk 😜

Kalo kata bidanku mah, ada tiga kunci suksesnya nglakuin sesuatu. Ikhlas, sabar, dan telaten. Itu!

Kalo mamak2 ga percaya, buktikan aja sendiri. For further information, silakan googling aja. SOUNDING. Manfaatin hape jangan cuma buat peredam kerewelan anak. Gunakan hapenya buat nambah pengetahuan juga.

Aku bukan pengamat psikis anak, juga bukan pakar parenting. Aku cuma seorang ibu yang bercerita soal anak gadisnya dengan segala tingkah polahnya. Setiap ibu menganut ilmu parentingnya masing2 buat diterapin ke anak2nya. Enjoy your motherhood. Just be good and happy mom!

Lah, ternyata panjang juga ya ceritaku 😆
Padahal niatan semula aku cuma pingin cerita soal kelakuan anakku pas aku lagi nyuci. Baru ditinggal ambil hanger bentar, anaknya udah jadi berubah posisi. Semula main mancing ikan2an di ember kecil miliknya, sekarang dia nyemplung di ember bersama cucian emaknya. Duh Dek! 😅

separador

0 comments:

Post a Comment

Followers