Wednesday, July 1, 2020

Nyapih Jasmine

Allah SWT berfirman:

"Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 233)

Sebagai seorang muslim dan sekaligus seorang ibu, kalau punya anak usianya sudah mendekati 2 tahun, yang dipikirkan pasti soal MENYAPIH. Eh, tapi ada juga ding, ibu lain di luar sana yang juga mikirin setoran dana talangan haji buat anaknya yang masih bayi, saking panjangnya antrean, sampai sampai anak baru lahir aja udah didaftarin haji. Wkwkwk.

Di sini aku mau cerita caraku menyapih anak perempuanku yang paling kintung kintung sedunia tiada tara, Jasmine namanya. Ceritaku ini mungkin bakalan panjang dan membosankan. Jadi, siap siap kopi dan camilan. Hehehe.

Menurutku, prosesi menyusu bukan hanya sekedar transfer makanan atau minuman dari emak ke anak. Tapi di sanalah, di payudara emaklah, ditemukan kenyamanan, keamanan, juga kasih sayang. Percaya gak?

Nih ya...
Pernah gak kamu perhatikan? Saat anakmu lagi marah, nangis, atau ketakutan, lalu kamu peluk, kamu taroh kepala anakmu di dadamu, sambil punggungnya diusap usap, lalu dia berangsur angsur menjadi lebih tenang, apa lagi kalau sekalian disusui. Dari yang tadinya nangis kejer bisa ketiduran hingga pulas. Itu tandanya, menyusu tidak hanya sekedar berfungsi buat ngisi perut si anak. Makanya, kalau si bapak lagi marah, sebel, badmood, coba juga disusui, bisa bisa minta nambah! Wkwkwk.

Pernah gak waktu menyusui anakmu, kamu juga merasakan ketenangan dan kebahagiaan? Saat menyusui, sambil liatin anakmu, kamu belai rambutnya yang lembut meskipun baru tumbuh sehelai dua helai. Kamu perhatikan rambut alisnya yang masih samar, belum begitu nampak. Matanya yang bening dan bulat menatapmu seolah kamulah satu satunya hal yang menarik baginya. Bibirnya yang monyong monyong lagi sibuk dalam urusan pengeyutan. Jemari tangannya yang mungil, ada kuku kuku yang mini di sana, dan kamu tersenyum karena ternyata mirip dengan kukumu. Kamu menyadarinya gak cara tangannya yang manis menjelajahi lehermu, kerah bajumu, wajahmu, atau terkadang suka memainkan hidungmu yang tak mancung itu? Kamu melihatnya gak, kedua tangan kecil itu menekan lembut dadamu, seolah ingin membantu melancarkan aliran ASImu? Pernah gak kamu merasakan sensasi kebahagiaan dan memperhatikan semua gerak gerik bayimu itu?

Menurutku lagi, misal menyusu adalah tempat bagi anak menemukan keaman dan kenyaman, maka sapih adalah proses emak dan anak keluar dari zona aman dan nyamannya selama ini. Jadi sebenernya, gak cuma si anak yang menginginkan ketenangan dan kenyamanan berupa nenen, tapi si bapak juga. Ups! Makanya, anaknya lekas di sapih, Mak, bapaknya udah ngantre tuh! Wkwkwk.

Tapiiii... Gimana cara ngajak si kecil agar mau keluar dari confort zone? Apakah saat anak ultah ke dua, ujug ujug langsung sapih gitu aja tanpa pemberitahuan sebelumnya? Makbedunduk langsung distop gak boleh menyusu lagi dengan berbagai alasan yang mengada ada dan tipuan belaka? Coba bayangin, gimana rasanya, misal kamu udah enak enak tinggal di rumah petak, eeh, tau tau kena gusur tanpa surat pemberitauan terlebih dulu. How does it feel?
Hancur hati iniiii... Remuque hati iniiii...
Mungkin itu juga yang dirasakan anakmu kalau cara nyapihmu seperti itu, Mak.
Mungkin batinnya : "Hlo iki mbokku maksude yoopo kok tega mbi aku? Wingi iseh entuk nyusu tiba tiba saiki gak entuk ki pie?"

Apa gak kasihan, Mak?

Cara nyapih anak dadakan, selain bikin anak trauma dan terluka batinnya, juga bikin payudara emak jadi bengkak. Siapa yang sudah terlanjur ngalami kek gitu? Cung! Hehehe.

Karena pada prinsipnya, makin sering dikenyut, ASI makin banyak diproduksi. Nah, giliran pengenyutan dihentikan secara tiba tib, terjadi penumpukan produksi ASI, itu yang bikin payudara jadi berasa penuh dan sakit. Parahnya lagi, bisa sampai bikin emak demam. Belum lagi kalau payudara dikasih oles oles bahan yang semestinya gak boleh tertelan, misalnya lipstik, betadine, balsem, minyak kayu putih, dsb. Dah gitu masih ditambah tambahi dengan sandiwara, membohongi anak dengan bilang nenennya sakit lah, pura pura dihasaplast lah, atau dikasih pahit pahit lah. Tanpa sadar hal itu sama aja ngajari anak berbohong. Kasihan, Mak.

Kalau zaman dulu, bisa dipastikan sebagian besar ibu memang begitu cara menyapihnya, karena mungkin belum mengetahui kalau ada cara lain dalam menyapih yang lebih menyenangkan. It's oke. Maklum. Ortu zaman dulu, asal anak sehat dan bahagia, sudah merasa luar biasa. Dan Alhamdulillah, ortu kita telah merawat dan membesarkan kita hingga kini memiliki anak sendiri, giliran kita yang berperan menjadi orang tua.

Orang tua zaman now yang katanya milenial, memiliki akses lebih luas terhadap pengetahuan daripada orang tua zaman old. Melek ilmu, terutama parenting. Berseliweran dimana mana, bisa diperoleh kapan saja. Cuman yang menjadi pertanyaan, bersediakah mengamalkannya? 

Dan demi kebaikan bersama, aku gak menerapkan cara nyapih yang mendadak dangdut seperti cara zaman old ke Jasmine dan adek adeknya kelak. Aku ingin menjaga perasaan anakku, aku ingin aku dan anakku sama sama rela lepas dari zona nyaman kami berdua, dan kami akan menghadapi semua tantangan ini bersama sama.

Lika liku negosiasi pemberhentian menyusu antara aku dengan Jasmine.

Mama : Jasmine... Anak mama yang paling kintung kintung sedunia, besok kalo udah umur 2 tahun gak usah nenen lagi yaa... Kan Jasmine udah jadi anak kecil, bukan bayi lagi.
Jasmine : Nenen bobok kayak bayi, Maa...
Mama : Walah...

------

Mama : Meskipun Jasmine udah gak nenen mama lagi, tapi mama tetep sayang sama Jasmine. Jasmine boleh mimik susu sapi moo, yang stoberi, atau yang coklat juga boleh. Mimik jus, teh hangat, susu kedele, mimik air putih cuurrrr. Tapi gak boleh nenen.
Jasmine : Nenen, Maaa. Jasmine mau nenen.
Mama : Waduh!

------

Jasmine : Mas Dudut nenen (dia lihat temen sebayanya lagi nenen sambil bobok)
Mama : Iya, tapi besok sebentar lagi Mas Dudut juga gak boleh nenen kayak Jasmine.
Jasmine : Jasmine nenen, Maa.
Mama : Main puzzle aja yuk. Dibikin rumah. Atau baca buku yang ada gambar hewan hewannya.
Jasmine : Beyajang, Ma. (menurut Jasmine, baca buku itu dibilang belajar)
Mama : Belajar sama papa, yaa.
Jasmine : Sama mama wae cok! (sama mama aja kok)
Mama : Bhaiquelah!

------

Jasmine : Bobok nenen neng nduwung, Ma (dia minta bobok sambil nenen di kamar atas)
Mama : Iya, nanti yaa. Tunggu sholat isyak dulu.
Jasmine : Nco, nco, Jasmine bobok nenen neng nduwung. (nanti Jasmine bobok nenen di kamar atas) 
Mama : Hmm...

------

Mama : Jasmine nenennya sebentar aja yaa.
Jasmine : .... (masih asyik ngenyut)
Mama : Jasmine sebentar lagi umur 2 tahun hloo, gak nenen yaa?
Jasmine : Ya. (lanjut nenen)
Mama : Tenan?
Jasmine : Tenan. (lanjut lagi)
Mama : Janji?
Jasmine : Janji. (dan tetap masih lanjut nenen)
Mama : Duh, Dek! (aku tau, meski udah janji, pasti besok besok tetep minta nenen lagi)

------

Alhamdulillahnya, anakku udah bisa merespon apa yang kubilang ke dia. Jadi kuharap dia ngerti dan paham maksud omongan emaknya ini. Meskipun anak anak kalian ada yang belum bisa menanggapi obrolan kalian, jangan kira anak kalian tuh gak ngerti apa apa. Mereka itu pandai, mereka pembelajar yang handal. So, jangan ragu buat sering sering ngajak anak ngobrol, Mak.

Memang butuh kesabaran ekstra dan waktu tak sebentar. Bahkan aku mempersiapkan diriku dan Jasmine sejak dia umur 1.5 tahun. Saat dia lagi menyusu, saat lagi nonton video lagu lagu di HP, saat dia lihat teman sebayanya menyusu, dan terutama saat dia menjelang tidur kondisi sudah merem tapi belum lelap, selalu kukasih tau dia kalau sebentar lagi udah gak boleh menyusu, soalnya Allah ngasih jatah Jasmine menyusu sebaiknya sampai umur 2 tahun aja.

Di samping persiapan jauh jauh hari, juga butuh teknik. Mengurangi frekuensi dia menyusu dengan distraksi dan negosiasi. Ya gitu caranya, saat anak pengen menyusu, alihkan ke hal lain yang dirasa lebih menarik minat dia. Anak kecil itu rentang konsentrasinya masih pendek, jadi perhatiannya mudah dialihkan. Jadi kita sebagai ortunya memang dituntut sabar dan pintar mengalihkan perhatian. Dengan begitu, otomatis frekuensi menyusu jadi berkurang. Misal semula, sehari bisa menyusu 5x, bisa berkurang jadi 2x sehari. Lama kelamaan siang sudah gak menyusu, cuma malam aja menyusunya sebagai ritual menjelang bobok.

Selain itu, peran keluarga juga sangat penting, terutama suami. Bikin si anak lebih deket dengan bapaknya. Misal waktu malam ingin menyusu (otomatis anak bakalan nangis, rewel, dan menyebalkan), biarkan si bapak yang menghadle anak. Entah dengan cara diajak main, diambilkan minum atau makan, dibacakan buku, digendong sampai anaknya ketiduran. Intinya, biar anak terbiasa gak menyusu malam. Sesekali emak bisa rehat lebih awal. Gimana? Seneng atau seneng banget, Mak? Wkwkwk.

Makasih ya my ipel ipel and uyelable husband, yang sudah merelakan pundaknya malam malam buat gendong anak kita selama proses sapih. Hehehe.

Nah, kalau anak sudah biasa gak menyusu, karena lebih asyik main sama temannya, eh, tiba tiba rebutan mainan, nangis kejer, jangan sodorin nenen sebagai penenangnya. Pokoknya jangan tawari anak buat menyusu, kecuali pada kondisi tertentu, misal jika anak sakit, gak doyan makan minum selain inginnya menyusu aja.

Ngomong ngomong soal sakit, Jasmine mulai gak kususui ya sejak dia habis sakit. Diare. Demam. Waktu priksa ke dokter, Jasmine dengar sendiri kata dokter kalau pupnya masih cair, jadi gak dibolehkan minum susu dan produk turunannya, juga gak dibolehkan makan coklat dan makanan manis manis dulu.

Di rumah...
Mama : Jasmine dengar kata buk dokter kan? Pupnya masih cair, gak boleh mik susu dulu. Gak boleh nenen.
Jasmine : Nenen, Maaa...
Mama : Jasmine pupnya masih cair hloo.
Jasmine : Macih cain? (masih cair?)
Mama : Iyaa. Besok kalau udah gak cair, boleh mik susu lagi. Sekarang mimiknya ganti teh hangat dulu aja yaa.
Jasmine : Nco, nco, ndak cain, boyeh mimik cucu? (nanti kalau pupnya gak cair boleh mimik susu?)
Mama : Iyaa. Tapi susu sapi moo, bukan susu nenen.
Jasmine : Cucu cocat. (susu coklat)
Mama : Susu coklat boleh, stroberi juga boleh.

Sejak saat itu, tiiiiapp hari Jasmine minta menyusu, meskipun pupnya sudah gak cair, sudah kembali normal, selalu aku ingetin kalau dia gak boleh mik nenen, bolehnya susu sapi moo. So, ada hikmah di balik musibah. Hehehe.

Tapi, apakah berhenti sampai di situ, Jasmine gak minta menyusu lagi?
Oh, tentu tidak, Mak!
Perjuangan kami berdua masih berlanjut...

Ciri khasnya Jasmine, kalau minta sesuatu tapi gak keturutan, dia bakalan nangis sambil minta digendong. Jadi ya dikuat kuatin aja ini pundak biar gak makin semplok membawa beban yang makin bertambah. Udah Jasmine yang makin berat (sejak gak menyusu lagi, makannya jadi tambah lahap), ditambah beban di perut karena makin menggendut, pun beban pikiran kalau kurang piknik dan kurang transferan. Wkwkwk.

Selain faktor dari dalam, yaitu antara aku dan Jasmine, juga pasti tak lepas dari pengaruh faktor luar, bisa itu ortu, mertua, saudara, tetangga, atau bahkan komentar netijen.

Pernah ibukku menyarankan buat menyapih Jasmine dengan cara konvensional, yang seperti aku hindari tadi. Tapi aku gak setuju. Aku jelaskan ke ibuk kalau ada cara lain yang lebih menyenangkan. Lalu ibuk juga menyarankan buat suntik sapih. Ini gak salah ketik. Suntik sapih hlo ya, bukan sapi. Memang ada sapih dengan cara suntik. Di klinik tempat aku kontrol kehamilan, ada layanan suntik sapih. Jadi, si ibu diberi suntikan yang entah obat apa aku gak tahu, tujuannya biar si anak gak mau menyusu lagi. Mungkin suntikan itu berpengaruh ke rasa ASI atau gimana mekanismenya aku gak tanya ke petugas kliniknya. Karena selain aku takut disuntik, juga memang dari awal aku gak setuju sapih dengan cara seperti itu. Untungnya ibukku mengerti, dan aku akan membuktikan cara sapihku yang lebih menyenangkan ini berhasil di Jasmine.

Selain saran dari ibuk, ada juga saudara yang menyarankan agar Jasmine segera disapih, dengan cara lama. Mengingat aku hamil, tapi masih menyusui. Breastfeeding while pregnant bagi sebagian orang memang terlihat masih asing. Anggapan orang zaman dulu, kalau menyusui tapi keburu hamil lagi, maka mau gak mau harus disapih. Tapi kalau zaman sekarang, menyusui selama hamil, itu gak apa apa. Dengan catatan tidak terjadi keluhan kehamilan yang berarti selama menyusui. Awal awal aku hamil, sedang aku masih menyusui, di bagian perut bawah memang terasa agak nyeri saat Jasmine ngenyut nenen terlalu kuat. Tapi itu biasa, dan tidak membahayakan diriku maupun calon adiknya Jasmine.

Saran bisa datang darimana saja, meskipun tanpa diminta. Begitu juga dengan ilmu, bisa didapat dari mana saja meski tanpa sengaja. Jasmine adalah anak pertamaku, otomatis, menjadi ibu adalah hal baru bagiku. Tapi aku selalu berusaha update ilmu, biar saat dihadapkan pada kenyataan, setidaknya gak kagetan. Dan gak sering beralasan "Maklum, baru anak pertama," untuk sebuah ketidaktahuan. Jangankan baru anak pertama, wong yang sudah punya tiga empat anak aja kadang masih kelabakan mempraktikkan teori yang selama ini dipelajari. Hehehe.

Sesaat pasca sapih...
Suatu hari, aku, Jasmine, dan bapaknya Jasmine lagi nonton TV.
Jasmine : Nenen, Maa...
Mama : Kan Jasmine udah gak boleh nenen.
Jasmine : Eeh, macuk macuuk (tangannya dimasukin ke baju emak, ketemu puting, diplintir plintir).
Mama : Saru, malu ah! Mama geliii...
Jasmine : Yoo nenennya yo Maa. (hlo nenennya)
Mama : Nenennya udah habis susunya. (karena lama gak dikenyut, ASI ku udah gak keluar lagi)
Jasmine : Dihabiscan capa? (dihabiskan siapa?)
Mama : Dihabiskan Jasmine.
Jasmine : Ini nenennya papa?
Mama : Iya, ini nenennya papa. Dikembalikan ke papa, ya? (dalam batin ketawa)
Jasmine : Ni Pa, nenennya.
Papa : Yaa... (bapaknya lempeng lempeng aja jawabnya)
Mama : Besok gantian dipinjam dedek ya nenennya?
Jasmine : Jasmine mau nenen...
Mama : Kan susunya udah dihabiskan Jasmine. Nonton TV aja yuk. Eh, ada hewan hewanya gak yaa? (Jasmine suka nonton acara yg ada hewan hewannya)
Jasmine : Ada.
Mama : Dicari dulu yang ada hewan hewannya.

Begitu seterusnya hingga gak terasa sudah sebulan Jasmine gak nenen. Dan memang kalau dia pingin ngenyut, sudah gak bisa keluar ASInya, keknya dia juga sudah lupa gimana cara ngenyutnya, jadi dia menolak nenen dengan sendirinya. Hahaha.

Meskipun sudah bisa dibilang sukses nyapih Jasmine, perasaan sedih dan bersalah kadang masih nyelip di dada. Aku gak nyangka aja "segampang" itu proses nyapihnya. Gak perlu kebanyakan drama, gak perlu oles puting segala, gak perlu jamu jamuan, eeh, anaknya cuma perlu diajak ngobrol dan dialihkan perhatiannya. Jadi, sejak tanggal 1 Februari dia sudah gak nenen. Itu artinya belum genap 2 tahun. Lebih tepatnya saat dia umur 22 bulan. Kadang aku kangen pingin dikenyut lagi, mendekapnya lagi di dada ini, sambil nyiumi ubun ubunnya dengan rambutnya yang tipis. Kek seolah olah mau ditinggal Jasmine rabiiii... Hiks...

Yang lagi proses sapih, tetap sabar dan tetap bakoh ya, Mak! Rengekan dan tangisan anak memang sering melemahkan kita. Selalu libatkan Allah di setiap usaha kita. Selalu iringi usaha dengan doa. Karena hanya Allah yang menentukan kapan anak bersedia lepas dari menyusunya.

Semoga ceritaku bermanfaat dan bisa jadi bahan pertimbangan "cara menyapih" anak anak kalian. Sekali lagi, ceritaku ini bukan bermaksud sok tahu atau underestimate cara menyapih buibu yang berbeda dengan cara menyapihku. Karena, ibu lah yang paling mengerti kondisi anak anaknya, dan semua ibu pasti menginginkan yang terbaik buat anak anaknya.

Sekian,

separador

0 comments:

Post a Comment

Followers