Saturday, October 8, 2016

Bus Sugeng Rahayu Sabtu Sore

Sabtu siang menjelang sore, tepatnya pukul dua lebih sepuluh menit, bus warna biru yg biasa aku tumpangi terlihat melaju menuju stasiun. Para calon penumpang dan mantan penumpang masuk dan keluar bergiliran. Aku, sbg salah satu calon penumpang, pun ikut antri utk bisa melewati pintu bus yg telah dibuka sejak pertama berhenti. Bismillah. Akhirnya aku bisa masuk. But... Wait... The bus is full of passengers. Penuh sesak. Tak terlihat ada kursi yg bebas dr pantat penumpang. Berdesak desakan. Dan hasilnya... Berdirilah aku di space barisan kursi kanan dan kiri.

Bus mulai melaju meninggalkan terminal. Menuju rute yg sudah ditentukan. Surabaya - Jogja. Aku naik bus ini dari Terminal Nganjuk dan akan turun di Klaten, tepatnya di Karangwuni. Perjalananku dg bus ini menghabiskan waktu hampir setengah hari (6 jam). Bus macam ini memang memiliki penggemar tersendiri. Cepat dan ekonomis menjadi pertimbangan. Aku cukup membayar 30.000 saja dengan KL (Kartu Langganan). Kalian tinggal ketik "KL <spasi> tempat tujuan". Oops! Maksudku, kalian tinggal bilang ke pak petugas karcis "KL Karangwuni", misalnya. Dengan KL, kita bisa dpt diskon tarif dr 3.000-5.000 rupiah. Lumayan kan, bisa buat beli nasi bungkus (salah satu cara berhemat ala anak kos).

Dari dalam bus, jalanan, pepohonan, rumah2, sawah2, terlihat basah. Sisa hujan tadi siang. Saat bus melaju kencang, pohon2 terlihat seperti berlari mengejar. Saat bus makin kencang melaju, pepohonan semakin terlihat rapat menghijau. Langit terlihat masih SMA, putih abu2. Mendung. Atap mobil dan kendaraan lain masih meninggalkan sisa tetesan air hujan. Aku suka hujan tadi siang.

Di jalanan yg cukup bersih dr kendaraan lain, bus semakin melaju kencang membelah jalanan. Belok kiri, meliuk kanan, menanjak dan menurun, oleng kiri, oleng kanan. Di saat itulah, kami para penumpang berasa spt naik jet coaster. Adrenaline mulai terpompa. Jantung berdebar lebih cepat dan lebih kencang. It's so cool, man! Beberapa penumpang mengeluh tertahan, terpekik pelan, nyebut2 pak sopir. Kalau aku sih senang aja, the faster the better, but safety first.

Bosan merasakan pegalnya kaki menopang berat badanku, yg sebenernya gak berat2 banget. Berulang kali berganti posisi berdiri. Aku mengalihkan fokus ke hal lain, melihat2 sekeliling, memperhatikan para penumpang, dan termasuk mengetik cerita ini. Aku jadi mupeng (muka pengamat). Tertangkap oleh ekor mataku aktivitas para penumpang disekeliling. Penumpang yg berdiri di depanku tengah asyik mengetik dan mengosot-ngosotkan kedua jempol tangannya di HP touch screen miliknya. Sambil sesekali tersenyum senyum sendiri. Mungkin sedang SMS-an dg kekasihnya, mereka-reka rencana malam mingguan. Penumpang di belakangku seorang ibu2 gemuk, yg mungkin sedang merapal doa2 agar diberikan kelapangandada. Tujuan ibu itu ke Solo. Andaikan kakinya bisa bicara, pasti ingin segera diistirahatkan dr tugas menopang berat badan empunya. Ada juga penumpang anak kecil yg berseru kegirangan, mungkin ini pengalaman pertamanya naik bus. Ada pula yg tertidur, mungkin hingga mendengkur, saking lelah dan penatnya seharian bekerja. Beberapa penumpang dewasa yg memperoleh kenyamanan, mengobrol dg penumpang yg duduk bersebelahan. Entah topik obrolannya apa aku tdk tahu dan tdk ingin berusaha mencari tahu, krn aku lebih suka tempe. Eh, ini apaan sih??! Malah ngelantur.

Setelah hampir satu jam berdiri, akhirnya pantatku mendapatkan tempat yg layak. Menggantikan pantat seorang penumpang yg turun di Caruban. "Aah, lega.." Pekikku dlm hati, tak perlu lah acting merentangkan kedua tangan spt di iklan Adem Sari. Aku duduk di kursi barisan sebelah kanan dekat jendela. So, aku bisa lebih nyaman dan leluasa mengetik cerita ini.
Di terminal Madiun bus berhenti cukup lama. Sekitar 15 menit. Waktu yg cukup lama utk sekedar keluar dan berlari mencari toilet dan kembali lg ke dalam bus. Waktu yg sangat berharga buat para pedagang dan pengamen utk menjajakan dagangan dan suaranya. "Kacang, tahu petis, melon", seru salah seorang pedagang yg berjalan di space bus. "Akua, mizon, teh pucuk", tak kalah penjual minuman turut serta. "Yang makan, yg makan, nasi pecel, khas Madiun, panas2, gak panas kembali duit" Pedagang yg satu ini menjajakan dagangannya disertai garansi. "Bakso, bakso, bisa makan sini", seru penjual yg melayani delivery order. "Lompia, risoles, monggo buk'e mbak'e", sambil membagi-bagikan bungkusan berisi lumpia dan risoles ke para penumpang. Eits, ini bukan bagi2 takjil, yg gratis. Ini adl trik berdagang, memperlihatkan "contoh produk" ke para calon pembeli. Sebenarnya aku lapar, tapi aku lg malas ngunyah, kurang selera makan krn bau solar. Takut "og" - muntah.

Para pengamen masuk dan keluar silih berganti. Berganti penyanyi, berganti alat musik, berganti pula genre tembang yg dibawakannya. Bus jadi full music. Ada dangdut, pop, campur sari, pokoknya campur2 deh! Cukup kasih recehan 500 perak, mereka udah bersyukur banget. Kerasnya hidup di dunia ini. Tapi jangan jadikan kesenangan dunia ini melalaikan kita pd akherat ya... Karena tujuan hidup kita adl utk beribadah kepada-Nya. Kok malah jadi khotbah sih??!
Dan kebanyakan mainan HP di bus membuatku pusing. Kalian pikir aku ngetik cerita ini di rumah? Di tempat ternyaman yg aku pernah singgah? It's a big no! Ini cerita instant yg aku laporkan langsung dr TKP. Maka dr itu, aku cukupkan sekian aja ceritaku sore ini sebelum aku og krn mabuk darat. Doakan aku selamat sampai tujuan ya... Spt merk bus ini "Sugeng Rahayu" sampai tujuan dg selamat, sejahtera, sehat, sentosa.

Well, that's all. Sampai jumpa lg di cerita selanjutnya...
separador

0 comments:

Post a Comment

Followers