Sunday, July 12, 2020

Jasmine dan Sepeda (Part 1 - Roda Dua)

Untuk ke sekian kalinya, tidur siangku bagaikan sinetron yg kebanyakan iklannya. Sebentar2 terbangun. Aku ga menyukai hal itu krn membuat kepalaku pening. Dan, hey, sekarang sudah bukan siang lagi. Matahari hampir tenggelam.

My 2-year-old punya hobi yg sangat ia tekuni, yaitu main air, menjadi salah satu alasan kenapa aku ga bisa tidur siang dg tenang. Hobinya itu membuat aku harus  sering2 mengechecknya. Dia juga punya basecamp favorite -- selain kamar mandi, yaitu 'mburi omah', yg dia selalu ingin main ke sana.

Pas lagi enak2nya tidur, tau2 ada yg datang dg suara yg terdengar panik. Terdengar jg suara tangisan anak kecil yg aku sangat mengenali suara itu.
"Mbak Ika, Jasmine tibo!"
Mak gragap, aku segera bangkit. "Jasmine!"

Innalillahi...!! 😨😱
Segera ku ambil alih anakku dari orang yg menggendong dan mengantarkannya pulang. Ku lihat ada luka di pelipis dekat mata anakku, sedikit kotor terkena pasir. Agak ngilu melihat lukanya, tp aku mencoba utk bersikap setenang mungkin.

Beberapa orang turut datang, pengen tau ada apa dan kenapa-nya. Ada yg bilang kalo Jasmine habis jatoh pas naik sepeda. Eh, Jasmine naik sepeda? Sepedanya siapa? Sama siapa? Gimana kejadiannya? Kok bisa? Dan bla bla black sheep have you any wool? Yes Sir, yes Sir, three bags full. Wkwkwk... 😜

Eh, anaknya terluka kok malah becanda!

Tenang, tenang para pemirsah yg budiman dan budiwati. Ini hlo, anakku lagi nangis krn kesakitan -- atau malah nangisnya krn kaget dan ketakutan? Aku ga terlalu peduli sama apa yg jd pertanyaan dan dugaan orang2 tentang gimana kronologi jatohnya anakku dari sepeda. Yang aku pedulikan saat itu hanyalah anakku dan perasaannya. Jasmine pasti shock, ketakutan, dan merasakan sakit tentunya. Kubersihkan lukanya dg kapas dan air (ga punya revanol atau cairan pembersih luka sejenisnya). Anaknya menangis keras.

Ada yg menyalahkan si korban yg terluka, ada yg menyalahkan si pemilik sepeda, ada yg menyalahkan sepedanya, ada yg menyalahkan situasinya, atau mungkin diam2 ada yg menyalahkan emaknya? Wkwkwk... 😆🙈
Terlepas dari itu semua, terimakasih atas segala simpati dan perhatiannya.

Yang anakku butuhkan adalah sang penenang. And guess who or what is it? Yes. Me. I am, her mother. Aku gendong dia sambil usap2 punggungnya. Ku sibakkan anak rambut yg menutupi dahinya. Ku ciumi ubun2nya. Now you are save, darling. I'm here. Sebentar kuabaikan perut yg makin membuncit ini meskipun rasanya bagaikan menggendong dua anak sekaligus.

Jasmine masih terus menangis...
"Iya Nak. Mama tau, ini rasanya sakit. Dikasih obat yaa... Biar lekas sembuh..."
Anakku bersikeras ga mau diolesi obat (pemberian om-nya). Malah tambah kenceng nangisnya.
"Tadi Jasmine kaget ya pas jatoh? Jadinya nangis... "
Setelah kuberi minum, kubawa dia sedikit menjauh dari orang2, berharap itu akan membuatnya lebih tenang. Tidak ada lagi kata2 yg keluar dari cangkem ini, yg ada hanyalah belaian dan sentuhan. Tak lama kemudian, Jasmine berhenti dari tangisnya.

Setelah ketegangannya berkurang, berangsur angsur Jasmine mulai ceria lagi, meskipun lukanya belum mau diolesi obat. It's oke, aku ga memaksanya harus diobati sekarang. Toh cuma luka ringan, bukan luka berat yg kalo ga segera ditangani bisa mengancam nyawanya. Wajar anak kecil naik sepeda trus jatoh. Apalagi Jasmine yg sama sekali belum bisa naik sepeda dan ga punya sepeda.

🧕: Dulu, mama pas kecil jg pernah jatoh dr sepeda. Kaki mama luka. Berdarah. Sama kayak Jasmine. Mama jg nangis, soalnya sakit.
👧: Iya, ya Ma. Tama kek Jasmine. Bedalah. (Sama kayak Jasmine. Berdarah).
🧕: Jasmine besok naik sepedanya yg roda tiga dulu aja yaa. Yg aman buat anak kecil kayak Jasmine. Kalo sepeda roda dua buat anak yg udah mau besar kayak Caca. Besok Jasmine beli sepedanya yg ada gambar burungnya?
👧: Moh bulung, yg ada engibetnya (yg ada angrybird-nya).
🧕: Ya. Yg ada lampunya juga? 
👧: Iya.
🧕: Besok dilihat dulu ya, di tokonya ada apa enggak.
👧: Ya.

Begitulah anak kecil. Meski gampang nangis, tapi juga gampang lekas hepi. Meski terluka dan merasakan sakit, tapi bisa segera bangkit dan ceria lagi. Setalah Jasmine mandi, bersih, seger nan wangi, doi kembali main, dan cerewet seperti tidak terjadi apa2 sebelumnya.

Nih, anaknya malah minta difotoin 👇😁

Read more...
separador

Thursday, July 9, 2020

Jasmine and The Pee

Anak perempuanku yg bernama Jasmine, selama ini ku kenal sbg anak yg manis nan penurut. MasyaAllah... Tabarakallah... Aku bangga memilikinya. Dia mudah sekali menerima nasihat dariku, mudah dikendalikan, dan kalo dia lg badmood mudah pula diswitch jd good mood, jd feeling good. Lucunya lagi, kalo dia dinasihatin, terkadang malah balik nasihatin, wkwkwk... 😜

Tapi... Seiring perkembangan dan pertambahan usianya, aku merasa dia tidak sama lagi spt Jasmine yg dulu. Sekarang usianya 27 bulan alias 2 tahun lebihnya sekitar 3 bulan. Detailnya 839 hari (terhitung mulai dari aku posting tulisan ini). Akhir2 ini, aku dibuatnya jengkel dan marah2 krn "hal yg sama." Dia melakukan perilaku yg seharusnya tidak dia lakukan... 😣

Orang tua mana yg sengaja ngajarin anaknya yg jelek2? Pasti ga ada kan? Begitu juga aku, sbg ibunya, dan didukung pula oleh Pak Arief, sbg bapaknya. Kami berdua selalu ngajarin dan nyontohin Jasmine perilaku / adab yg baik, mulai dari hal2 kecil -- yg mungkin orang lain anggap sbg hal remeh temeh sekalipun. Salah satunya adab yg baik saat ke kamar mandi.

Aku ajari anakku adab kalo mau pipis atau pup di kamar mandi. Masuk kaki kanan, keluar kaki kiri. Eh, ini salah Jasmine. Kebalik. Masuk kaki kiri, keluar kaki kanan. Jangan lupa berdoa biar ga diganggu setan. Jangan banyak bicara dan jangan berlama lama. Bukannya sombong, di usia segitu anakku udah hafal lafaz doa kalo mau masuk dan keluar kamar mandi. Bahkan, sejak usianya kurang dari satu setengah tahun, dia udah bisa mengekspresikan rasa kebelet pup-nya dg bilang "eek", sebelum terlanjur brojolan di celana. Dan fase toilet training nya Jasmine terbilang gampang. I'm proud of her! 😘

Did you know? Saat dia berada di fase penasaran dg alat kelaminnya, suka pegang2 alat kelaminnya, dg lugas aku kenalkan nama alat kelaminnya. Kalo anak perempuan itu nama kelaminnya vagina. Kalo anak laki2 itu penis. Dia familier dg dua kata yg dianggap orang lain tabu itu. Bukan menyebut kelamin dg nama palsu spt manuk, burung, titit, dsb. Kukasih tau juga kalo alat kelamin itu sangat berharga, harus dijaga. Harus ditutup, malu kalo sampe kelihatan orang. Ga boleh dipegang pegang sembarangan, takut kena kuman. Aku ngajarin Jasmine tentang pentingnya punya rasa malu.

Tapi terkadang, apa yg selama ini diajarkan pada anak di rumah, bisa rusak oleh ajaran dari luar rumah. Di situ aku merasa perjuanganku selama ini sia2. Hiks. Mo marah, tapinya pada siapa...??

Pada akhirnya, Jasmine lah yg menjadi korban kemarahan emaknya krn melakukan "hal yg sama" itu. Dua hari lalu, pagi2 Jasmine udah mandi, perut udah terisi, ready lanjut dinas ke luar (bermain sama temen2nya). Selang beberapa waktu, aku memergokinya jongkok tanpa rok di halaman rumah orang. Ternyata dia pipis di sana. Astaghfirullah... 🤦‍♀

Kutarik dia pulang, kubersihkan, kupakekan roknya kembali, lanjut dia pergi dinas lagi. Nyang mburi omah (lokasi favorite anak2 buat main). Nah, neng kono enek kalen sbg pemisah antara jalan dan sawah. Jasmine main ke sana sama sodaranya. Pulang2, ku lihat dia telanjang, roknya basah dan dicangking. Aku dapat laporan dari sodaranya kalo anakku habis pipis neng kalen.
Astaghfirullah... 🤦‍♀ (1)

Tadi siang, Jasmine melakukan aktivitas yg sama kek biasanya, main sama temen2nya. Waktu itu aku ketiduran. Tiba2 aku diteriaki sama Pak Arief "Ma, hlo Jasmine udoh!" (Jasmine telanjang).
Aku kaget, mak tratap, kepala pusing krn terbangun mendadak. Mak bedunduk, mak pethungul, kulihat bocahnya muncul dari balik gorden, menuju ke tempat dimana aku masih berbaring. Tanpa rasa bersalah, dan dg polosnya dia melapor padaku "Mama, celanane Jasmine ditotoli" (Celananya Jasmine dikotori).

Tapi yg terlintas di pikiranku seketika itu adalah:
Astaghfirullah... 🤦‍♀ (2)
Terjadi lagi??!! 😲😓
Pemandangan macam apa ini??!! 😤😣

Segera kutarik Jasmine sambil mencari dimana keberadaan celana hijaunya. Kata2 intrograsi meluncur begitu aja dari cangkem ini, tanpa ba bi bu, tanpa peduli ekspresi gadis kecil itu -- yg mungkin ketakutan krn emaknya teriak2.
Jasmine kenapa pulang2 telanjang (lagi)?!
Habis pipis sembarangan (lagi)?!
Pipis sama siapa (lagi) kali ini?!
Pipis dimana?!
Mana celananya?!
Dan bla bla bla...
Emaknya berubah jd kayak monster, Jasmine nangis kejer.

Kutemukan celana Jasmine tergeletak di halaman tanah dlm kondisi basah dan kotor. Di tanah itu ada dua bagian yg basah (aku menduga, salah satunya adl bekas pipisnya Jasmine). Segera kugiring anakku ke kamar mandi, kubersihkan, kupakekan celana ganti yg bersih. Kugendong dia ke tempat tidur. Kubaringkan dia di kasur.

Dia masih nangis2, sambil bilang "Maaf ya Maaa..." (Selalu spt itu, tiap kali kena marah, dia pasti bilang begitu). Anaknya ku omongin banyak2... Sambil ku usap2 kepalanya, punggungnya... Aku tau, dia lelah dan ngantuk, lagipula sekarang adl jam bobok siangnya.

Jasmine jangan pipis sembarangan lagi.
Malu, dilihat orang.
Nanti bau pesing, kan di sana buat lewat orang.
Allah suka anak yg bersih.
Kalo pipis di kamar mandi. Trus cawik.
Lain kali jangan diulangi lagi yaa.
Janji?
Mama ga suka Jasmine pipis sembarangan.
Bla bla bla... Hingga anaknya ketiduran...

Mungkin, bagi sebagian ortu, anak pipis di mana aja, adl hal lumrah. Malahan, ada yg kalo anaknya pengen pipis, disuruh pipis di depan rumahnya. Bukannya dianter ke kamar mandi. Tapi bagiku, aku ga mentolerir perilaku anakku yg semacam itu. It's oke kalo dia masih ngompol, it's not a big deal. Yang jadi masalah adl aku ga suka dia dg sengaja pipis sembarangan.

Dan aku adl tipe emak yg akan menerapkan konsekuensi atas perilaku anakku yg menyimpang dr aturan. Kami sepakat, kalo Jasmine melakukan suatu pelanggaran, itu artinya bakalan ada jatah kesenangannya yg berkurang. Jasmine senang main HP, senang mimik susu kotak, juga makan jagung bakar. Karena dia pipis sembarangan (berkali kali), maka kesenangan itu kucabut darinya. Ga ada jatah main HP menjelang tidur (boleh nonton tapi ga boleh sbg operator), ga ada jatah beli susu kotak, pun jagung bakar. Hahahaha 😈

Dianggap sbg emak yg jahat? 😏
Bodo amat! 😝

Aku bukanlah ibu yg sempurna atau sok sempurna dlm hal mendidik anak. Aku cuma ibu yg pingin memiliki anak yg lebih baik dari diriku yg apalah2 ini. Memilikinya bisa menjadikan diriku lebih baik lagi. Mungkin saat kecil, anak kita terlihat begitu manis, baik, dan sholih, tapi belum tentu kelak dia akan tetap spt itu. Dan belum tentu juga anak yg masih kecil terlihat nakal, bandel, suka bikin onar, besok gedenya akan terus begitu. Tugas kita sbg ortu hanyalah mendampingi mereka agar anak2 kita tetap berada di jalur yg seharusnya. Kita ga pernah tau sampai kapan kita bisa membersamai mereka. Maka dari itu, selagi kita masih ada, mari kita tanamkan adab2 yg baik sedari dini, karena masa2 itulah anak2 mudah diajari. Sungguh, mereka adl spons yg luar biasa, mudah menyerap apapun di sekitarnya. Mari kita didik anak2 kita adab2 yg baik sebelum mereka terlanjur dididik oleh lingkungan. Semoga senantiasa Allah membentengi anak2 kita dr perilaku yg buruk.

Sekian.
Saya, emak yg leluasa main HP krn ga dipinjem oleh anaknya 😆😈😜

Read more...
separador

Siklus Berkembangbiaknya Pakaian Anakku

Bagi yg punya balita dan lagi aktif2nya, pasti paham banget dong soal kenapa pakaian mereka cepet banget berkembangbiaknya. Pagi, kranjang/ ember wadah pakaian kotor udah kosong mlompong, menjelang siang, satu dua stel pakaian anak mengisi kekosongan. Eh, belum nyampe sore, pakaian2 itu udah saling fall in love, bercumbu mesra, tumpuk undung hingga akhirnya mereka beranak pinak dg pesatnya. 😅

Itu tandanya anak kita sehat2, punya banyak pakaian yg layak, dan bisa selalu tersedia dlm kondisi bersih. Alhamdulillah yaa.. Semoga kita (juru cuci manual cap Nyonya duduk) senantiasa diberi kekuatan, kesehatan, kesabaran, dan keikhlasan dalam mengendalikan perkembangbiakan pakaian anak2 kita. Semoga rasa lelah yg sering menghampiri tubuh ini berbuah manis suatu saat nanti, Aamiin... 😇

Selain mengendalikan perkembangbiakan pakaian, aku juga belajar mengendalikan diri, utk ga terlalu bayak ikut campur urusan gadis cilikku. Juga berusaha meredam cangkem ini utk tidak berteriak "Jangan!!" atau "Nanti kotor!!" Anakku mau main sama temennya neng mburi omah (lokasi favorite anak2 buat bermain), mau naik turun tangga di rumah berkali kali, mau main hujan, main pasir, main lumpur, main air sampe nyemplung ember sekalipun, aku berusaha ga mempermasalahkannya. Ku biarin. Sesukanya. Sebahagianya. Aku baru akan ikut campur kalo udah ada tanda bahaya, terdengar suara tangisannya, atau kalo dia melakukan suatu pelanggaran.

Tak jarang tingkah polah anak bikin ortu gregetan, takut, khawatir, pun sekaligus  bikin bangga. Dulu, kalo aku liat anakku main air, kungkum, aku khawatir nanti dia bisa kepleset atau takut dia masuk angin. Aku sebel krn pakaiannya basah dan harus ganti, aku jadi capek nyuci. Sekarang, aku berusaha utk ga terlalu ambil pusing, tanamkan positive thinking. Misal, saat mata ini menyaksikkan anak lg asyik main air. Batin ini berkata, gak apa2 Nak, sebahagiamu. Sehat, sehat, sehat, ga sakit, ga masuk angin. Dengan begitu, aku merasa diri ini lebih selow dan lebih waras, wkwkwk... 😌😜

Kalo kondisi biasa, anakku cuma mengotori dua stel pakaian. Pagi dan sore. Kalo kondisi luar biasa dan di luar dugaan, anakku bisa mengotori lebih dari tiga stel pakaian. Pagi habis mandi, beberapa menit kemudian, menjelang siang, habis mandi sore, menjelang tidur, dan kadang saat dia udah tidur pun (krn ngompol). Wkwkwk... 😜

Keesokan harinya, pakaian2 yg sedang beranak pinak di keranjang itu udah kembali bersih spt semula. Mereka hidup bahagia di dalam lemari meski hanya sekejap saja. Suatu saat nanti, pakaian kotor yg menumpuk itu hanya akan menjadi kenangan yg pasti ku rindukan. ☺

Tamat.

Read more...
separador

Tuesday, July 7, 2020

Jasmine dan Susu Kotak (Part 1 - di Warung Sebelah)

~ Jasmine dan Susu Kotak (Part 1 -- di Warung Sebelah)

Kemaren, siang2 waktu aku lg duduk2 santuy, tiba2 ujug2 mak bedunduk  ada yg mendatangi. Eh, jebulnya anak gadisku sendiri... Pulang dari main...

👧: Mama, Jamin mau tutu (Jasssmine mau susu) -- anakku mah gitu, kalo kecepeten nyebut namanya, Jasmine jadinya Jamin 🤦‍♀
🧕: Susu apa?
👧: Tutu totlat (susu coklat)
🧕: (Dalem hati... Untung cuma minta susu coklat, bukan susu ibu. Kan dia udah disapih, umurnya dah dua tahun lebih). Beli di mana?
👧: Di Mbak Meloni (Padahal namanya Melani).
🧕: Ya, nanti yaa.. Bobok siang dulu. Kalo dah bangun nanti trus beli susu coklat.
👧: Moh bobok tiang!
🧕: Jasmine pilih mana? Bobok siang dulu, trus beli susu. Atau... Ga bobok siang, ga beli susu.
👧: Jamin mau tutuuuu...!! (dia mulai teriak, makin merengek, sebentar lg pasti akan turun tangan, ngamuk. Bisa ngeplak, njiwit, njambak, atau apapun itu yg bisa dibilang semacam KDRT. Wkwkwk...).
🧕: Jangan menyakiti! (Ku pegangi tangan mungilnya yg barusan mendarat di wajahku, habis ngeplak).
👧: (Tangannya beralih ke rambutku, berniat njambak).
🧕: Anak baik tu ga menyakiti! Kalo dijambak itu sakit, tau?! (Sebelum rambutku mbrodol kena jambak yg makin kuat, ku genggam erat lengan ciliknya, sedikit demi sedikit biar jarinya terlepas dr rambutku yg kusut krn udah lama ga kesentuh air dan shampoo).
👧: (Akhirnya benteng pertahanannya utk mendapatkan susu coklat runtuh jg, nangis kejer lah dia. Wkwkwk...).
🧕: (Puk puk puk... Peluk doi sambil elus2 punggungnya).
👧: Maaf ya Maa... (Sambil masih nangis, tp ga seheboh yg tadi).
🧕: Iya.. Mama tau, Jasmine kesal krn pengen banget mimik susu coklat tapi ga langsung mama belikan ya? Susu yg ada gambar beruangnya itu kan? Masalahnya adalah Jasmine belum bobok siang. Nanti kalo pas mimik susu trus Jasmine  ngantuk, jadi ky mas yg di video 'tung tak tung tung' itu pie? (Sambil meragain kepala Jasmine yg teklak tekluk pura2 ngantuk dan itu bikin kami berdua tersenyum lucu. Video bisa dilihat di postingan sebelum2nya). Nah, ayo sekarang bobok siang dulu, nanti kalo udah bangun, ga ngantuk lg, trus beli susu deh!
👧: Beli tutu dua ✌ totlat sama tobeli
🧕: (Eh, nglunjak dia. Wkwkwk). Satu aja ya☝ Soalnya susunya mahal, tiga-ribu-lima-ratus. Mahal itu harus pake uang banyak. Uangnya mama sedikit, cuma cukup buat beli susu satu.

----------

Sering anakmu merengek minta sesuatu, hingga melakukan KDRT padamu, Mak? (Basanya anak2 takut sama bapaknya, so, yg lebih sering jd korban adl emaknya)
Kalo iya. Brarti sama. Hahaha...
Mungkin bagi sebagian besar ortu, melihat tingkah anaknya yg spt itu jd sebel, anyel, mangkel, marai frustrasi dan rasane pengen mengisolasi diri. Wkwkwk...
Daripada menyaksikkan tangisan dan amukan anak, mending diturutin aja keinginan si anak. Biar lekas piling gud, laik asyud. Yes. Si anak menang! 😏

Kalo aku, NO WAY! 🙅‍♀
Terkadang, utk urusan sepele spt itu, aku ga mau kalah dan ga mau ngalah begitu aja sama anakku. Di sini, aku lah yg pegang kendali, aku lah ratunya. Hahaha..

Enak aja, dia minta ini itu dg segera langsung seketika sim salabim tanpa melakukan suatu usaha, tanpa ada kontribusinya. Bukannya sbg ortu ga ikhlas, bukannya ga sayang anak, tapi, apa salahnya ngajarin anak utk menunda kesenangan, membiasakan anak utk tidak manja yg kemauannya harus diturutin segera, melatih anak utk menaati aturan keluarga dan memenuhi kewajiban dahulu baru mendapatkan haknya? 😒

Selain itu, aku ingin mengajarkan anakku ttg KEINGINAN vs KENYATAAN. Manusia boleh berkeinginan, tapi hidup tak selalu memberikannya. Sangat realistis kalo banyak keinginan manusia tidak terpenuhi, termasuk keinginan anak. Aku ingin menunjukkan ke anakku kalo semua orang juga mengalami hal yg sama : TIDAK SEMUA KEINGINAN MEREKA TERPENUHI, apalagi dalam satu waktu semua terjadi. Memang berat, tapi ini harus dibiasakan agar anak melihat kenyataan dan belajar menerima kenyataan.

Bagiku, rutinitas bobok siang itu penting utk anakku. Dan wajib hukumnya. Makanya, kalo anakku melewatkan jam bobok siangnya, pasti akan ada konsekuensi di belakangnya. Misal : ga dibolehin main HP seharian hingga malam, ga boleh minta susu, permen, atau jajanan lain.

Aturan kalo Jasmine minta sesuatu:
1. Jasmine minta, oke ku kasih saat itu juga.
2. Jasmine minta, well, let's talk about it later, tunggu dulu, nanti ku kasih.
3. Jasmine minta, I'll give you another better, semisal krn permintaan dia ga bisa ku penuhi atau permintaannya terlalu absurd bagiku, wkwkwk...

Selain ga mau kalah, aku jg ga mau ngalah dr anakku. Kalo dia udah mulai keterlaluan, main tangan, ga akan aku biarkan diri ini menjadi sasaran bulan2an. Memangnya ga sakit apa kalo dipukul, dijambak, dijiwit?! Mentang2 dia masih kecil, aku yg udah besar ini dipukuli, trus aku suruh ngalah diem aja gitu. Oo, tidak bisa begitu Esmeraldah... No no no no! ✋😒

Meski aku ga mau ngalah, aku tetap berusaha mencoba memahami apa yg dia rasakan. Aku tau dia sangat menginginkan susu coklat favoritenya. Di sini, dia jarang banget dapet jatah minum susu kotak (mengingat anggaran rumahtangga tak cukup buat selalu menyediakan susu untuknya) 🙈
Semua perasaan dapat diterima. Sebagian tindakan harus dibatasi. Aku mencoba menerima dan memahami perasaan Jasmine yg mungkin kesal, marah, krn dia tdk mendapatkan apa yg dia inginkan, jadilah perasaannya diinterpretasikan menjadi perilaku agresif, mukul, njambak. Tapi, kalo direspon dg  kata2 yg 'membenarkan' adanya perasaan negatif itu, dia bisa jauh lebih tenang dan ga merengek atau melakukan KDRT lg padaku.

Akhlak dan kebiasaan seseorang dibentuk sejak dia masih kecil. Jika sedari kecil terbiasa bicara kasar, berperilaku kasar, sampai dia jadi uztad pun akan jadi uztad yg kasar. So, aku ga mentolerir perilaku menyimpang dr anakku dg alasan "Ah, namanya juga anak2."

Aku mencoba memahami bahwa saat perasaan anak tidak baik, mereka tidak bisa berperilaku baik. Jasmine kesal, marah, krn ga dibelikan susu? It's normal. Boleh marah.. Silakan.. Aku ga melarang anakku marah, pun ga melarangnya menangis.
Perilaku yg ga ku ijinkan saat Jasmine marah adl :
1. Teriak atau menjerit berlebihan
2. Melempar atau merusak barang2
3. Menyakiti diri sendiri atau orang lain

----------

Nah, setelah amarah dan rengekan Jasmine mereda, kami berdua gojekan spt biasa di kamar, belajar buku kisah nabi2, bermain peran, aku jadi Jasmine, Jasmine jadi aku, hingga kami lelah, ngantuk, akhirnya ketiduran hingga waktu ashar menjelang.

Malamnya, sehabis isyak, kami jalan berdua, bergandengan tangan, membawa selembar uang menuju ke warung sebelah milik mbak Meloni, eh, Melani. Beli susu kotak coklat ultra mimi. Karena Jasmine udah penuhi kewajibannya bobok siang, maka aku pun berikan haknya utk menikmati susu coklat keinginannya.

Di warung, Jasmine minta tambahan jajan pilus. Meski harganya cuma limaratus tetep ga ku belikan, krn dlm kesepakatan, dia cuma boleh beli susu kotak satu. Untungnya dia mengerti dan ga bikin rusuh di sana krn ga dibelikan pilus. Setelah berhasil mendapatkan susu coklatnya, kami berdua pulang dg riang gembira, sambil ngobrol2 tentunya... 😁

----------

Kelihatan so easy, yes? 😅
Jasmine mudah dikendalikan. Cuma dibilangi begini begitu aja, ga butuh waktu lama, amukan dan amarahnya bisa mereda. Luluh. Bisa nurut kata2 emaknya.
Yah. Begitulah efek dari "the power of cangkem" 🤭
Maksudnya, sering2 lah ngajakin ngobrol anak, intinya sih itu.
Yg aku lakukan : berperan sbg teman yg asyik buat Jasmine.
Yg orang lain lihat : "Ini udah emak2 kok bicara dan tingkahnya kek anak2 sih?"

Demikian.
Saya, emak yg galak 😒

Read more...
separador

Wednesday, July 1, 2020

Nyapih Jasmine

Allah SWT berfirman:

"Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 233)

Sebagai seorang muslim dan sekaligus seorang ibu, kalau punya anak usianya sudah mendekati 2 tahun, yang dipikirkan pasti soal MENYAPIH. Eh, tapi ada juga ding, ibu lain di luar sana yang juga mikirin setoran dana talangan haji buat anaknya yang masih bayi, saking panjangnya antrean, sampai sampai anak baru lahir aja udah didaftarin haji. Wkwkwk.

Di sini aku mau cerita caraku menyapih anak perempuanku yang paling kintung kintung sedunia tiada tara, Jasmine namanya. Ceritaku ini mungkin bakalan panjang dan membosankan. Jadi, siap siap kopi dan camilan. Hehehe.

Menurutku, prosesi menyusu bukan hanya sekedar transfer makanan atau minuman dari emak ke anak. Tapi di sanalah, di payudara emaklah, ditemukan kenyamanan, keamanan, juga kasih sayang. Percaya gak?

Nih ya...
Pernah gak kamu perhatikan? Saat anakmu lagi marah, nangis, atau ketakutan, lalu kamu peluk, kamu taroh kepala anakmu di dadamu, sambil punggungnya diusap usap, lalu dia berangsur angsur menjadi lebih tenang, apa lagi kalau sekalian disusui. Dari yang tadinya nangis kejer bisa ketiduran hingga pulas. Itu tandanya, menyusu tidak hanya sekedar berfungsi buat ngisi perut si anak. Makanya, kalau si bapak lagi marah, sebel, badmood, coba juga disusui, bisa bisa minta nambah! Wkwkwk.

Pernah gak waktu menyusui anakmu, kamu juga merasakan ketenangan dan kebahagiaan? Saat menyusui, sambil liatin anakmu, kamu belai rambutnya yang lembut meskipun baru tumbuh sehelai dua helai. Kamu perhatikan rambut alisnya yang masih samar, belum begitu nampak. Matanya yang bening dan bulat menatapmu seolah kamulah satu satunya hal yang menarik baginya. Bibirnya yang monyong monyong lagi sibuk dalam urusan pengeyutan. Jemari tangannya yang mungil, ada kuku kuku yang mini di sana, dan kamu tersenyum karena ternyata mirip dengan kukumu. Kamu menyadarinya gak cara tangannya yang manis menjelajahi lehermu, kerah bajumu, wajahmu, atau terkadang suka memainkan hidungmu yang tak mancung itu? Kamu melihatnya gak, kedua tangan kecil itu menekan lembut dadamu, seolah ingin membantu melancarkan aliran ASImu? Pernah gak kamu merasakan sensasi kebahagiaan dan memperhatikan semua gerak gerik bayimu itu?

Menurutku lagi, misal menyusu adalah tempat bagi anak menemukan keaman dan kenyaman, maka sapih adalah proses emak dan anak keluar dari zona aman dan nyamannya selama ini. Jadi sebenernya, gak cuma si anak yang menginginkan ketenangan dan kenyamanan berupa nenen, tapi si bapak juga. Ups! Makanya, anaknya lekas di sapih, Mak, bapaknya udah ngantre tuh! Wkwkwk.

Tapiiii... Gimana cara ngajak si kecil agar mau keluar dari confort zone? Apakah saat anak ultah ke dua, ujug ujug langsung sapih gitu aja tanpa pemberitahuan sebelumnya? Makbedunduk langsung distop gak boleh menyusu lagi dengan berbagai alasan yang mengada ada dan tipuan belaka? Coba bayangin, gimana rasanya, misal kamu udah enak enak tinggal di rumah petak, eeh, tau tau kena gusur tanpa surat pemberitauan terlebih dulu. How does it feel?
Hancur hati iniiii... Remuque hati iniiii...
Mungkin itu juga yang dirasakan anakmu kalau cara nyapihmu seperti itu, Mak.
Mungkin batinnya : "Hlo iki mbokku maksude yoopo kok tega mbi aku? Wingi iseh entuk nyusu tiba tiba saiki gak entuk ki pie?"

Apa gak kasihan, Mak?

Cara nyapih anak dadakan, selain bikin anak trauma dan terluka batinnya, juga bikin payudara emak jadi bengkak. Siapa yang sudah terlanjur ngalami kek gitu? Cung! Hehehe.

Karena pada prinsipnya, makin sering dikenyut, ASI makin banyak diproduksi. Nah, giliran pengenyutan dihentikan secara tiba tib, terjadi penumpukan produksi ASI, itu yang bikin payudara jadi berasa penuh dan sakit. Parahnya lagi, bisa sampai bikin emak demam. Belum lagi kalau payudara dikasih oles oles bahan yang semestinya gak boleh tertelan, misalnya lipstik, betadine, balsem, minyak kayu putih, dsb. Dah gitu masih ditambah tambahi dengan sandiwara, membohongi anak dengan bilang nenennya sakit lah, pura pura dihasaplast lah, atau dikasih pahit pahit lah. Tanpa sadar hal itu sama aja ngajari anak berbohong. Kasihan, Mak.

Kalau zaman dulu, bisa dipastikan sebagian besar ibu memang begitu cara menyapihnya, karena mungkin belum mengetahui kalau ada cara lain dalam menyapih yang lebih menyenangkan. It's oke. Maklum. Ortu zaman dulu, asal anak sehat dan bahagia, sudah merasa luar biasa. Dan Alhamdulillah, ortu kita telah merawat dan membesarkan kita hingga kini memiliki anak sendiri, giliran kita yang berperan menjadi orang tua.

Orang tua zaman now yang katanya milenial, memiliki akses lebih luas terhadap pengetahuan daripada orang tua zaman old. Melek ilmu, terutama parenting. Berseliweran dimana mana, bisa diperoleh kapan saja. Cuman yang menjadi pertanyaan, bersediakah mengamalkannya? 

Dan demi kebaikan bersama, aku gak menerapkan cara nyapih yang mendadak dangdut seperti cara zaman old ke Jasmine dan adek adeknya kelak. Aku ingin menjaga perasaan anakku, aku ingin aku dan anakku sama sama rela lepas dari zona nyaman kami berdua, dan kami akan menghadapi semua tantangan ini bersama sama.

Lika liku negosiasi pemberhentian menyusu antara aku dengan Jasmine.

Mama : Jasmine... Anak mama yang paling kintung kintung sedunia, besok kalo udah umur 2 tahun gak usah nenen lagi yaa... Kan Jasmine udah jadi anak kecil, bukan bayi lagi.
Jasmine : Nenen bobok kayak bayi, Maa...
Mama : Walah...

------

Mama : Meskipun Jasmine udah gak nenen mama lagi, tapi mama tetep sayang sama Jasmine. Jasmine boleh mimik susu sapi moo, yang stoberi, atau yang coklat juga boleh. Mimik jus, teh hangat, susu kedele, mimik air putih cuurrrr. Tapi gak boleh nenen.
Jasmine : Nenen, Maaa. Jasmine mau nenen.
Mama : Waduh!

------

Jasmine : Mas Dudut nenen (dia lihat temen sebayanya lagi nenen sambil bobok)
Mama : Iya, tapi besok sebentar lagi Mas Dudut juga gak boleh nenen kayak Jasmine.
Jasmine : Jasmine nenen, Maa.
Mama : Main puzzle aja yuk. Dibikin rumah. Atau baca buku yang ada gambar hewan hewannya.
Jasmine : Beyajang, Ma. (menurut Jasmine, baca buku itu dibilang belajar)
Mama : Belajar sama papa, yaa.
Jasmine : Sama mama wae cok! (sama mama aja kok)
Mama : Bhaiquelah!

------

Jasmine : Bobok nenen neng nduwung, Ma (dia minta bobok sambil nenen di kamar atas)
Mama : Iya, nanti yaa. Tunggu sholat isyak dulu.
Jasmine : Nco, nco, Jasmine bobok nenen neng nduwung. (nanti Jasmine bobok nenen di kamar atas) 
Mama : Hmm...

------

Mama : Jasmine nenennya sebentar aja yaa.
Jasmine : .... (masih asyik ngenyut)
Mama : Jasmine sebentar lagi umur 2 tahun hloo, gak nenen yaa?
Jasmine : Ya. (lanjut nenen)
Mama : Tenan?
Jasmine : Tenan. (lanjut lagi)
Mama : Janji?
Jasmine : Janji. (dan tetap masih lanjut nenen)
Mama : Duh, Dek! (aku tau, meski udah janji, pasti besok besok tetep minta nenen lagi)

------

Alhamdulillahnya, anakku udah bisa merespon apa yang kubilang ke dia. Jadi kuharap dia ngerti dan paham maksud omongan emaknya ini. Meskipun anak anak kalian ada yang belum bisa menanggapi obrolan kalian, jangan kira anak kalian tuh gak ngerti apa apa. Mereka itu pandai, mereka pembelajar yang handal. So, jangan ragu buat sering sering ngajak anak ngobrol, Mak.

Memang butuh kesabaran ekstra dan waktu tak sebentar. Bahkan aku mempersiapkan diriku dan Jasmine sejak dia umur 1.5 tahun. Saat dia lagi menyusu, saat lagi nonton video lagu lagu di HP, saat dia lihat teman sebayanya menyusu, dan terutama saat dia menjelang tidur kondisi sudah merem tapi belum lelap, selalu kukasih tau dia kalau sebentar lagi udah gak boleh menyusu, soalnya Allah ngasih jatah Jasmine menyusu sebaiknya sampai umur 2 tahun aja.

Di samping persiapan jauh jauh hari, juga butuh teknik. Mengurangi frekuensi dia menyusu dengan distraksi dan negosiasi. Ya gitu caranya, saat anak pengen menyusu, alihkan ke hal lain yang dirasa lebih menarik minat dia. Anak kecil itu rentang konsentrasinya masih pendek, jadi perhatiannya mudah dialihkan. Jadi kita sebagai ortunya memang dituntut sabar dan pintar mengalihkan perhatian. Dengan begitu, otomatis frekuensi menyusu jadi berkurang. Misal semula, sehari bisa menyusu 5x, bisa berkurang jadi 2x sehari. Lama kelamaan siang sudah gak menyusu, cuma malam aja menyusunya sebagai ritual menjelang bobok.

Selain itu, peran keluarga juga sangat penting, terutama suami. Bikin si anak lebih deket dengan bapaknya. Misal waktu malam ingin menyusu (otomatis anak bakalan nangis, rewel, dan menyebalkan), biarkan si bapak yang menghadle anak. Entah dengan cara diajak main, diambilkan minum atau makan, dibacakan buku, digendong sampai anaknya ketiduran. Intinya, biar anak terbiasa gak menyusu malam. Sesekali emak bisa rehat lebih awal. Gimana? Seneng atau seneng banget, Mak? Wkwkwk.

Makasih ya my ipel ipel and uyelable husband, yang sudah merelakan pundaknya malam malam buat gendong anak kita selama proses sapih. Hehehe.

Nah, kalau anak sudah biasa gak menyusu, karena lebih asyik main sama temannya, eh, tiba tiba rebutan mainan, nangis kejer, jangan sodorin nenen sebagai penenangnya. Pokoknya jangan tawari anak buat menyusu, kecuali pada kondisi tertentu, misal jika anak sakit, gak doyan makan minum selain inginnya menyusu aja.

Ngomong ngomong soal sakit, Jasmine mulai gak kususui ya sejak dia habis sakit. Diare. Demam. Waktu priksa ke dokter, Jasmine dengar sendiri kata dokter kalau pupnya masih cair, jadi gak dibolehkan minum susu dan produk turunannya, juga gak dibolehkan makan coklat dan makanan manis manis dulu.

Di rumah...
Mama : Jasmine dengar kata buk dokter kan? Pupnya masih cair, gak boleh mik susu dulu. Gak boleh nenen.
Jasmine : Nenen, Maaa...
Mama : Jasmine pupnya masih cair hloo.
Jasmine : Macih cain? (masih cair?)
Mama : Iyaa. Besok kalau udah gak cair, boleh mik susu lagi. Sekarang mimiknya ganti teh hangat dulu aja yaa.
Jasmine : Nco, nco, ndak cain, boyeh mimik cucu? (nanti kalau pupnya gak cair boleh mimik susu?)
Mama : Iyaa. Tapi susu sapi moo, bukan susu nenen.
Jasmine : Cucu cocat. (susu coklat)
Mama : Susu coklat boleh, stroberi juga boleh.

Sejak saat itu, tiiiiapp hari Jasmine minta menyusu, meskipun pupnya sudah gak cair, sudah kembali normal, selalu aku ingetin kalau dia gak boleh mik nenen, bolehnya susu sapi moo. So, ada hikmah di balik musibah. Hehehe.

Tapi, apakah berhenti sampai di situ, Jasmine gak minta menyusu lagi?
Oh, tentu tidak, Mak!
Perjuangan kami berdua masih berlanjut...

Ciri khasnya Jasmine, kalau minta sesuatu tapi gak keturutan, dia bakalan nangis sambil minta digendong. Jadi ya dikuat kuatin aja ini pundak biar gak makin semplok membawa beban yang makin bertambah. Udah Jasmine yang makin berat (sejak gak menyusu lagi, makannya jadi tambah lahap), ditambah beban di perut karena makin menggendut, pun beban pikiran kalau kurang piknik dan kurang transferan. Wkwkwk.

Selain faktor dari dalam, yaitu antara aku dan Jasmine, juga pasti tak lepas dari pengaruh faktor luar, bisa itu ortu, mertua, saudara, tetangga, atau bahkan komentar netijen.

Pernah ibukku menyarankan buat menyapih Jasmine dengan cara konvensional, yang seperti aku hindari tadi. Tapi aku gak setuju. Aku jelaskan ke ibuk kalau ada cara lain yang lebih menyenangkan. Lalu ibuk juga menyarankan buat suntik sapih. Ini gak salah ketik. Suntik sapih hlo ya, bukan sapi. Memang ada sapih dengan cara suntik. Di klinik tempat aku kontrol kehamilan, ada layanan suntik sapih. Jadi, si ibu diberi suntikan yang entah obat apa aku gak tahu, tujuannya biar si anak gak mau menyusu lagi. Mungkin suntikan itu berpengaruh ke rasa ASI atau gimana mekanismenya aku gak tanya ke petugas kliniknya. Karena selain aku takut disuntik, juga memang dari awal aku gak setuju sapih dengan cara seperti itu. Untungnya ibukku mengerti, dan aku akan membuktikan cara sapihku yang lebih menyenangkan ini berhasil di Jasmine.

Selain saran dari ibuk, ada juga saudara yang menyarankan agar Jasmine segera disapih, dengan cara lama. Mengingat aku hamil, tapi masih menyusui. Breastfeeding while pregnant bagi sebagian orang memang terlihat masih asing. Anggapan orang zaman dulu, kalau menyusui tapi keburu hamil lagi, maka mau gak mau harus disapih. Tapi kalau zaman sekarang, menyusui selama hamil, itu gak apa apa. Dengan catatan tidak terjadi keluhan kehamilan yang berarti selama menyusui. Awal awal aku hamil, sedang aku masih menyusui, di bagian perut bawah memang terasa agak nyeri saat Jasmine ngenyut nenen terlalu kuat. Tapi itu biasa, dan tidak membahayakan diriku maupun calon adiknya Jasmine.

Saran bisa datang darimana saja, meskipun tanpa diminta. Begitu juga dengan ilmu, bisa didapat dari mana saja meski tanpa sengaja. Jasmine adalah anak pertamaku, otomatis, menjadi ibu adalah hal baru bagiku. Tapi aku selalu berusaha update ilmu, biar saat dihadapkan pada kenyataan, setidaknya gak kagetan. Dan gak sering beralasan "Maklum, baru anak pertama," untuk sebuah ketidaktahuan. Jangankan baru anak pertama, wong yang sudah punya tiga empat anak aja kadang masih kelabakan mempraktikkan teori yang selama ini dipelajari. Hehehe.

Sesaat pasca sapih...
Suatu hari, aku, Jasmine, dan bapaknya Jasmine lagi nonton TV.
Jasmine : Nenen, Maa...
Mama : Kan Jasmine udah gak boleh nenen.
Jasmine : Eeh, macuk macuuk (tangannya dimasukin ke baju emak, ketemu puting, diplintir plintir).
Mama : Saru, malu ah! Mama geliii...
Jasmine : Yoo nenennya yo Maa. (hlo nenennya)
Mama : Nenennya udah habis susunya. (karena lama gak dikenyut, ASI ku udah gak keluar lagi)
Jasmine : Dihabiscan capa? (dihabiskan siapa?)
Mama : Dihabiskan Jasmine.
Jasmine : Ini nenennya papa?
Mama : Iya, ini nenennya papa. Dikembalikan ke papa, ya? (dalam batin ketawa)
Jasmine : Ni Pa, nenennya.
Papa : Yaa... (bapaknya lempeng lempeng aja jawabnya)
Mama : Besok gantian dipinjam dedek ya nenennya?
Jasmine : Jasmine mau nenen...
Mama : Kan susunya udah dihabiskan Jasmine. Nonton TV aja yuk. Eh, ada hewan hewanya gak yaa? (Jasmine suka nonton acara yg ada hewan hewannya)
Jasmine : Ada.
Mama : Dicari dulu yang ada hewan hewannya.

Begitu seterusnya hingga gak terasa sudah sebulan Jasmine gak nenen. Dan memang kalau dia pingin ngenyut, sudah gak bisa keluar ASInya, keknya dia juga sudah lupa gimana cara ngenyutnya, jadi dia menolak nenen dengan sendirinya. Hahaha.

Meskipun sudah bisa dibilang sukses nyapih Jasmine, perasaan sedih dan bersalah kadang masih nyelip di dada. Aku gak nyangka aja "segampang" itu proses nyapihnya. Gak perlu kebanyakan drama, gak perlu oles puting segala, gak perlu jamu jamuan, eeh, anaknya cuma perlu diajak ngobrol dan dialihkan perhatiannya. Jadi, sejak tanggal 1 Februari dia sudah gak nenen. Itu artinya belum genap 2 tahun. Lebih tepatnya saat dia umur 22 bulan. Kadang aku kangen pingin dikenyut lagi, mendekapnya lagi di dada ini, sambil nyiumi ubun ubunnya dengan rambutnya yang tipis. Kek seolah olah mau ditinggal Jasmine rabiiii... Hiks...

Yang lagi proses sapih, tetap sabar dan tetap bakoh ya, Mak! Rengekan dan tangisan anak memang sering melemahkan kita. Selalu libatkan Allah di setiap usaha kita. Selalu iringi usaha dengan doa. Karena hanya Allah yang menentukan kapan anak bersedia lepas dari menyusunya.

Semoga ceritaku bermanfaat dan bisa jadi bahan pertimbangan "cara menyapih" anak anak kalian. Sekali lagi, ceritaku ini bukan bermaksud sok tahu atau underestimate cara menyapih buibu yang berbeda dengan cara menyapihku. Karena, ibu lah yang paling mengerti kondisi anak anaknya, dan semua ibu pasti menginginkan yang terbaik buat anak anaknya.

Sekian,

Read more...
separador

Jasmine dan Sepeda (Part 2 - Roda Tiga)

🎵Kring kring kring ada sepeda
🎵Sepedaku roda tiga
🎵Kudapat dari ayah
🎵Karna rajin bekerja

Eh, liriknya gimana sih? Masak anak seumuran pengendara sepeda roda tiga, yg notabene masih balita udah disuruh kerja? Eksploitasi anak itu namanya! Masih mending kan ya kalo liriknya "karna rajin belajar"? Belajar juga ga harus di sekolah, bagi balita mah belajar bisa dimanapun dan kapan pun, asal emak bapaknya mau ngajarin... 🤗

Seperti Jasmine, anakku yg paling kintung2 sedunia tiada tara, utk mendapatkan sebuah sepeda roda tiga aja, dia harus belajar ngumpulin uang dg cara bekerja, eh, memalak, duh, sorry typo, maksudnya dg cara menabung. 🤭

🎵Bang bing bung yok kita nabung
🎵Tang ting tung hey jangan dihitung
🎵Tau tau kita nanti dapat untung
🎵Dari kecil kita mulai menabung

Ada yg masih inget lagu itu? Kalo iya, mestinya sekarang kalian udah jadi orang tua. Wkwkwk... 😜

Nah, sbg orang tua, aku mulai ngajari anakku utk nabung sejak dia umur 2 tahun. Demi buat beli sepeda roda tiga. Doi nabung pake uang beneran, bukan uang monopoli, apalagi uang mainan yg ada gambar berbi2annya. Nabungnya jenis uang retjeh gaes, koin 500 atau 1000an. Program nabung mulai sejak bln Februari kemaren, minimal sehari seribu. Target bisa beli sepeda bln Juli atau sebelum pertengahan Agustus. Itu berarti sekitar setengah tahun dia harus bersabar ngumpulin koin demi koin yg dia masukin ke dalam celengan plastik bentuk domba warna merah seharga 4000 rupiah, yg dibeli di warung sebelah (warungnya Mbak Meloni). 😁

Uang yg terkumpul dari hasil tabungan Jasmine jebulnya belum cukup buat beli sepeda gaes.. 😆
Perlu tombok ini brarti!
But it's not a big deal, krn aku mengajarkan proses, bukan hasil. Dengan menabung, kuharap Jasmine belajar utk bisa sedikit lebih bersabar, berhemat (ga banyak minta jajan), berupaya lebih giat utk mendapatkan apa yg dia inginkan, dan dia akan lebih menghargai barang yg udah dia upayakan dg susah payah. Sbg ibu, mudah aja bagiku langsung membelikan sepeda buat anakku, tinggal malak si bapak, "Pa, minta uang! Ga ada uang, ga ada jatah malam!" Wkwkwk.. 😜
Tapi enggak demikian yg aku lakukan gaes.. 😒

Mungkin, ada yg menganggap kami ini ortu yg pelit dan berbelit. Anak cuma minta sepeda yg harganya ga seberapa aja ga langsung dibelikan. Sebenernya, jauh sebelum viralnya kebiasaan goes, aku udah berencana membelikan Jasmine sepeda. Bahkan, jenis dan spesifikasi sepedanya pun sudah aku tentukan. Harga juga sudah kupikirkan. Hanya saja, aku ingin biar Jasmine merasakan sensasi dari kalimat "akan indah pada waktunya", wkwkwk... 😜

Sebagian besar ortu mungkin berpikir "dulu aku boleh susah, tapi anakku jangan sampe susah." So, dg alasan sayang dan cinta kasihnya ke anak, ortu dg mudahnya memberikan segala fasilitas utk si anak yg dulunya fasilitas itu ga bisa didapet sama ortu. Memang, masing2 ortu punya kemampuan finansial berbeda beda utk membahagiakan anaknya, dan itu hak mereka membelikan ini itu ke anak2 mereka tanpa perlu banyak usaha.

Kalo aku dan suami (meskipun pada saat kondisi finansial kami mampu membelikan anak ini itu), tetap sepakat bahwa "awake dewe biyen pernah rekoso, saiki anak2e dewe yoben melu ngrasakne". Huahahaha. Ortu yg jahat! 😈

Dulu, utk sekedar beli mie ayam semangkok aja, aku harus nyisihin uang saku. Suami pun begitu, utk beli sepatu harus nabung dulu. Jadi, apa salahnya Jasmine dan adek2nya kelak jg harus berusaha dulu utk mendapatkan apa yg mereka mau. Wong misalnya dia pengen permen atau susu kotak, ga langsung aku kasih saat itu juga. Ada kewajiban yg harus dia penuhi dulu sebelum mendapatkan haknya, misal harus tidur siang dulu. Ga ada reward sebelum effort. Wkwkwk.. 😜

Aku tau, anakku begitu menginginkan memiliki sepeda sendiri. Terkadang, kasihan juga melihatnya jalan kali atau sesekali berlari kecil, mengekor teman2nya yg pada naik sepeda. Dia selalu semangat manjat2 sepeda motor milik kakung atau bapaknya. Dia selalu ingin pinjem sepeda (roda empat) milik teman sepermainannya meski cuma sebentar. Selalu ingin bisa menaiki sepeda kecil roda dua milik sodara sepupunya. Bahkan, sempat terjadi tragedi dia jatoh dr sepeda itu dan meninggalkan bekas luka di pelipis dekat matanya. (Kisah ini ada di "Jasmine dan Sepeda - Part 1")

Kalo udah begitu, aku hanya bisa menyemangatinya utk lebih giat masukin uang koin ke dalam dombanya (dia selalu semangat utk hal ini). "Kalo uangnya Jasmine udah buanyaaak sekali, besok kita beli sepeda sendiri yaa..," kataku.

Dan, pada hari ini...
Alhamdulillah akhirnya Jasmine berhasil mendapatkan sepeda pertamanya dari hasil nabung selama kurleb setengah tahun, ditambah uang pemberian dari kakung dan utinya, dan ngambil sejimpit dari dompet bapaknya. Wkwkwk... 😜

Congrats my lovely! 😍
Now you got what you want. You have your own bike. Enjoy it. And take good care of it... 😘

Read more...
separador

Followers