Wednesday, November 16, 2016

Hikmah Dibalik Hujan

Hujan. Kadang dirindukan, kadang dihujat habis2an. Kadang diinginkan, kadang dikambinghitamkan. Aku, entah kenapa dari dulu suka dg hujan. Sejak kecil, saat musim penghujan tiba, sudah menjadi ritual bagi teman2 sebayaku bermain di bawah rinainya. Bertelanjang dada (khusus anak laki-laki), berlarian di jalanan kampung, kecipak kecipuk, basah2an, tertawa, bersenda gurau bersama, kadang mampir ke rumah2 warga yg talang atap rumahnya mengucurkan air untuk sekedar mengguyur kepala atau membasuh kaki2 yg tak kenal lelah itu. Brrr... Dingin menusuk-nusuk, telapak tangan dan kaki mulai kebas dan terlihat keriput, dan bibir terlihat membiru. Tapi seru!

Aku duduk di teras rumah, saat itu. Mencium aroma tanah di kala hujan pertama datang. Menjadi penonton setia setiap adegan yg teman2ku perankan di kala gerimis mengundang bala tentaranya turun bersamaan. Cuma bisa membayangkan betapa menyenangkannya bermain bersama di bawah hujan yang mulai menderas.  Apa daya, seolah ada benteng kokoh yg menghalangiku turut bersenang-senang di bawah sana.

Pernah sekali aku kepergok bapak bemain hujan. Konsekuensinya? Bisa jadi gagang sapu melayang mendarat di pantat. Atau kuping memerah kena jewer. Atau paha lebam kena cubit. Ditutup dg omelan panjang lebar kali tinggi, diiringi dg isak tangisku yg lama kelamaan akan mereda sendiri seiring redanya sang hujan.

Aku tahu, bapak melarang keras aku hujan2an karena bapak sayang padaku. Tak ingin melihat aku terkena flu, pilek tiada henti2nya, sang beruang tidur dan tak ada yg berani ganggu dia. STOP!! Ini apaan sih?? Hanya saja saat itu aku masih terlalu kecil utk bisa menerjemahkan cara bapak menyayangiku. Jika hujan mulai reda, bapak baru membolehkanku bermain. Hanya saja… hmm… bermain kapal2an kertas yg diapungkan di atas air selokan menurutku sangat tdk lebih menyenangkan daripada bermain hujan2an.

Meskipun waktu kecil (jaman SD) aku tdk bisa menikmati dinginnya bermain di bawah rintik2 hujan, aku tak berkecil hati. Karena saat sudah SMP akhirnya aku merasakan dinginnya hujan di seluruh tubuhku. Jarak SMP ku terbilang cukup jauh dari rumah. Aku harus bersepeda selama 30 menit utk sampai ke sana. Saat musim hujan tiba, sesekali aku pura2 lupa membawa jas hujan. Lagi pula aku juga malas memakai jas hujan, ribet. Niat utamanya sih biar bisa hujan2nan, meski sambil mengayuh sepeda, bukan dg berlarian spt yg teman2ku lakukan dulu. Yang penting kehujanan, sudah cukup membuatku puas. Hahaha…

Hingga sekarang, menjadi saksi hidup turunnya hujan masih menjadi favoritku. Saat dijemput bapak malam2, naik motor, turun hujan, bulir2nya yang jatuh menimpa kaca helmku terlihat seperti percikan kembang api. Tetesan air hujan berpendar terkena cahaya lampu di sepanjang jalan. Bercahaya, kuning keemasan. Menyenangkan saja memandanginya. Meskipun membuat leherku sedikit pegal karena kelaman mendongakkan kepala demi kerlap kerlip di kaca helm.

Sebenarnya ada banyak cara utk menikmati hujan. Gerimis maupun lebat. Bukan malah mengutukinya. Menyumpahserapahinya. Menyalah-nyalahkannya. Hujan kan berkah. Kalau kita menyayangi apa yg ada di bumi, maka yg di langit akan menyayangi kita juga. Kalau kita berbuat kerusakan di bumi, maka jangan salahkan langit jika ia murka. So, menurutku tdk ada alasan utk tdk bersyukur karena turunnya hujan.

Semenjak munculnya hobi mengoleksi buku, hujan menjadi salah satu teman menyenangkan bagiku. Buku di tangan, secangkir minuman hangat dan snacks di dekat jangkauan, dan tentu saja ada hujan di luar, adalah kolaborasi ternikmat yg pernah aku rasakan. Terkadang juga ada kenangan antara aku, hujan, dan mie instant.  Seperti saat ini, aku mengetik cerita ini saat turun hujan. Menyenangkan saja rasanya.

So, mari kita bersama-sama merenungi hikmah apa saja di balik turunnya hujan. Allah dengan rahmat dan kasih sayang-Nya berkenan menurunkan hujan kepada kita. Ketahuilah bahwa Allah berbicara tentang hujan di banyak tempat dalam Al-Qur'an. Setidaknya ada 47 tempat di dalam Al-Qur'an dimana kata-kata "hujan" bisa kita temukan. Ini menunjukkan bahwa hujan bukanlah fenomena biasa. Allah menginginkan kita untuk mentadabburi hikmah Allah di balik turunnya hujan, di antara hikmah tersebut adalah:


  1. Dengan hujan, Allah menghidupkan yang tandus dan mati afar kita yakin bahwa Allah akan membangkitkan kita kelak di hari akhirat setelah kematian kita. Allah berfirman yang artinya: Dan di antara tanda-tanda-Nya (Ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS. Fussilat : 39)
  2. Dengan hujan, Allah memberikan sumber kehidupan bagi segenap makhluk. Hujan yang menjadi sumber air di muka bumi adalah sumber kehidupan. Allah berfirman yang artinya: Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?(QS. Al Anbiya : 30)
  3. Melalui hujan, Allah mengingatkan kita betapa pentingnya bersyukur atas segenap nikmat-Nya. Allah berfirman yang artinya: Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Kalau Kami kehendaki niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur? (QS. Al Waqi'ah : 68-70)
  4. Melalui hujan, Allah memberitahu kita akan kesempurnaan sifat-Nya dalam membagi-bagikan rejeki kepada segenap makhluk secara bertahap. Allah berfirman yang artinya: Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat. Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.  (QS. Asy Syura : 27-28). Bisa dibayangkan jika Allah menurunkan jatah hujan sebulan dalam sehari sekaligus, justru hujan tersebut akan menjadikan musibah bagi makhluk yang ada di muka bumi. Demikianlah Allah menurunkan rejeki sebagaimana menurunkan hujan tidak sekaligus. Karena dalam ilmu pengetahuan Allah, rejeki atau air hujan yang Allah turunkan sekaligus justru akan menjadi musibah dan kehancuran bagi hamba-hambanya. Turunnya hujan secara bertahap dan tidak merata justru menunjukkan kasih sayang Allah Yang Maha Indan dan Sempurna. 
  5. Melalui hujan, Allah memperlihatkan keadilan-Nya atas hamba-hamba yang membangkang dan senantiasa berbuat durhaka. Hujan yang turun dan kemudian mendatangkan banjir adalah musibah dan hukuman bagi hamba-hamba yang durhaka. Allah berfirman yang artinya: Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan.(QS Al Qamar : 11-12). 
Demikianlah hikmah di balik turunnya hujan. Rasulullah dahulu ketika menyaksikkan mendung, Beliau begitu khawatir dan berdoa kepada Allah : Alloohumma innii a'uudzubika min syarrihaa (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang datang bersama hujan ini). Dan apabila hujan telah turun Beliau berdoa : Alloohumma shoyyiban naafi'an (Ya Allah, jadikanlah hujan ini hujan yang bermanfaat) (HR. Bukhari).



separador

0 comments:

Post a Comment

Followers