Friday, October 25, 2019

Kado Istimewa dari Allah (Anniversary ke-3)

Ada yang lagi ulangtaun di bulan Oktober ini?
Angkat tangan! ☝️😁
Atau mungkin bulan ini ada yang merayakan hari jadi, yang bahasa keren nya tu eniverseri?
Cung! ☝️😒

Kalo denger kata ulang taun, anniversary, hari jadi, pasti kepikiran juga dengan kata "kado" alias "hadiah". Biasanya kan kalo ulang taun, trus dikasih kado, ucapan selamat, doa, dan harapan2. Ada yang pake dirayakan, ada yang biasa aja, seolah hari itu sama kayak hari2 lainnya. Ga special. 😐

Tau gak?
Bulan ini adalah 3 taun usia pernikahanku. Gak ada ucapan selamat. Gak ada perayaan. Bahkan, suamiku sendiri pun telat menyadari kalo tiga taun silam dia berucap janji suci, menjabat tangan bapakku, disaksikan dua orang laki2, trus para tamu bilang "saah", di hari itu. 😒

Suamiku mah gitu. Sering gak inget hari2 yang dianggap spesial oleh istrinya. Hari ulangtaunnya sendiripun sering lupa. Tapi gak pernah lupa kalo soal urusan ngasih nafkah sama minta jatah. Wkwkwk. 😜

Aku bukan mau curhat soal suamiku yang lupa hari spesial kami. Bukan. Lebih dari itu, di hari (yang aku anggap spesial) ini, di usia 3 tahun pernikahan ini, kami dapet 3 kado istimewa dari Allah hlo. ☺

Kok bisa? 😮

Kado apa? 🙄

Pertama. Warung makan (chicken steak & ayam kremes) yang dilahirkan suamiku 7 bulan lalu, di bulan ini harus tutup usia. Tutup selamanya. Se-la-ma-nya. Warung junior yang kami harapkan sebagai "tambahan" penghasilan itu, kini diberhentikan oleh Allah. Termasuk juga warung makan senior (mie ayam bakso) yang selama ini menopang perekonomian keluarga kami, terpaksa gak bisa beroperasi selama 3 bulan ini. Ternak murai yang dirintis sejak awal nikah dulu, kini berakhir di tangan pembeli. Burung penghasil pundi2 itu harus dijual semua demi untuk "menambal" suatu hal. 

Kedua. Sehari setelah suamiku inget hari jadi kami, dia ngasih kabar kalo kontrak kerjanya gak diperpanjang lagi. Alias suamiku udah gak kerja di pabrik itu lagi. Gaji yang nominalnya "pasti" dan rutin diterima tiap bulan oleh suami, kini di-cut oleh Allah. 

Ketiga. Dikarenakan oleh suatu hal, udah 3 bulan ini juga suamiku dipisahkan dari istrinya (aku) dan anaknya (Jasmine). Dipisahkan dalam artian pisah secara fisik. Berasa mengalami LDR lagi. Aku jadi baper ih, terkenang waktu aku masih kerja di Nganjuk dulu. Jarang ketemu. 

🎵Aku di sini dan kau di sana

🎵Hanya punyai iman yang sama

🎵Namun ku slalu menunggu saat kita akan berjumpa

🎵Meski kau kini jauh di sana

🎵Kita menghadap kiblat yang sama

🎵Jauh di mata namun dekat di doa

Ketiga kado itu diberikan oleh Allah di waktu yang tepat (menurut Allah). Iya. Kado itu diberikan kepada kami di saat kami butuh banyak banget biaya, di waktu kami butuh kebersamaan untuk saling menguatkan, dan di kala kami sangat kebingungan apakah kami mampu menerima semua kado itu dalam waktu bersamaan.

Dari situ, aku dan suami jadi makin memahami bahwa kado tak selalu terbungkus dengan indah, termasuk kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup ini, karena terkadang Allah membungkusnya dengan berbagai masalah.

Positif thinking aja. Pasti ada alasan dibalik itu semua, Allah udah siapkan sesuatu yang jauh lebih indah dan pantas buat kami di depan sana. Misalnya :

Sapa tau besok kalo warung mie ayam baksonya udah mulai beroperasi lagi, jadi makin tambah rame pelanggan, bahkan bisa buka cabang 😊

Siapa tau suatu saat nanti burung suami mulai berkicau lagi, membahana menghiasi rumah kami. Maksudku, burung murai seperti yang dulu pernah diternak oleh suamiku. Jangan mikir yang aneh2 deh 🐦🏘😒

Sapa tau dengan LDR begini, aku dan suami jadi makin mengerti arti "kangen" dan "sabar". And the time we spent apart will make our love grow stronger🤗

Sapa tau besok kalo kami udah bisa tinggal serumah lagi dan suami kerjanya full di rumah, jadi makin banyak kesempatan buat kami bersenang senang 😚

Sapa tau rejeki yang sering dinilai sebagai duit dan harta benda, akan diganti oleh Allah berupa hadirnya bayi mungil, lucu, nan tamvan 👶🤭🙊

Sapa tau, di antara kalian ada yang senang denger kabar kami dapet 3 "kado" itu dari Allah dan lantas "ngrasani" tentang pencapaian kami selama ini. Gak apa2. Justru kami juga seneng. Kenapa? Karena dengan kalian ngrasani kami, itu artinya kalian transfer pahala ke kami. Kan lumayan buat tambah2 beli tiket ke surga nanti 😆😜

***

Buat my lovely ipel2 and uyelable husband, untuk masa2 sulit kita, biarlah Allah yang menguatkan kita. Tugas kita adalah memastikan jarak antara kita dan Allah tak pernah jauh. ☺

Gak perlu khawatir soal rejeki, karena Allah menjamin semua makhluk ada rejekinya. Tugas kita adalah ikhtiar dan doa. Aku tau kalo kau lebih paham soal itu. Bahkan, ada banyak orang yang direwangi ikhtiar kerja dari pagi sampe petang, katanya demi "mencari rejeki." Mungkin mereka lupa kalo :

Kesehatan itu rejeki

Ketenangan itu rejeki

Kebahagiaan itu rejeki

Punya waktu luang itu rejeki

Gak punya utang itu rejeki

Bisa datang ke pengajian itu rejeki

Bisa sholat tepat waktu itu rejeki

Punya anak sholih sholihah itu rejeki

Dikelilingi oleh orang2 baik itu rejeki

Bisa silaturahim dengan teman2 itu rejeki

Bisa hijrah dan lebih dekat ke Allah itu rejeki

Lalu, rejeki yang seperti apa yang kita dicari, sampe kita lupa dengan Sang Pemberi Rejeki?

Uang memang bukan jaminan membuat kita bahagia, kalo.... uangnya gak berada di dompet kita. Wkwkwk 😜 


Read more...
separador

Monday, October 21, 2019

DOA MAU BOBOK

"Bismika Alloohumma ahyaa wa bismika amuut"

Pernah dengar lafal doa itu?
Pasti tak asing lagi di telinga kita kan?
Tebak, itu doa apa?

Yup! Betul. 😀👍
Itu doa yang kita baca kalo mau beranjak tidur. Dan tentunya doa itu juga yang kita ajarkan ke anak2 kita. Ya kan, Mak?

Doa yang dulu kita hafalkan sejak di TK. Diajarkan oleh bu guru dan kita baca bareng2 temen, serempak, kompak. Makanya, sampe sekarang pun masih melekat kuat di otak.

Sebagai keluarga muslim, tentu kita harus dekat dengan yang namanya sunnah rosul. Eh, sunah rosul tuh bukan yang ena ena sama suami di malam Jumat. Bukan! 😒 Itu malah gak ada tuntunannya dari Rasulullah. Sunnah  yang betul2 diajarkan oleh Nabi SAW-lah yang harus kita kerjakan dan ajarkan ke anak2 kita. 🤗

***

Tiap malem, ada ritual sebelum tidur yang harus dikerjakan oleh anakku. Biasanya sekitar jam 9, kutemani dia ke kamar mandi buat pipis, juga gosok gigi.
Setelanjutnya adalah ritual nenen bobok. Dia minta nenen sambil tiduran dan biasanya sampe anaknya ketiduran. Semoga besok pas proses sapih, dia ga kesulitan berpamitan sama ritual nenen malem2 ini. Aamiin... 🤲

Kalo mau bobok, hendaknya berdoa dulu kan ya?

👩 : Ayo Jasmine berdoa dulu.
👧 : (ngenyut nenen)
👩 : Alloohumma... Ikuti mama.
👧 : (masih ngenyut nenen, sambil liatin muka emaknya)
👩 : Bismika... Ikuti mama, Jasmine.
👧 : (masih tak bergeming)
👩 : Ahyaa wa amuut...
👧 : 😁😁 (eh, dia malah ketawa)

Trus lanjut nenen lagi seperti semula.

Entah kenapa tiap kali Jasmine denger kalimat "ahyaa wa amuut", dia mesti ketawa. 😬

BTW, itu doa mau boboknya kok kebalik balik lafalnya yak? Apa gak keliru itu, Mak? 😳🤔 (kalian nyadar gak sih ada yang ga lazim dari "doa mau tidur" yang aku ajarkan ke Jasmine barusan?)

"Alloohumma bismika ahyaa wa amuut"

***

Mahmuda nan sholihah sekalian, inilah yang mau aku bahas. Di atas tadi kan aku udah bilang kalo kita harus betul2 nyunnah sesuai yang Nabi SAW ajarkan. Nah, sekarang, pertanyaannya adalah, doa mau tidur yang seperti apakah yang diajarkan oleh Rasulullah?

Ternyata eh ternyataaa... Ada banyak versi bacaan doa mau tidur yang diajarkan oleh Nabi kita hlo, Mak.
Baru tau ya?
Sama!
Eike juga baru tau belum lama ini... 😅

🌷🌷🌷
Dari Hudzaifah, ia berkata : Adalah Nabi SAW apabila beranjak ke tempat tidur beliau berdoa Alloohumma bismika ahyaa wa amuut (Ya Allah, dengan nama-Mu kami hidup dan kami mati). Dan apabila bangun pagi beliau berdoa Alhamdu lillaahil-ladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilaihin-nusyuur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya kami kembali). [HR. Bukhari juz 8, hal. 169]

Aku ngajarin Jasmine doa mau tidur pake dalil yang itu, Mak. Hadits Bukhari sudah pasti sahih, gak diragukan lagi. Ada lagi yang dari Bukhari dengan lafal sedikit berbeda, seperti ini :

🌸🌸🌸
Dari Hudzaifah RA, ia berkata : Adalah Nabi SAW apabila hendak tidur di waktu malam, beliau meletakkan tangannya di bawah pipinya lalu berdoa, “Alloohumma bismika amuutu wa ahyaa” (Ya Allah, dengan nama-Mu aku mati, dan aku hidup)”. Dan apabila bangun tidur, beliau berdoa, “Alhamdu lillaahil-ladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilaihin-nusyuur” (Segala puji bagi Allah, yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah kami kembali”. [HR. Bukhari juz 7 hal. 147]

🌻🌻🌻
Dari Hudzaifah, ia berkata : Adalah Nabi SAW apabila hendak tidur, beliau berdoa, “Bismikalloohumma amuutu wa ahyaa” (Dengan nama-Mu ya Allah aku mati, dan aku hidup)”. Dan apabila bangun tidur, beliau berdoa, “Alhamdu lillaahil-ladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilaihin-nusyuur” (Segala puji bagi Allah, yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah kami kembali”. [HR. Bukhari juz 7 hal. 150]

🌹🌹🌹
Dari Abu Dzarr ia berkata : Adalah Nabi SAW apabila hendak tidur di malam hari beliau membaca, “Bismika namuutu wa nahyaa” (Dengan nama-Mu kami mati dan kami hidup). Dan apabila beliau bangun, membaca, “Alhamdu lillaahil-ladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa  ilaihin-nusyuur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan kepada-Nya kami kembali)”. [HR. Bukhari juz 8, hal. 169]

Selain hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, ada hadits riwayat Muslim yang juga terkenal sahih. Seperti ini :

🌺🌺🌺
Dari Baraa’ bahwasanya Nabi SAW apabila berangkat tidur, beliau berdoa, “Alloohumma bismika ahyaa wa bismika amuut” (Ya Allah dengan nama-Mu aku hidup, dan dengan nama-Mu aku mati)”. Dan apabila bangun tidur, beliau berdoa, “Alhamdu lillaahil-ladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilaihin-nusyuur” (Segala puji bagi Allah, yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya kami kembali”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2083]

***

Dari sekian macam lafal doa mau bobok, ada gak yang sama persis seperti lafal yang biasa kita ucapkan? 🙂

Ternyata gak ada 😮😳

Itu berarti, doa mau bobok yang selama ini kita pahami gak sesuai dengan tuntunan Nabi SAW dong? Astagfirullah... 😧😨

Sebenernya, lafal doa itu bebas mau seperti apa dan mau pake bahasa apa. Toh, tanpa kita lafalkan aja Allah juga udah tau. Ya kan? Tapi, untuk doa yang udah dituntunkan Nabi SAW, kita gak perlu bikin lafal sendiri ya, Mak. Ikuti aja apa yang udah Nabi ajarkan. 😊

👩 : Ayo Jasmine baca doa dulu.
👧 : (ngenyut nenen)
👩 : Alloohumma...
👧 : Ahyaa wa amuut.
👩 : Alloohumma dulu Jasmine. Ikuti mama, Allohumma bis...
👧 : Ahyaa wa amuut.
👩 : Nanti Jasmine, bismika-nya belum. Allohumma bismika ah...
👧 : Ahyaa wa amuut.
👩 : 🤦🏻‍♀

Yuk, Mak! Ajarkan anak2 kita sunnah2 Nabi sedari kecil. Ingat prinsip 3 M.
😊 Mulai dari hal2 kecil
😊 Mulai dari diri sendiri (keluarga)
😊 Mulai dari sekarang

Read more...
separador

Monday, October 14, 2019

JANGAN GAK BOLEH NO NO NO NO

"Jangan lari lari!"
"Jangan lompat lompat di sofa!"
"Jangan muter muter kek gitu!"
Dan berbagai jenis jangan lainnya. Ada jangan gori, jangan asem, jangan bening, jangan sop, jangan bobor. Wkwkwk 😁😜

Selain kepiawaiannya masak "jangan", para mamak pada umumnya juga ceplas ceplos nglontarin kata "JANGAN", terutama mamak2 beranak balita. Tegas, lugas, tanpa tedeng aling aling, dan dengan gaya spontanitas. Iya apa iyes?😁

Termasuk aku. Hahaha. 😆
Iya. Dulu, aku juga sering men-jangan anakku. Terutama karena sesuatu yang menurut pengelihatanku, sesuatu itu akan membahayakan anakku. Aku khawatir, takut anakku kenapa2. 😨😱

Contohnya, pas anakku lagi mengalami fase oral, dia kan jadi suka ngemut2 tuh, suka koloh2, semua yang ada di tangannya dia masukin ke mulut. Entah itu tangannya sendiri, entah itu mainan, entah itu kerikil nemu di jalan, pakan burung yang jatoh di lantai trus dia pungut, atau bahkan taiknya burung sekalipun, dia masukin juga dah itu ke mulut. Namanya juga masih kecil, belum bisa bedain mana makanan, mana taik. Dia nglakuin itu juga karena penasaran, pingin tau, kek gimana sih rasanya. Makanya, automatically, apa yang terlihat oleh mataku, langsung diteruskan ke otak, direspon oleh otak, otak memerintahkan ini mulut buat bilang "JANGAN!"

Kejadian tak terduga memang membuat panik dan khawatir berlebihan. Ya namanya juga spontan uhuy. Tanpa pikir panjang kek yang...
"Aduh, anakku nemu benda apa itu? Oh, ternyata taik burung. Eh, hlo, kok dimasukin ke mulutnya? Bakalan dikunyah ato dilepeh ya itu taik?"
Kan ga begitu mekanismenya...

Permasalahannya adalah, terkadang (kalo aku sering sih, hehehe), kita melarang, bilang "jangan" ke anak kita yang masih kecil indil indil itu, tanpa ngasih penjelasan kenapa kok dilarang, pun tanpa diberi solusi. Mungkin tanpa sadar kita beranggapan "ah, anak kecil ini, mana ngerti." Kek yang tadi aku bilang "anak kecil mana bisa bedain mana makanan, mana taik."

Padahal nih ya, anak kecil juga butuh penjelasan dari sudut pandangnya sendiri. Anak perlu diajak berdialog. Dan aku yakin, dia bakalan ngerti, dia bakalan paham apa yang mamaknya larang. Memang bukan saat itu juga dia akan berhenti dari apa yang mamak larang, tapi kalo dia terbiasa dingertiin kenapa dilarang, lalu dikasih solusi, lama kelamaan dia akan ngikutin ritmenya. Karena pemikiran dan tingkah laku anak terbentuk dari cara orangtua berdialog dengannya. Orang tua perlu memperlihatkan sosok yang dapat membaca hati anak dan sabar menunggu.

Kalo nurut ilmu parenting, ga baik juga kan kalo kita keseringan bilang JANGAN GA BOLEH NO NO NO NO ke anak. Para mamak pasti juga udah paham soal ini. Katanya, anak yang sering dilarang larang, itu akan menurunkan daya kreativitasnya dan tingkat kepedeannya. Daripada dibombardir dengan kata "jangan" sebaiknya diubah menjadi kalimat positif tanpa "jangan"

Contohnya :
"Jangan lompat2 di sofa!", lebih baik diganti dengan "Lompat2nya di luar aja ya, sofa itu buat duduk"
Atau...
"Jangan lempar2 makanan! Kalo dibuat main terus, mama ringkes ya makanannya!", lebih baik diganti dengan "Adek suka main lempar2 ya. Tapi sekarang kan lagi jam makan. Ga baik makanan dilempar lempar. Kalo Adek udah ga mau makan, mama beresin semua piringnya. Nanti kita main lempar2 bola aja yaa"
Dan aku yakin, si anak ga bakal mau berhenti dari keseruannya lompat2 di sofa atau lempar2 makanan. Wkwkwk 😜

Pernah ga praktekin kek gitu ke anak? Gimana rasanya, Mak?
Suliiiitt...
Sulit bukan berarti ga bisa dicoba kan? 😉

Kalo masih merasa kesulitan dan belum bisa move on dari JANGAN GAK BOLEH NO NO NO NO, coba posisikan diri kita sebagai pemeran utama pada setiap tingkah yang dilakukan anak. Lihat juga dari sudut pandang si anak. Betapa serunya manjat2, ada rasa kepuasan tersendiri setelah berhasil naik, meskipun dia ga ngerti resiko akan tingkahnya itu. Sampe di sini bingung? Wkwkwk 😜

Gini...
Misal mamak tiba2 nglihat anaknya (yang lagi seneng2nya manjat) berusaha naik2 motor matic, naluri seorang ibu kan khawatir kan ya? Takut anaknya jatoh. Mungkin, kebanyakan mamak akan bilang kek gini ke anaknya
"Jangan manjat2 motor, ayo turun!"
atau...
"Adeeekk, turun, jatoh hlo nanti!"
atau malah talk less do more, langsung  action, gercep narik anaknya buat turun dari motor.
Cung yang ke gitu! ☝️😁

Kalo aku nih ya (boleh dicontoh, kalo mau). Ini caraku ngatasi tingkah polah anak yang kelihatan membahayakan dirinya. Dengan catatan saat aku lagi kondisi goodmood. Jangan ditanya gimana kalo pas kondisiku badmood. Akan lain ceritanya. Spontanitas terkadang juga diperlukan. Wkwkwk 😜

Caranya... Aku deketin anakku yang udah berhasil nangkring di motor. Tetap dengan kata larangan berupa JANGAN. Ku bilang "Jasmine jangan naik2 motor sendirian ya, mama takut kalo nanti Jasmine jatoh, bugh! Sakit... Mama jadi sedih...😟 Jasmine main di sana aja yaa"
Ngomong kek gitunya harus pake ekspresi muka yang disedih sedihkan, trus pake improvisasi peluk2 Jasmine, sambil menggiringnya menyingkir dari motor.

Di situlah aku berasa jadi pemeran utama. Aku curhat ke anakku soal apa yang aku lihat dan apa dampaknya bagi dia dan bagi perasaanku. Dan menurutku, cara ini bisa buat menumbuhkan rasa empati anak terhadap orang lain juga.

Polanya : larangan, alasan kenapa dilarang, dampaknya, kalo perlu dikasih solusi.

Larangan >> jangan naik2 motor sendirian
Alasan >> karena kemungkinan bisa terjatoh
Dampaknya >> Jasmine bisa sakit, mama jadi takut dan sedih (ini poin pentingnya)
Solusi >> main di tempat lain

Buatku dan Jasmine, pake cara kek gitu sejauh ini lumayan ngefek sih. Jasmine mau turun dari motornya dan main di tempat lain karena dia ga mau jatoh dan sakit, juga ga mau lihat mamanya khawatir dan sedih. Atau kalopun dia masih kekeuh pingin main di motor dan ga mau turun, setidaknya dia jadi ga takut2, lebih mantap dan pede naik2 motornya. Wkwkwk 😜
Kan efeknya baik juga, meningkatkan kepercayaan diri si anak. 😁 (ini sih pembelaan emaknya aja). Tapi tetap dalam pengawasan ya, Mak.

Kalo cara yang tadi masih kesulitan buat diterapkan, pingin cara yang simpel tapi hasilnya bukan kaleng2, cara yang lebih efektif ngasih tau ke anak supaya dia "mau begitu" atau "jangan begini", bisa pake cara sounding. SOUNDING. Apaan itu, Mak?

Sounding tu ibarat kek mantra jampi2. Sugesti kalo bahasa ilmiahnya. Tapi bukan sugesti biasa, karena harus dilakukan di pikiran bawah sadar anak biar bisa diterima dengan baik dan mengubah perilakunya. Karena, 88% pikiran bawah sadar lah yang berperan membentuk perilaku seseorang. Sisanya, yang 12% perilaku dikendalikan oleh pikiran sadar.

Nah, the next question adalah, kapan pikiran bawah sadar itu aktif?
Yaitu pas anak lagi asyik2nya fokus sama sesuatu. Atau 5 menit sebelum anak tidur pules, atau pas dia tidur tapi belum terlalu lelap. Tandanya, waktu disounding si anak masih bereaksi, tapi ga menyadari apa yang sedang terjadi. Kalo anak udah terlanjur tidur pules, atau kondisi anak sadar sesadar sadarnya, sounding ini ga akan mempan.

Misal pas anaknya lagi asyik main hape. Coba deh dijampi jampi deket telinganya, pake kata2 yang positif yang tujuannya biar si anak melakukan apa yang diperintahkan. Semakin anak ga sadar emaknya lagi ngomong, itu berarti dia makin masuk ke pikiran bawah sadarnya.

Kalo aku dulu, saat Jasmine giginya baru ada 8 biji, tiba2 dia ga mau gosok gigi (kemungkinan karena trauma dipaksa gosok gigi sama utinya, hehehe). Tiap kali nenen mau bobok, aku ngajak ngobrol Jasmine di sela2 pengenyutan nenen. Bahas soal pentingnya gosok gigi, akibatnya kalo ga gosok gigi, dan serunya gosok gigi sendiri (dengan bahasa yang ringan dan santai tentunya, ga perlu lah pakai data ilmiah segala). Ngajak ngobrolnya mulai dari dia masih melek hingga lama kelamaan ga direspon sama dia karena dia fokus ngenyut sampe ketiduran. Emaknya tetep aja nyrocos kek kereta. Wkwkwk 😜
Ritual jampi2 kek gitu terjadi terus menerus sampe giginya Jasmine berjumlah 12 biji. Tiba2 suatu hari, anaknya mau gosok gigi dengan sukarela dan sukacita. Bahkan, sekarang giginya ada 16 biji, maunya dia sendiri yang pegang sikatnya. MasyaAllah...

Istilah SOUNDING itu aku baru ngerti dari chattingan para mamak di grup WA yang aku ikuti. Trus ga sengaja juga nemu tulisan tentang "sounding" di kertas bekas yang dipake buat corat coret anakku. Dalam benakku "Ooh, begini to yang disebut sounding". Ternyata aku udah praktekin sebelum aku tau kalo cara itulah yang disebut dengan istilah sounding. Hahaha 😆

Dan katanya, sounding bisa diterapin ke anak yang masih newborn juga hlo. Amazing kan? Misal baby newborn nya masih belum bisa beradaptasi dengan puting ibunya karena suatu alasan, maka si baby bisa disounding, disemangati biar makin pinter nenennya. InsyaAllah akan lebih cepat dia mampu beradaptasi dan nenen tanpa hambatan.

Karena apa yang aku ingin anakku lalukan udah tercapai (mau gosok gigi), sekarang ganti keinginanku yang lainnya. Satu keinginan terpenuhi, keinginan yang lain menanti. Manusia memang ga pernah puas kan ya. Dasar aku! Wkwkwk. 😜

Aku ingin anakku besok disapihnya gampang. So, kalo aku lagi ngelonin anakku yang habis mandi pagi trus ritual mau bobok lagi, pas dia udah merem tapi belum pules, aku jampi2 lah dia. Kubilang "Jasmine... Anak mama yang cantik nan kintung2... Besok kalo udah umur dua tahun udah ga nenen lagi yaa... Nenen nya udah khatam, udah selesai. Jasmine ganti mimik air putih aja yaa, atau mimik teh juga boleh. Mimik susu sapi mooo... Mimik jus, es sirup, es krim. Yaa... Meskipun udah ga nenen lagi, mama tetep sayang sama Jasmine... Nenen sebelum boboknya diganti baca buku aja yaa. Jasmine anak mama kintung giyung..."

Berhasil ga?

Ya belum tau hasilnya lah. Kan masih proses. Wkwkwk 😜

Hasilnya, tunggu besok pas Jasmine memasuki fase sapih. Akankah dia jadi mudah disapih atau tetep sulit seperti pada umumnya? Masih ada waktu sekitar 5 bulanan lagi untuk umurnya genap dua taun. Perlu diingat, hasil dari cara sounding ini ga instant, Mak. Bukan kek di tipi2 itu, yang purak2nya menghipnotis orang, disuruh tidur, trus diintrogasi. Bukan kek gitu.

Selain diterapin ke anak, bisa juga ke suami. Jadi pas suami lagi fokus nonton pertandingan bola di tipi, misalnya. Sounding aja terus. Pepet terus kupingnya dengan kata2 positif yang emak pengeni dari suami. Dan ini ngefek juga ke suamiku. Soalnya, aku sering curhat tentang "jangan main hape saat momong anak" itu pas suamiku dalam kondisi liyer2 dan tau2 bablas. Ketiduran. Sampe ngorok2. Settdah! Istrinya lagi ngomong, lagi curhat, malah ditinggal tidur.

Eitz! Jangan keburu marah ya Mak. Justru kalo ditlateni, kondisi kek gitu, bisa membuat terwujudnya keinginan mamak terhadap suami hlo. Buktinya, aku merasakan perbedaan sikap suami, di waktu senggangnya, dia jadi lebih sering main sama anaknya daripada main sama hapenya, dan tentu saja malemnya gantian "main" sama istrinya. Wkwkwk 😜

Kalo kata bidanku mah, ada tiga kunci suksesnya nglakuin sesuatu. Ikhlas, sabar, dan telaten. Itu!

Kalo mamak2 ga percaya, buktikan aja sendiri. For further information, silakan googling aja. SOUNDING. Manfaatin hape jangan cuma buat peredam kerewelan anak. Gunakan hapenya buat nambah pengetahuan juga.

Aku bukan pengamat psikis anak, juga bukan pakar parenting. Aku cuma seorang ibu yang bercerita soal anak gadisnya dengan segala tingkah polahnya. Setiap ibu menganut ilmu parentingnya masing2 buat diterapin ke anak2nya. Enjoy your motherhood. Just be good and happy mom!

Lah, ternyata panjang juga ya ceritaku 😆
Padahal niatan semula aku cuma pingin cerita soal kelakuan anakku pas aku lagi nyuci. Baru ditinggal ambil hanger bentar, anaknya udah jadi berubah posisi. Semula main mancing ikan2an di ember kecil miliknya, sekarang dia nyemplung di ember bersama cucian emaknya. Duh Dek! 😅

Read more...
separador

Wednesday, October 2, 2019

Aku Selingkuh

Pihak ketiga dalam sebuah hubungan memang sebuah hal yang gak pernah diinginkan siapa pun. Tapi, perselingkuhan memang mudah terjadi entah dalam rumah tangga atau dalam pacaran. Bahkan, dalam dunia pengasuhan anak pun. Iya. Secara gak sadar (ini kondisi yang jarang sekali) dan dalam kondisi sadar sesadar sadarnya, aku sudah selingkuh dari anakku. Baik secara sembunyi sembunyi maupun terang terangan.

Kok bisa?

Sebagai emak emak modern, dalam pengasuhan anak, tentu tak lepas dari yang namanya GADGET. Ya kan? Dimanapun, kapanpun, pasti selalu ditemenin gadget, terutama hape. Saat aku lagi nenenin anak, sambil scroll scroll hape. Saat aku lagi nemenin anak main, fokusku terbagi dua ke hape. Pun saat anakku sudah tidur lelap, di situ aku merasa ingin segera pegang hape, sebelum aku keburu dipegang pegang sama bapaknya si anak. Wkwkwk.

Ya. Hape, hape dan hape. Kerap kali saat bersama anak, yang aku pikirkan, gimana caranya aku bisa berduaan dengan hapeku tanpa ada yang mengganggu. Saat anak lagi gak bisa dikondisikan sesuai dengan jam tidurnya, benakku berkata "Ayolah Nak, cepat bobok. Masih banyak WA yang belum dibales. Upload fotomu buat bikin status juga tadi gak sempet. Mama juga pingin stalking stalking FB. Ada info terbaru apa ya di IG? Duh, barang inceran di flash sale shopee keburu habis. Cepatlah bobooookk".

Aku  paling sebel kalo lagi asyik asyiknya berduaan sama hape, anak bangun dari tidurnya. Sama halnya kalo lagi enak enaknya sama bapaknya si anak, tiba tiba anak bangun pake nangis. Wkwkwk. Perasaan tadi doi tidur aku tinggal beberes rumah berjam jam kagak bangun bangun. Giliran aku baru pegang hape semenit aja udah bangun. Seolah olah kek ada sensornya gitu kalo emaknya pegang hape tuu. Bangun, nenen, tidur lagi. Eeh, baru aja aku gerak dikit mau beranjak dari bed, dianya bangun lagi. Dan siklus bangun nenen tidur lagi tu bisa berulang sampe empat  lima kali. Kesel kan aku jadinya.

Dulu, pas anakku masih bayi, pas dia baru bisa untak untek dalam bedongnya, hingga beranjak umur 14 bulan, dia masih bisa aku selingkuhin. Soalnya dia belum sadar kalo lagi diselingkuhin emaknya. Dia masih mau aku fotoin, aku videoin, atau pas lagi nemenin main sekedar aku tinggal buat kepoin medsos. Anakku masih fine fine aja.

Sekarang, dia udah mulai menyadari kalo ada "pihak ketiga" di antara kita berdua. Dia bisa jadi anarkis saat tau aku pegang hape. Dia rebut itu hape dari tanganku, dia taroh dengan sembarangan, trus dia minta digendong lah, minta nenen lah, minta adek lah. Eh, yang terakhir ini tak betul lah. Wkwkwk. Mau gak mau, aku harus melayani kebutuhan doi kan ya. Namanya juga DOI (dia orang istimewa). Dialah yang pertama dan paling utama bagiku. So, ku acuhkan selingkuhanku itu sementara.

Lama kelamaan, anakku makin menyadari bahwa ada "sesuatu" yang menarik di hapeku. Salahku juga sih, mencoba meredam kemarahan atau kerewelannya dengan cara memperkenalkan 'selingkuhan'-ku padanya, meskipun dengan cara baik baik. Ternyata berujung tak baik. Hiks. Ku perlihatkan daya tarik 'selingkuhan'-ku itu padanya. Mungkin batinnya bilang "Wuiih, ada gambar diriku di sana. Eh, gambarku bisa bergerak dan bersuara. Keren!" dan dia mungkin berpikir "Oo, jadi selama ini mama nonton gambar diriku di alat ini. Kalo gitu, aku juga harus ikutan nonton!"

Sejak saat itu, kalo aku ketauan pegang pegang 'selingkuhan'-ku, anakku akan merengek minta ikut nonton. "Aik odong odong, Ma" (Maksudnya, dia pingin nonton video dirinya naik odong odong). Kalo permintaan pertama gak aku kabulkan, dia masih gigih nyari alternatif "Aju aju, Ma" (Maksudnya, dia pingin diputerin video lagu lagu nursery rhyme kesukaannya). Kalo masih gak mempan juga, dia keluarkan jurus terakhir "Empung papa, Ma" (Dia minta ditelponkan papanya). Apapun dia utarakan demi untuk bisa nonton hape. Kalo permintaannya gak dikabulkan, dia bakalan nangis kejer kek seolah olah sangat tersakiti gitu. Duuh...

Itu semua salahku. Ya. Memang salahku. Aku menduakan anakku sejak dia masih kecil. Kupikir, "Ah dia masih belum tau apa apa". Giliran pas anak udah menyadari dia diduakan, aku masih cari pembelaan, "Besok besok kalo mau main hape, jangan pas ada dia." Makanya, sekarang kalo mau fotoin atau videoin dia jadi susah. Dianya juga pingin pegang hape.

Kejadian kek gitu bagi sebagian ibu ibu keren nan modern, mungkin bukan menjadi hal besar dan perlu dikhawatirkan. Malah terkesan sebagai hal yang lumrah. Bahkan, dengan mudah ngasih hape ke anak, biar gak rewel. Biar anteng duduk manis pas diajak kondangan atau pengajian. Biar kalo makan bisa duduk tenang dan lahap, si anak tinggal mangap, makanan udah sampe ke mulutnya. Omegot! Aku pun pernah begitu. Nyuapin anak sambil nonton hape. Secara sadar, kebiasaan itu buruk, jangan ditiru. Yang udah terlanjur kek gitu, sebisa mungkin diperbaiki. Sebelum terlambat dan dampak buruknya makin menjerat.

Kalopun terpaksanya ngasih hape buat mainan si anak, batasilah interaksinya. Aku sendiri, juga berusaha keras buat batesin anakku main hape, sehari maksimal satu jam. Selebihnya, ajak main anak dengan mainan biasa, bisa corat coret, baca buku, main tunjuk gambar, main kuda kudaan, dll, sekenanya emak aja nih. Aku berusaha jangan mudah luluh dengan rengekan dan tangisannya. Mau si anak nangis kejer, guling guling, sekalinya "time is up" ya itu artinya main hapenya harus distop, gak boleh main lagi. Itu sudah menjadi kesepakatan antara aku dengan anakku. Sebelum ngasih hape ke anak, ku kasih tau dia kalo nonton hape gak boleh lama lama, nanti matanya bisa sakit. Lama lama dia ngerti "batasan" dengan sendirinya. Dia bilang "Ndak yeh ama ama yaa. Atana atiit". Hahaha.

Yuk, Mak, tinggalkan hapemu saat bersama yang terkasih. Habiskanlah waktu bersama orang orang yang kamu sayangi, buatlah mereka merasakan kasih sayangmu. Bangun kelekatan bersama mereka. Orangtua adalah guru pertama bagi anak anak. Anak anak selalu belajar apapun dari orang dewasa. Berilah teladan yang baik! Jangan membuat mereka menganggap, hape lebih penting dari segalanya. Saat kamu sibuk main hape, apakah kamu tahu sudah berapa kali kamu melewatkan tatapan harapan dari si anak? 

Read more...
separador

Wednesday, September 11, 2019

Jasmine dan si Uu Aa

Begini ini yang bikin pekerjaan sebagai fulltime mom alias stay at home mom, aka ibu rumah tangga jadi ga membosankan. Selain merangkap sebagai translater alias penerjemah apa yang diucapkan si anak, juga menjadi asisten anak yang lagi main sama bonekanya. Boneka  tangan karakter monyet. Dia kasih nama uu aa' (ucapkan seperti suara khas monyet). U-u-a-a'. Nah, begitu.

Anak perempuanku, Jasmine, yang sekarang umur 17 bulan, lagi main sama si uu aa'nya. Dia main bertemankan odong2 angrybird dan emaknya yang sambil gegoleran ngadem di lantai. Tak ku sangka ternyata anakku sudah bisa berimajinasi jalan ceritanya sendiri. Ada 3 adegan yang bikin emaknya amazed ber-MasyaAllah dan ber-astaga.

Adegan pertama

Jasmine garuk2 kepala si uu aa'
👧🏻: Mama, ateng, uu aa' ateng, Ma (Mama, gatel, uu aa' gatel, Ma)
🧕🏼: Gatel? uu aa', sebelah mana yang gatel?
👧🏻: Aya (Kepala)
🧕🏼: Oo, kepalanya, sini biar mama garuk2
👧🏻: Acek nyak, Ma (Pakek minyak, Ma)
Terus dia ngambil kantong peralatan dandan miliknya. Di situ ada minyak telon sebagai salah satu isi kantong. Kan aku pura2 nge-crot2in minyak ke kepala si boneka monyet, tanpa buka tutup minyaknya. Nah, Jasmine ga mau, harus dibuka tutupnya. Harus dicrotin minyak beneran. Sebagai emak yang jujur, ku buka juga itu tutup minyak telon, tapi aku yang ngecrotin, soalnya kalo aku serahkan proses pengecrotan pada Jasmine, kepala uu aa'bakalan klomoh kenak minyak. Muncrat kemana mana.

Adegan ke dua.

Terus kan udah selesai dikasih minyak itu kepala si uu aa'. Kok masih digaruk garuk sama Jasmine. Gantian suruh kasih lotion nyamuk.
👧🏻: Ateng, Ma. Cocot amuk. (Gatel, Ma. Cokot nyamuk)
🧕🏼: Aduh! Uu aa' nya digigit nyamuk?
👧🏻: Acih bat amuk (Kasih obat nyamuk)
Terpaksa deh aku olesin lotion nyamuknya di boneka, di Jasmine juga. Soalnya tadi di kantong peralatan dandan juga ada lotion nyamuk khusus anak2, warna pink, rasa stroberi.

Adegan ke tiga
Habis kedua adegan gatel di atas, si uu aa' diajak Jasmine naik odong2 angrybird. Uu aa dibonceng depan, Jasmine di belakang. Tiba2 Jasmine turun dari odong2nya, beserta si uu aa' nya.
👧🏻: Eek, Ma
🧕🏼: Ha? Jasmine mau eek?
Aku sedikit kaget dan merasa harus bergegas. Jasmine nyangking si uu aa' mau jalan ke arah kamar mandi. Aku pikir kan Jasmine yang mau eek ato pipis, takutnya keburu brojolan di lantai, kan dia cuma pake celana biasa (tanpa pospak, pun ga lagi pake training pant). Ternyata, ceritanya tuh si uu aa' yang mau eek, dia cangking itu boneka mau diajak ke wc 😅

Itulah kejutan dari anakku hari ini. Lucu, tapi ya gituu 😆😆😆

Kalo Emak, dikasih kejutan apa oleh si kecil hari ini, Mak? 

Read more...
separador

Saturday, August 24, 2019

Balada Warung Makan

Rame belum tentu memuaskan, sepi belum tentu mengecewakan. Pas lihat ada warung makan yang lagi rame, pernah gak sih terlintas di pikiran kalian "Pasti makanannya enak, warungnya rame gitu". Atau pas gak sengaja nglewati warung makan yang lagi sepi "Gak mau ah makan di warung makan itu, sepi terus, pasti makanannya gak enak". Pernah gak kek gitu? Atau malah sering bermindset kek gitu? Kalo aku pernah. Aku, dan my ipel2 and uyelable husband AUlia Arief Rahman, termasuk pasangan yang suka kulineran. Coba2 aja gitu, bukan warung langganan. Terutama warung mie ayam bakso. Mie ayam adalah salah satu makanan favoritku. Salah dua, tiga, dan seterusnya adalah sate, soto, siomay, bakmi jowo, ayam bakar, ikan bakar, dan masih banyak lagi. Wkwkwk.

Ada warung yang keliatannya rame, kita datengi. Penasaran aja, apa sih daya tariknya, kok bisa serame itu? Rasa masakannya kah? Atau memang karena tempatnya yang kece and cozy abis kah? Atau karena pelayanannya memuaskan? Kalo aku dan suami sih kulinerannya bukan di resto2 mewah yang tempatnya mentereng dan yang instagramable ala2 kawula muda gitu. Takut dompet suami tak sanggup bayarin bill nya. Wkwkwk. Kami senengnya kulineran di warung emplek2 pinggir jalan. Ya iya lah, kalo di tengah jalan nanti ketabrak. Maksudnya tu warung makan yang sederhana. Tenda2 bongkar pasang yang kalo musim ujan sering kena tampias. Warung makan di kios kecil yang mungkin harga sewanya bisa mencapai 10jt/taun dan cuma muat beberapa meja makan. Atau di warung makan yang buka di emperan rumah, memanfaatkan fungsi rumah buat usaha kulineran.

Berbekal dari keseringan diajak suami coba2 makanan itulah, jarum timbangan maunya belok kanan melulu. Wkwkwk. Melemu bersamamu, Pak Aulia Arief Rahman. Pernah, suatu malam yang sedikit mendung mengundang gerimis, aku dan suami pergi makan di luar. Keliling2 mencari warung makan yang setidaknya ada tempat lesehan buat naroh anak kami yang saat itu umurnya masih setahunan, soalnya kalo makan di kursi duduk berasa kurang nyaman. Kami menemukan salah satu warung makan lesehan yang kelihatan paling rame dibandingkan warung makan di sekitarnya, yang menyajikan menu serupa. Penyetan, Masakan Lamongan, ya gitu2 lah namanya. Ada menu bebek goreng, ayam goreng, lele goreng, burung goreng, dsb. Kami milih bebek goreng, dengan harga Rp 24.000/porsi + nasi. Potongan bebeknya kelihatan gede sih, warnanya juga cantik, tapiii... Pas aku gigit, alotnya minta ampun. Berasa kek ngunyah karet ban! Suamiku menyelesaikan makannya pada gigitan kedua, alias udah gak mau makan hidanganya lagi. Aku, seorang emak dengan jiwa "eman2"nya, merasa sayang kalo makanan semahal itu gak dihabiskan. Meskipun kalo dihabiskan akan mengakibatkan rahang kebas karena capek ngunyah. Anakku, yang biasanya suka makan nasi lauk bebek goreng bikinan buliknya, waktu itu cuma kukasih nasi ditutul tutulkan ke bebek goreng itu, berharap ada bumbu yang bisa nempel ke nasinya. Setidaknya buat asin2 nasi lah. Setelah aku menyelesaikan makanku, kami pergi dengan perasaan kecewa. Berasa terpedaya oleh "keramaian" warung makan itu. Kami jadi mikir, "Pelanggan2 lain itu mungkin juga sama kayak kita. Modal coba2. Ujung2nya kecewa". Kami gak habis pikir, masakan seperti itu kok ya nekat dijual? Menjual makanan tu mbok ya yang sekiranya layak dimakan oleh diri sendiri. Jangan menjual makanan yang kalo kita makan aja kita gak suka. Mungkin warung rame di awal2 tapi selebihnya bikin pelanggan kapok.

Di lain waktu dan tempat, kami nyoba mie ayam bakso yang warungnya berada di ruko pinggir jalan raya. Jalan utama. Sepanjang parkiran sering dipenuhi kendaraan. Entah itu kendaraan pelanggan warung atau pelanggan toko2 di sebelah warung. Yang jelas parkiran depan warung juga penuh. Dan benar saja, memang saat kami memasuki warung, sudah ada bayak pelanggan yang duduk di kursi pilihannya masing2. Setelah memesan makanan, kami menempati kursi yang masih kosong. Mie ayam bakso 2 porsi, teh anget 1 gelas. Porsi mie ayamnya cukup mengenyangkan, dihiasi dengan dua buah bakso besar seukuran bola pingpong di atasnya. Dihargai Rp 13.000/porsi. Rasa standar. Kuah mie ayamnya gak begitu kental. Baksonya juga berasa kayak bakso ayam, bukan bakso sapi.

Ada lagi warung mie ayam yang kemaren sempet ngehits dan viral sampe masuk di tayangan tipi. Hadir dengan menu andalannya mie ayam porsi mini, cukup bayar dua rebu rupiah, Anda udah dapet seporsi mie ayam seukuran mangkok kobokan. Bisnis kulineran memang harus pinter2 berkreasi dan berinovasi. Apa lagi jenis kulier yang tipe nya seperti lagu pop, keviralan dan kepopulerannya hanya sesaat, selebihnya kemungkinan besar akan tergerus oleh hadirnya kuliner2 baru.

Ada juga, warung makan yang kalo kami lewat jalan depan warungnya sering kelihatan sepi. Suatu hari, kami coba mampir ke sana. Warung itu jualan bakmi jowo. Rasa bakminya enak, gak kalah dengan bakmi jowo di warung lain yang pernah kami coba juga. Harganya murce aja, Rp 11.000/porsi. Mungkin karena lokasi warungnya kurang strategis, orang yang lewat kalo mau mampir ke warung agak kesusahan. Mungkin juga karena itu warung masih anget2nya, alias masih baru, jadi belum banyak yang mengenal dan merasakan makanan di sana.

Pada umumnya, pelanggan taunya cuma apa yang mereka makan, enak atau enggak di lidah mereka, tanpa mempertimbangkan dan memperhatikan gimana proses makanan itu terhidang. Halal kah sembelihannya (kalo makanan berupa daging)? Baik gak buat kesehatan badan dan kantong kita dalam jangka panjang? Dan yang paling sederhana, pelanggan gak tau menahu seberapa besar effort yang pedagang lakukan untuk memenuhi kepuasan mereka. Berapa keuntungan yang pedagang ambil demi terjangkaunya harga bagi mereka. Parahnya lagi, ada pelanggan (dengan menyebutkan kata kunci: teman) menginginkan gratisan, diskonan, atau istilah lainnya sedekahan, dari usaha kuliner temannya itu. "Harga teman lah", gitu katanya. Kami, para pedagang makanan, bukannya pelit, cuman kalo ngaku "teman", semestinya mendukung, menyuport usaha temannya dengan nglarisi dagangannya, menjadi pelanggan setianya, merekomendasikan ke temen2 lainnya, juga mendoakannya agar usaha temannya itu lancar jaya.

Harus diakui, membangun bisnis, apa lagi bidang kuliner, butuh waktu yang gak sekejab, untuk bisa merasakan sensasi pelanggan berdatangan silih berganti, warung tak pernah sepi, dan kita enjoy di rumah duduk manis sambil bercengkerama dengan keluarga. Meskipun tanpa kehadiran kita, warung bisa jalan dengan semestinya dengan omset yang tak mengecewakan tiap bulannya. Omset tidak harus bayak, yang penting cukup dan barokah. Itu baru bisa dibilang sukses menjalankan bisnis.

Dimanapun aku dan my lovely husband makan di warung makan, pasti kami saling berkomentar, saling membandingkan, dengan cara saling mengicip makanan yang kami pesan (kalo kami pesan menu makanan yang berbeda). Secara, suamiku juga pelaku bisnis mie ayam bakso. Buliknya anakku juga pelaku bisnis kulineran. Punya warung steak dan ayam kremes. Dia pintar masak berbagai masakan, sayangnya belum sanggup direalisasikan untuk dijual secara komersial. Cek aja di sini kalo ga percaya!

Mie Ayam Bakso (KULINER 234)
Jl. Lettu Tori Subiantoro, Gempol Rejo, Jetis, Kec. Jaten, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 57731
0815-7566-6505

https://maps.google.com/?cid=14948828344579690564&hl=in&gl=id

Dan di sini warung steaknya.

Rainbow Steak
Gempol Rejo, Jetis, Kec. Jaten, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 57731
0823-2476-3769

https://maps.google.com/?cid=14384364944042298733&hl=in&gl=id

Suamiku juga baru2 ini buka warung steak dan ayam kremes. Di sini.

Jasmine Chicken Steak & Ayam Kremes
Jl. Sutowijoyo, Sidorejo RT 03/ 05, Dua, Tangkisan, Kec. Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah 57561
0856-4100-0921

https://maps.google.com/?cid=16848800649912258595&hl=in&gl=id

Setiap warung makan punya ciri khas masakannya masing2. Meskipun sama2 jualan mie ayam, warung yang satu mengunggulkan porsi, mulai dari porsi mini dengan harga Rp. 5000/porsi hingga porsi jumbo yang mengenyangkan para kuli yang kelaparan. Sedangkan warung yang lain mengedepankan rasa kuah kaldu ayamnya. Warung lainnya lagi "menjual" tempat yang nyaman, aman, sehat sentosa, meskipun rasa dan porsi makanannya B aja alias biasa aja. Kami para pelaku usaha kulineran, harus percaya bahwa yang mendatangkan rejeki (berupa uang dari pelanggan) adalah Sang Maha Pemberi Rejeki. Tugas kami hanya sebatas berusaha, menyiapkan dagangan, selebihnya Allah lah yang menggerakkan hati para pelanggan, mau ditaroh di warungnya si Paiman kah, di warungnya Bu Jamilah kah, atau di warungmu kah. Dan kami yakin bahwa 90% rejeki datang dari berdagang. Itu artinya lebih banyak peluang untuk memperoleh rejeki adalah dari berdagang. So, berdaganglah!

Dan dari situlah, aku bisa menyimpulkan kalo "keramaian atau kesepian" suatu warung makan, tidaklah cukup menjadi tolok ukur enak atau tidaknya masakan di warung makan itu. The power of marketing mulut ke mulut itu perlu, namun balik lagi ke lidah masing2. Menurutmu enak, menurutku belum tentu seenak menurutmu. Menurutku oke, menurutmu B aja. Jadi, untuk bisa mengatakan enak atau tidaknya suatu makanan, kalian harus merasakan sendiri dengan lidah kalian. Karena, 99% pelanggan adalah coba2. Jadi, buat para pemula bisnis kuliner, harus bener2 memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan yang kalian jual.

Dan menurutku, sampai saat ini belum ada yang menandingi nikmatnya mie ayam bakso bikinan suamiku. Entah ini karena efek "taburan rasa cinta" atau karena aku makan memang pas lagi lapar. Jadi, buat sobat pecinta kuliner, biar makanan di warung tempat kalian makan berasa wuenak, cintailah tukang masaknya dan makanlah pas kondisi lagi lapar2nya! Wkwkwk.

Demikian. Aku bininya Pak Arief alias mamaknya Jasmine.
Selamat makan!

Read more...
separador

Saturday, July 27, 2019

HAMIL

Mau denger ceritaku? Eh, maksudku, mau baca ceritaku? Ini mungkin akan panjang dan lama. Jadi, kalo kalian gak sanggup baca, mending langsung skip aja, atau paling enggak, tinggalkan jejak, dengan cara klik "like". Wkwkwk. Buat kalian yang sanggup baca, silakan memulainya dengan tarik nafas panjang, jangan lupa hembuskan, soalnya kalo kelupaan, bisa kelar kalian!

Sudah? 

OK, baiklah...

Begini ceritanya... 

Berawal dari aku buka FB, scroll scroll beranda FB. Sama kayak yang kalian lakukan tadi, sebelum akhirnya nemu tulisanku ini. Eh, sebentar. Ngomong ngomong soal FB, barusan aku buka FB, dan ternyata hari ini aku ulang taun. Hahaha. Diingatkan oleh FB. Sungguh, warbiasah! FB bisa menjadi mesin reminder buat kita. Apa yang kita tulis, apa yang kita posting, apa yang kita pamerin, direkam semua oleh FB, selain dicatat dan direkam juga oleh malaikat, tentunya. Jadi, bijaklah dalam bersosial media, terkhusus FB, karena jangan sampai kita nyampah story yang gak baik, betebaran di mana mana, yang mungkin 5 atau 10 tahun mendatang kita akan malu, jijik, bahkan bergidik setelah membaca postingan kita sendiri. Lah, belum apa apa udah tausiyah. 

Kembali ke FB. Di beranda FB ku, tiba tiba, ujug ujug, mak bedunduk, aku membaca sebuah kalimat, begini, "Semoga para istri yang sedang hamil, Allah mudahkan proses lahirannya. Sehat untuk ibu dan bayi. Untuk yang belum hamil, semoga tidak lama lagi kabar baik 'positif hamil' segera datang menyapa. Bismillah. Jangan menyerah. Jangan putus asa. Terus berharap ke Allah. Aamiin." Dengan otomatis dan dengan sepenuh hati aku turut mengamini. Saat ini, aku termasuk seorang istri yang sedang menanti kabar baik itu. Menanti hadirnya sang buah hati yang akan melengkapi kebahagiaan pernikahanku dengan doi. 

Dulu, keputusanku bersedia menikah termasuk mendadak, karena hanya bermodal pasrah. Pasrah sama pilihan Allah, pilihan orang tua, dan pilihan pakcomblang, karena yang menjodohkanku adalah laki laki, bukan wanita. Saat malam pertama dengan jodohku pun bermodal lillahi ta'ala. Yang aku persiapkan hanyalah menghafalkan doa sebelum berhubungan, "Bismillah, Allahumma jannibniissyyaithaana wa jannibi syaithoona maarazaqtanaa". Gak ngerti harus dimulai dan diakhiri dengan gaya apa. Gak ada juga yang namanya merencanakan kehamilan atau menjalani program hamil sesaat setelah pernikahan. Segera hamil ya syukur, belum hamil ya sabar. 

Pengetahuan seputar 'cara cepat hamil' pun aku gak mencari tahu. Yang aku tau, suami meyakini bahwa jika frekuensi 'tancap gas' sesering mungkin akan memperbesar peluang istri untuk hamil. Bahkan semisal aku lagi goreng tempe di dapur nih, suami minta 'gas', ya harus dilayani. Sebagai istri sholihah (aamiin), kan gak boleh nolak ajakan suami kalo gak ada halangan yang syar'i, ya kan? Suami ingin segera memiliki baby, mengingat usia yang bisa dibilang tak muda lagi. 

Saat itu kami belum mengerti akan pentingnya memperhatikan masa subur demi meningkatkan peluang kehamilan. Memang, kita tak tahu kapan akan ketemu jodoh dan menikah, kapan akan hamil, dan kapan akan mati. Tapi, sebagai manusia kita hendaknya berusaha, bukan? Termasuk aku dan suami yang berusaha agar segera memiliki momongan. Meskipun setelah menikah aku merasa sudah mendapatkan satu momongan, yang kusebut dengan 'bayek tuwek' alias suami. Wkwkwk. 

Setengah tahun sudah usia pernikahan. Kami sedikit cemas karena aku masih kedapatan haid, pertanda aku belum berhasil hamil. Suami terlihat agak sedih. Melihat kakak dan adik perempuannya yang lebih dulu menikah, tak lama setelah menikah langsung tokcer, langsung bisa hamil. Mertua dan saudara saling menceritakan itu padaku, yang terkadang membuat aku merasa rendah diri. Kenapa aku tak segera hamil seperti mereka. Malah ada yang mengira aku menunda kehamilan. Dikiranya karena aku sering perjalanan jauh naik bus, makanya susah hamil. Dikira karena aku pelaku long distance marriage, yang menyebabkan suami jadi jablai, akunya jadi gak hamil hamil. Dikiranya karena aku masih berstatus wanita karier, makanya belum pingin segera nimang bayi. 

Keseringan ditanya sama tetangga "Udah isi belum? Kapan hamil?", membuat aku makin risih dan terusik. Plis dong ah, meskipun terdengar sepele dan untuk sekedar basa basi, kalian menanyakan pertanyaan semacam itu tuh ibarat bertanya "Kapan nikah?" atau "Kapan mati?" yang hanya Tuhan yang tau jawabannya. 

Parahnya lagi. Di luar sana, aku temui fenomena ada yang suka komentarin dan nyinyirin orang yang belum hamil setelah menikah. Ingat ya gaess, kalian yang bisa hamil sesaat setelah menikah itu bukan karena semata mata wanita subur atau karena pria perkasa, tapi semuanya atas kehendak dan izin Allah. Jadi gak usah bangga dulu. Apapun di dunia ini, sudah Allah atur semuanya, bahkan daun jatuh pun itu udah Allah atur. Lalu, bagaimana mungkin kamu bisa bangga diri, sedangkan semuanya atas izin Allah? Mudah bagi Allah membuat kamu hamil, dan memiliki anak, namun mudah juga bagi Allah, untuk mengambilnya kembali. Maka, hati-hati lah dengan lisanmu!

Nyinyir kalian gak cukup sampai di situ? Ada yang hamil lagi, dikomentari:

- Hloh Mbak, hamil lagi, gak KB ya? 

- Istrimu hamil lagi? Kayak bisa cari duit banyak aja! 

- Anak masih kecil kok hamil lagi? Apa bisa ngurusinnya, kasian kakaknya gak keurus.

- Anak banyak masih kecil kecil kok ya hamil lagi, wes gak usah hamil lagi, sana KB!

- Dan seterusnya, dan sebagainya, silakan isi sendiri.

Ya Allah... Perasaan mereka yang komentar gak urun biaya dan gak ikut repot deh. Mau hamil atau enggak itu bukan urusan kita, tugas kita itu saling mendukung dan mendoakan sesama. Hamil juga karena suaminya, bukan karena suami kalian. Kok panik.

Ahhh sudahlah...

Dari jaman old sampai jaman now: 

Yang udah nikah, tapi gak hamil hamil, dikomentarin 

Apalagi yang hamil diluar nikah, otomatis dikomentarin

Yang hamil, dihamili suaminya sendiri, pun dikomentarin

Yang anaknya masih kecil hamil lagi, dikomentarin  

Yang anaknya udah gede tapi belum bisa hamil lagi, juga dikomentarin

Yang anaknya banyak, masih hamil terus, dikomentarin

Lahir anaknya cewek lagi, dikomentarin

Lahir anaknya cowok lagi, di komentarin

Jadi intinya, perdalam ilmu agama, fokus ke Allah, yakin ke takdir Allah, percaya sama kekuasaan Allah. Omongan orang yang gak baik atau negatif abaikan aja. Gak ada manfaatnya, hempaskan aja. Allah memberikan yang kita butuhkan. Bukan yang kita inginkan. Apapun yang ada di dunia ini semuanya milik Allah. Kita hanya dititipkan. Jadi tugas kita hanya bersyukur dan gak perlu nyinyirin hidup orang. Keep calm jaga lisan, karena hanya Allah pembolak balik segala kejadian.

Mulai dari situ, aku sadar, mikirin komentar orang gak ada habisnya, lebih baik fokus sama urusan pribadi dengan Allah, minta terus sama Allah biar diberikan keturunan yang baik, penyejuk hati, dan termasuk golongan orang sholih. Selain berdoa, tentu juga harus dibarengi usaha. Termasuk obrolan antara aku dan suami yang berpindah tak jauh dari topik 'cara jitu cepat hamil, dijamin berhasil, gak berhasil uang kembali'. Wkwkwk. 

Kami mulai serius memikirkannya. Aku mulai mencari tahu dan menimba ilmu soal itu. Sharing cerita dan mempertimbangkan nasihat teman temanku yang sudah berpengalaman di bidang perhamilan. Mulai dari mengatur posisi, durasi, dan situasi saat bercinta dengan suami. Tak lupa pula vitamin E dan asam folat yang katanya penting untuk mempersiapkan kehamilan, rutin kukonsumsi. Menerima saran dan kritik yang membangun demi hadirnya sang buah hati. Termasuk tawaran dan saran mengonsumsi herbal herbal, pijat kesuburan, dsb. Tapi kata suami, cara terakhir itu belum perlu, kita tunggu sampai setahun dulu. Sabar... 

Alhamdulillah, gak perlu sampai setahun, penantian datangnya dua garis merah di test pack berakhir di bulan ke delapan usia pernikahan kami. Suami menyatakan telah berhasil menghamiliku di bulan Juni. Hari pertama datang bulan terakhirku di tanggal 19 Juni. Setelahnya, tamu bulanan gak berani datang lagi. 

Setelah menikah hingga aku terbukti hamil, kami masih tinggal berjauhan, makanya aku menjalani kehamilan ini jarang bersama suami. Dulu, ketika masih single, aku ngekos di rumah orang tua dari salah satu teman sekantorku, Mbak Dahlia. Aku tidur sekamar berdua dengan teman kerjaku yang lain, Titin. Dua teman lainnya, Iped dan Intan, mereka sekamar. Kami berlima dan pemilik kos, Pak Edi yang notabene adalah ayahnya Mbak Dahlia, hidup dalam satu atap rumah, dan bekerja dalam satu atap instansi. 

Setelah menikah, suami memintaku pindah kos demi menjaga privasi saat mengunjungiku. Gak mungkin kan suamiku ikut tidur bertiga bareng aku sama Titin? Gak mungkin juga aku harus ngusir Titin dulu biar aku bisa tidur berdua dan bernananina dengan suami. Meskipun di sana udah nyaman dan seperti keluarga, aku harus pindah kos. 

Sebelum tau aku hamil, waktu itu aku lagi packing barang barang untuk dibawa pindah kos. Angkat junjung kardus kardus yang berhasil kukemas. Naik turun tangga. Bolak balik dari kos lama menuju kos yang baru dengan bocengan naik motornya Titin.  Nantinya aku akan sekosan lagi sama Iped di kos yang baru. Titin memilih ngekos di tempat berbeda yang letaknya lebih jauh. 

Nganjuk, kota tempatku bekerja, saat itu belum familer adanya ojek online. Jadi,  aku berangkat dan pulang kerja dari kos baru ke kantor naik sepeda onthel dengan perjalanan sekitar 10-15 menit. Kadang aku menggendong tas ransel yang lumayan berat. Sedang Nganjuk terkenal sebagai Kota Angin, yang kalau ngayuh sepeda jadi terasa berat karena ketiup angin. Semua itu aku jalani dengan biasa saja, normal, selama beberapa hari ke depan. Hingga aku merasa ada yang janggal dengan jadwal datang bulanku. Sepertinya ia datang terlambat. Ah, paling juga PHP, pikirku. Jadi aku gak terlalu berharap absennya tamu bulanan akan digantikan oleh kehamilan. Seperti yang sudah sudah, tamu bulanan tak kunjung datang, aku dan suami begitu berharap itu pertanda hamil, tapi ternyata si tamu bulanan tetap datang, cuma terlambat. 

Ketika aku berada di rumah, kembali ke pelukan suami setelah sekian lama di perantauan,  kami berdua membeli test pack untuk meyakinkan apakah kondisiku berbadan dua atau berbadan gendut. Eh! Soalnya aku merasa jadi mudah lelah dan sering ngantuk, kupikir karena aku menggendut jadi tak segesit dulu. Bawaannya mager. 

Pagi harinya, urine pertamaku di tanggal 29 Juni kujadikan sampel untuk memunculkan garis pada test pack, apakah satu atau dua garis. Dan ternyataa... Seketika bulir bening menggelinding di pipi, aku menghampiri suami yang baru saja pulang dari sholat subuh di mushola. Melihatku menangis, suami merangkulku, menarik tubuhku ke dalam pelukannya, berusaha menenangkanku. "Gak apa apa, kita coba lagi..."

Dalam pelukannya aku berbisik "Positif...", sambil menunjukkan garis dua pada test pack. Suamiku makin erat memelukku, menciumi wajahku, hingga ke perutku yang membuatku tertawa karena geli terkena kumisnya. Kemudian dia bersujud syukur. Alhamdulillah. Terimakasih ya Allah. Engkau kabulkan doa kami selama ini. Engkau hadirkan buah pernikahan kami di waktu yang tepat, di saat kami sudah memiliki rasa satu sama lain, di saat kami sudah saling mencintai. 

Sejak suamiku bergelar calon ayah, sikapnya jadi berbeda dan berubah, dia jadi lebih perhatian, lebih cerewet, dan posesif. Mungkin karena dia khawatir dan takut terjadi hal hal yang membahayakan diriku dan calon anak kami. Suami melarangku naik sepeda onthel lagi meskipun jarak dekat, selain melarang dirinya sendiri untuk menaikiku meskipun di malam Jumat. Wkwkwk. Takut, katanya. Dia juga melarangku motoran jarak jauh sendirian. Iped, yang tiap hari boncengin aku, disuruh suamiku supaya pelan pelan bawa motornya. Suamiku juga mem-black list bus langgananku buat berangkat dan pulang dari rumah ke tempat kerja ketika dulu aku belum hamil. Dia menyuruhku ganti langganan bus eksekutif yang lebih nyaman, atau naik kreta. Dan di setiap aktivitasku, aku harus laporan sesegera mungkin, aku dimana dengan siapa lagi berbuat apa. Berangkat harus pamit. Sampai kantor harus lapor. Pulang kerja harus tepat waktu, gak perlu main dulu. Kalo enggak, suami akan menelponku berkali kali, memastikan aku sudah di kosan dengan selamat sehat sentosa serta mulia. Kadang kalo aku susah dihubungi, suamiku bisa marah marah dan merasa tidak dihargai. Entah kenapa suamiku jadi lebih sensitif dan posesif begitu. Apa jangan jangan ini adalah sensasi hamil yang tertukar? Aku yang hamil, suami yang aneh. 

Bahkan suamiku mendadak berperan jadi ahli gizi dalam urusan makananku. Aku dilarang makan makanan yang menurutnya akan berpengaruh buruk pada diriku dan si jabang bayi. Dilarang makan mie instant, duren, pentol atau cilok, nasgor pedes, dan makanan tidak sehat lainnya. Padahal mie instant adalah makanan kebangsaan anak kos. Selain itu juga dilarang minum minuman bersoda seperti Sprite, meskipun cuma sak-iprit. Padahal itu minuman wajib bagi dia kalo lagi perjalanan ke Nganjuk buat jenguk aku. Dan parahnya lagi, aku dilarang minum Nyoklat. Padahal itu kan minuman langganan teman teman sekantor. Selain untuk me-relaks-kan otak, juga memanjakan lidah. Nyess. Enaaakk. 

Meskipun menjalani kehamilan tanpa disanding suami tiap hari, aku gak merasa sendiri. Suamiku bisa datang menjenguk satu atau dua minggu sekali. Lagipula, selain aku, tiga orang teman sekantor juga hamil : Mbah Dahlia, Mbak Devi dan Mbak Lisa. Dan canggihnya, kami berempat pelaku LDM yang kehamilannya selisih sekitar dua bulanan. Keren kan? Selain para bumil, ada dua cewek singelillah yang ku doakan segera menikah, yaitu Titin dan Iped. Mereka berdua lah yang membantu para bumil menghandle kerjaan yang gak bisa kami kerjakan. Contohnya, manjat kursi buat ngambil buku yang letaknya tinggi, atau sekedar buat nyalakan kipas angin yang talinya tak tergapai, menjadi delegasi membawa misi pergi ke sana kemari karena memiliki mobilitas paling tinggi, angkat junjung barang berat saat beberes kantor, merangkap sebagai driver ojoff (ojek offline), hingga mengganti genteng kantor yang bocor. Tapi yang terakhir itu bohong. Wkwkwk. Mereka berdua lah yang paling exited menjadi pendengar setia para bumil yang lagi berbagi kisah, mulai dari kisah tentang gimana rasanya pertama kali 'gas', hingga terciptalah adek bayi di perut ini. Mereka berdua juga lah yang paling sering ber-astaga, dan paling keras ber-hahaha saat mendengar cerita cerita kami. 

Tak ketinggalan ada satu teman lagi yang juga singlelillah dan cuma dia satu satunya lelaki di kantor. Namanya Mas Wahyu. Dialah sang hero kami para bumil. Dia yang dimintai metik mangga muda yang tumbuh di halaman kantor. Dia yang dijastip (jasa titip) makanan atau minuman pesenan para bumil. Kadang dia juga bisa menjelma jadi driver ojol dadakan tanpa perlu aplikasi, cukup dengan diteriaki "Mas Wahyuuu, tolong anterin ke sana doong!" Pokoknya dia bagaikan 'suami ke dua' yang siap siaga. Hehehe. 

Aku bersyukur atas rejeki berupa dikelilingi teman teman baik hati yang senantiasa mendukung sepenuh jiwa raga,  turut menjaga, dan menasihati di kala kekhilafan melanda. Alhamdulillah sekali dipertemukan dengan mereka yang ibarat keluarga kedua. 

Kehamilan masing masing dari kami berempat memiliki rasa dan kisah yang berbeda beda. Mbak Dahlia yang terlihat begitu menikmati masa kehamilannya, mungkin karena sudah berpengalaman hamil, kali ini hamil anak ke dua. Mbak Devi dengan kehamilan pertamanya sampai lemah tak berdaya hingga mengharuskan dia bedrest. Mbak Lisa di kehamilan yang ke dua juga, terlihat strong, beraktivitas dan bekerja dengan normal layaknya wanita yang tak berbadan dua. Aku alhamdulillah termasuk yang dimudahkan oleh Allah dalam menjalani kehamilan yang pertama ini. 

Mual muntah di trimester awal itu biasa. Sensitif terhadap bebauan tertentu, aku masih bisa menahannya. Pagi sering merasa ngantuk dan lemas. Males mandi, males sisiran, males dandan. Rajin nyuci, masak, dan nyetrika. Pun rajin minta jatah uang belanja. Hahaha. Kebiasaan kebiasaan bumil semacam itu banyak dijadikan tebak tebakan jenis kelamin si bayi. Ada yang bilang, bayinya laki laki, sebagian bilang ini perempuan. Buat seru seruan aja. Apapun jenis kelamin bayinya nanti, tetap menjadi kuasa Illahi. 

Kian lama perut makin membuncit, bergerak pun makin sulit dan gak gesit. Mencari cari posisi tidur yang nyaman, miring kiri, kanan, nungging, bahkan telentang. Pas buang air besar tau tau tang-nya ikut keluar. Wkwkwk. Niat mau ngubah posisi tidur sedikit aja, kaki tiba tiba kram. Butuh bantal guling lebih banyak, juga butuh guling yang kalo dipeluk bisa bersuara. Ini kata lain dari merindukan suami.

Merasa kegerahan padahal lagi dingin musim penghujan. HIV alias hasrat ingin vivis sering menyerang tak kenal waktu. Pagi, siang, sore, malam, tengah malam sebelum dan setelah suami nengokin adek bayi yang masih di dalam perut. Udah gitu, susahnya pakai closet jongkok karena perut udah mentok. Pinggang rasanya mau copot berasa terserang encok. Seandainya bisa dibongkar pasang, rasanya pingin ku copot sebentar ini pinggang. Pernah kutempeli koyo, ketahuan sama suami, aku dimarahi. Akhirnya, mau tak mau suami harus merelakan diri menjadi tukang pijat pribadi.  

Dari awal hamil sampai menjelang lahiran, aku merasa gak ada makanan tertentu yang sangat sangat sangat aku inginkan, yang orang bilang itu ngidam. Semua makanan bisa ku terima, kecuali tahu. Entah kenapa kalo makanan ada tahunya, aku jadi muntah. Dulunya aku suka banget sama aroma telor goreng, giliran waktu hamil, aroma itu bikin aku mual. Untuk mengatasi rasa mual, tiap malam aku sering keluar kos sekedar buat beli wedang jahe. Waktu itu suamiku juga sempet melarang aku minum wedang jahe, takut bayinya kepanasan di dalam kandungan. Soalnya belum install AC. Pajaknya mahal. Wkwkwk. 

Selain gak ada makanan yang sangat aku inginkan, juga gak ada makanan yang aku blacklist, cukup bus Sumber Kencono (yang sekarang bergani nama Sugeng Rahayu) saja yang diblacklist oleh suamiku. Mie instant, boleh lah sesekali, tak lupa ditambah telor dan sayur, biar tetap sehat. Duren, ayo aja. Kubatasi untuk diriku sendiri maksimal tiga biji. Segala jenis ikan, baik ikan laut, ikan air tawar, asal bukan ikan air got. Baik ikan yang bersisik maupun yang gak bersisik, kecuali Ikan Fawzi. Wkwkwk. Terong, aku pun masih doyan, meskipun kata Mbak Lisa, bumil yang sering makan terong bisa menyebabkan penis (kalo si jabang bayi laki laki) anaknya jadi lemes, susah ereksi. Tapi aku gak percaya. Terong balado, siapa takut? 

Hamil di perantauan, akses menuju pelayanan kesehatan sedikit menyulitkan, menjadi alasan aku gak pernah ikut kelas ibu hamil yang diadakan tiap bulan. Aku cuma ikut senam hamil, bermodalkan hape dan video dari youtube. Selain menghinstal beberapa aplikasi kehamilan, aku juga menginstal aplikasi lagu lagu yang katanya bisa merangsang pendengaran bayi meskipun masih di dalam kandungan. Kalo di kosan kuputarkan lagu lagu semacam lulaby, instrumental, atau murrotal. Kalo di kantor dangdutan. Dangdut is the music of my country, you know kan? 

Selain mendengarkan musik, aku juga sering mengajak ngobrol calon anakku, meskipun kalo dilihat orang aku seperti dalang edan. Ngomong sendiri, tanya sendiri, pun dijawab sendiri. Aku juga suka nyium bebauan tertentu, seperti aroma bunga melati yang tumbuh di samping kosan. Aroma tanah yang diterpa hujan pertama kali. Aroma masakan buk kos yang dalam hati aku berhusnudzon akan kebagian masakan itu. Dan yang paling aku suka adalah aroma tubuh bapak dari calon anak ini. Meskipun si bapak baru bangun tidur, belum mandi, masih ileran, dan sedikit brewokan, tetap berasa harum di hidungku dan tetap terlihat ganteng di mataku. Hehehe. 

Selain lebih bebas berekspresi, hamil di perantauan yang jauh dari para tetua ada untungnya juga. Untungnya adalah gak banyak terpapar mitos mitos tanpa dasar yang sering menyesatkan para new bumil seperti aku ini. Meskipun jauh dari orang tua dan saudara, kos baruku dekat dengan kosnya Mbak Devi. Kami biasanya berburu buah bersama. 

Pingin duku di musim duren, pingin mangga di musim manggis. Ini hlo, ada bumil bumil keren nan manis. Eh, kok malah jadi pantun. Maksudku, aku mau cerita kalo berburu buahnya bisa dijadwalkan. Misal, minggu ini beli buah duku. Minggu depan beli buah naga. Gak perlu beli mangga, soalnya ada Mas Wahyu yang siap siaga metikin mangganya. Minggu depannya lagi beli semangka. Minggu berikutnya gak beli buah apa apa. Soalnya sudah tanggal tua, buah yang tersisa hanyalah buah dada. Wkwkwk. 

Menjalani kehamilan di lingkungan para bumil memang menyenangkan. Tak terasa waktu kehamilan berlalu hampir sembilan bulan. Sampailah jadwal cuti datang silih berganti di antara kami berempat. Tiga bulan jatah cuti yang disediakan, kami manfaatkan sebaik baiknya. Giliran cuti pertama jatuh pada Mbak Dahlia, berikutnya Mbak Devi, lalu aku, disusul kemudian Mbak Lisa. 

Selain dari sensasi kehamilan yang berbeda beda, proses kelahiran anak kami berempat pun memiliki kisah istimewa yang juga berbeda. Kami saling berkabar tentang kelahiran anak kami. Mbak Dahlia lahiran di Bulan November, Mbak Devi di Bulan Januari, aku di Bulan Maret, dan Mbak Lisa di Bulan Mei. Satu hal lagi yang bikin aku amazed, dari keempat bumil, semuanya melahirkan anak perempuan. MasyaAllah... 

Setelah masa cuti habis, saatnya balik ke dunia nyata. Kenyataan bahwa kami adalah wanita pekerja. Kegalauan sempat melanda. Memiliki baby dan membawanya ke tempat kerja memang tak mudah untuk seorang ibu pekerja. Mau tak mau aku harus memilih satu di antara dua pilihan. Pilihan yang menurutku paling sedikit mudharatnya. Setidaknya pilihan yang suamiku ridha terhadapnya dan membuatku merasa lebih damai dan bahagia menjalaninya. Ya. Aku memutuskan untuk menjadi stay at home mom, setelah bayiku umur sekitar 7 bulan. Menyusul keputusan temanku, Intan, yang lebih dahulu resign setelah melahirkan anak pertamanya. Teman yang dulu aku sempat menyaksikkan betapa hebat perjuangannya saat hamil. Miss you, Intan.

Terlepas dari keputusanku itu, aku selalu ingat kalimat ini. Entah siapa yang pertama kali menulisnya, aku tak tahu. Kalimat yang selalu memotivasi diriku dengan segala keputusan yang aku ambil untuk diriku dan keluargaku. 

Ibu yang baik bukanlah ibu yang melahirkan normal, bukan pula yang melahirkan secara cesar.
Ibu yang baik bukanlah ibu yang full ASI, bukan pula ibu yang campur ASI dan susu formula.
Ibu yang baik bukanlah yang jaga anak pakai pengasuh, bukan pula yang memilih mengasuh sendiri.
Ibu yang baik bukanlah ibu yang memakai popok sekali pakai, bukan pula yang memutuskan mau pakai popok kain untuk bayinya.
Ibu yang baik bukanlah ibu yang kerja kantoran, bukan pula yang kerja di rumah dan dekat dengan anak, bukan pula ibu rumah tangga yang tidak bekerja maupun berbisnis.
Ibu yang baik adalah ibu yang bahagia, menerima dirinya apa adanya, menjadi versi yang terbaik bagi dirinya sendiri, dan mengasuh anak anaknya dengan bahagia, tanpa penghakiman dan ego bahwa dia ibu yang benar dan bijak dalam mengasuh keluarga.

Dan... 

Tidak ada satupun cara yang sempurna untuk menjadi ibu yang baik. Setiap situasi itu unik. Setiap ibu melewati tantangan yang berbeda, mempunyai kemampuan dan keahlian yang berbeda, dan tentunya memiliki anak yang berbeda. Keputusan akan berbeda dan unik untuk setiap ibu dan setiap keluarga.
👩‍👧

So, buat para momomil (mommy momny hamil) dan momongers (emak emak momong anak), nikmatilah masa kehamilan dan pengasuhan anak Emak dengan ikhlas, sabar, dan bahagia. Apapun yang kita jalani, pasti tak lepas dari komentar orang. Just keep going on, Mak! Tetap bangga menjadi diri sendiri and be happy 😊

Presented by me

Sponsored by Akademi Komunitas Negeri Nganjuk

Dedicated for:

- My beloved ipel ipel and uyelable husband, Pak Aulia Arief Rahman. Terimakasih telah banyak berkontribusi atas kehamilan ini. Wkwkwk. Love you to the moon and back! 

- Para emak kece : Mbak Dahlia, Mbak Devi, and Mbak Lisa. Selamat dan semangat menjalani peran masing masing dengan bangga dan bahagia. Ada yang berencana nambah momongan dalam waktu dekat ini? Hehehe. 

- The duo singlelillah : Titin and Iped. Semoga lekas bertemu dia yang namanya tertulis oleh-Nya di Lauh Mahfuz. So, dekati Dia dulu sebelum mendekati dia.

- The most handsome man in the office : Mas Wahyu. Idem sama yang di atasnya aja deh. Capek aku ngetiknya. Wkwkwk. 

Well, kuharap ceritaku tadi bisa menghibur, memotivasi, bahkan menginspirasi, atau seenggaknya mengotori beranda facebook kalian, buat kenang kenangan. Hahaha. 

That's all. Sekian dan terima gaji. 

Read more...
separador

Sunday, June 9, 2019

Aku Lelah, Mengertilah...

OAku lg sebel.
Berawal dr kemaren itu.
Aku ngurusi warung, anak dimomong uti, pagi siap2, sore pulang bentar nyempetin mandi, berangkat lg, pulang malem. Gitu terus hampir selama sebulan. Rutinitas itu terjadi pas masih puasaan hingga habis lebaran sampai sekarang.
Aku lelah.
Aku tau suamiku jg sama lelahnya.
Kerja pabrik dr pagi sampe sore, ngurusi warung yg di Karanganyar, belum lg wira wiri ke warung satunya di Sukoharjo (warung yg tadi ku bilang : aku ngurusi warung). Perjalanan naik motor butuh waktu sekitar sejam.

Yg aku ga suka tu seolah olah suami yg paling lelah sedunia, lelahnya suami yg paling lelah dibanding lelahnya istri. Suami ga ngerti posisi sbg emak2 beranak bayi, soalnya ga pernah dan ga bakal ngalami. Sedangkan aku? Aku pernah ngalami apa yg suamiku alami. Kerja pabrik, beruntun, dan wira wiri, jd aku bisa bandingkan gimana rasa lelahnya orang kerja dibanding lelahnya seorang ibu rumah tangga yg ngrangkep kerja.

Warung di Sukoharjo sempet sepi pas awal2 puasa kemaren, bahkan sempet tutup. Itu pilihan yg lebih bijaksana daripada buka tapi merugi. Di minggu ke dua dan ke tiga Ramadhan, pelanggan mulai berdatangan. Tapi dua karyawan udah terlanjur ditarik ke warung Karanganyar yg notabene warung induk, milik mbk Pipah, dan kebetulan rame pesenan, alhamdulillah. Jadi yg ngurusi warung di Sukoharjo cuma aku, dibantu satu karyawan, kadang dibantu Lik, dan suami jg.

Kemaren warung rame, isah2 banyak bgt, alhamdulillah. Beres2 seakan ga selesai2, aku selak pingin muleh ketemu anak. Eeh, suami ga ndang2 bantuin, malah mainan hp, ngurusi jual beli online manuk, alhamdulillah manuk e laku. Karepku ki mbok mainan hp ne mengko disit gitu lah. Ga ngerti prioritas. Manajemen waktu nya ga oke.
Aku mutung, ku tinggal pulang lah tu isah2an sm beres2 yg blm selesai. Ora urusan. Butuh ndang tekan ngomah, resik2 awak, nyekel anak.

Hari ini, Minggu, 9 Juni 2019, kan janjian  buka warung jam 12 siang. Jam 9 aku tu dah standby di warung, nyiapin apa aja yg bisa ku siapin. Soalnya jam 11 harus segera pulang, Uti sm Lik ga bisa momong Jasmine ky biasanya, krn ada acara reuni. Suami dan dua karyawan masih di Karanganyar. Jadi aku sendirian nyiapin warung. Pertama masuk tu liat masih ada sisa perkakas yg blm beres, gelas2 masih ada yg di depan, ada yg di dapur, drink jar sm magicjar blm dicuci, dapur masih berantakan. Belum bikin kremes, blm nyiapin sayuran buat steak. Bikin kremes ini yg paling lama, bisa sampe 2 jam. Dan jam 11 mereka ga datang2. Katanya nunggu air ungkepan ayam dr Mbk Ipah yg baru diungkep jam 9an. Bikin kremesnya kan pake cairan ajaib itu.

Aku kan jd sebel.
Ngawur aja! Nunggu ungkepan ayam yg perlu waktu sekitar sejam. Hla mbok ya segera ke warung Sukoharjo pagi2, ngungkep paha ra ketang sekilo di sana, disambi nyiapne warung. Kan bisa. Efektif dan efisien. Warung bisa ready jam 12, tepat waktu. Kenapa ada tiga laki2 ga bisa berpikir cerdas soal manajemen waktu, gitu hlo? Heran deh!

Dari dulu aku dah bilang, aku lelah. Karyawan kuminta balik ke warung di Sukoharjo tapi ga diijinin sm suami. Dengan alasan kasihan, nanggung, di Sukoharjo cuma bentar lalu balik Karanganyar lg krn bentar lg libur lebaran. Itu pas masih puasaan. Di minggu2 terakhir Ramadhan. Jasmine (anakku yg paling kintung2 sedunia) kena demam, sembuh dr demam, ganti pilek batuk ketularan aku, sampe sekarang pun aku masih pilek. Sang emak terkena flu, pilek tiada henti2nya. Udah ingus kuning sih, tp masih produksi aja ini ga tau kapan berhentinya. Dan perut ku sering kram, berasa ky disminore kalo menjelang haid. Flek jg. Aku ga tau knp, mungkin efek KB, mau priksa blm bisa nyempetin. Dan istri ngeluh begitu tu suami ga peka. Lebih kasian ke karyawannya daripada ke istrinya.

Sebenernya suami ga maksa dan ga nyuruh buka warung kalo memang ga mampu. Tapi aku rela buka warung meski tanpa 2 rewang, biar warung jgn sampe vakum. Kan eman2. Dapet hasil dikit gakpapa, toh pada akhirnya alhamdulillah hasil warung selama Ramadhan bisa buat beli freezer, meskipun second.

Sekarang aku ambil cuti. Mau istirahat dr urusan warung, body udah melemah. Di rumah wae, momong anak.

Pesan buat para suami :
1. Kalo kalian merasa capek, lelah, lungkrah krn kerja, jangan trs merasa kalian lah yg paling menderita akibat kelelahan itu. Lihatlah istrimu, momong ki yo ga sepenak dan segampang anggapanmu.
2. Wanita (istri) kalo minta tolong ki mbok ya digatekne, trs dikerjakne apa panjalukan e. Ojok mung hape mu wae sing mbok gatekne. Ngertio prioritas, jan jane ki luweh penting istrimu apa hapemu? Istri minta tolong ini itu tu bukan berarti menjadikanmu spt babu. Justru malah kadang istrimu yg kamu perlakukan spt pembantu.
3. Kenapa istri sering mengingatkan suami utk begini begitu? Karena, entah kenapa, mungkin ini dah dr alam bawah sadar kali ya, wanita tu detail dan menginginkan sesuatu itu tertata dan perfect. Jd kalo ada pekerjaan yg belum beres, pungin e ndang2o diberesi, ndang gawean liyane.
4. Istrimu ki wes rela melepas masa "single happy"nya buatmu, jd teman hidupmu dg segala kelebihan dan kekuranganmu, momong anakmu sekaligus ngurusi dirimu. Kebangeten banget kalo sampai suami ga perhatian ke istri, ga mengutamakan istri dan keluarga.
5. Ga semua laki2 (suami) seperti yg ku ceritakan tadi. Meskipun begitu, suami tetaplah teman hidup istri. Jangan sampai hanya krn masalah sepele rumahtangga jd berantakan bagaikan kamar suamiku tanpa adanya aku. Ha ha ha. Kamar e koyok gudang. "kandang singo" kalo kata suamiku. Soalnya aku galak, kalo ada kotoran di kamar, suami langsung aku oprak2 suruh beresin.

Teruntuk suamiquwh yg ipel2 dan uyelable, yg kalo lelah jd gampang marah, meskipun begitu, I keep loving you... 😘

Read more...
separador

Thursday, May 2, 2019

Are You Ready For Ramadhan?

Ramadhan telah tiba
Ramadhan telah tiba
Hore! Hore! Hore!

Bukalah isi Qur'anmu
Datangi majelis ilmu

Ramadhan telah tiba
Ramadhan telah tiba
Hatiku gembira

Ramadhan telah tiba
Ramadhan telah tiba
Hore! Hore! Hore!

\😍/

Jamaah facebook yang berbahagia, sebahagia saya menyambut Ramadhan tiba. Assalamu'alaikum... ☺

Apa yang temen2 rindukan dari bulan Ramadhan?
- Puasa? Kebayang godaan yang selalu datang lewat iklan2 sirup dan minuman menyegarkan lainnya betebaran di layar TV di siang hari yang gerah, panas, dan kering kerontang.
- Takjil? Cemilan yang dinanti kebanyakan orang, meski ada beberapa yang gak puasa tapi ikut serta menikmatinya.
- Ngabuburit? Yang katanya menunggu waktu buka puasa tiba, nongkrong2 entah itu di pinggir jalan, di jembatan, di taman, bahkan di flyover.
- Bukber? Suatu rencana yang biasanya mempersatukan kita dalam grup kawan lama dan hanya berakhir menjadi suatu wacana. Rencana bukber hanyalah fiktif belaka.
- Tarawih? Salah satu jenis sholat sunnah yang bikin masjid2 kebanjiran jamaah, yang meskipun sholat wajibnya bolong2 atau bahkan gak pernah sholat wajib, tapi sholat tarawihnya gak mau ketinggalan dong!
- Dan masih banyak lagi, silakan teman2 kenang sendiri memori Ramadhan nya.

BTW, sudah sampai mana nih persiapan menyambut Ramadhan tahun ini? Selain ajal dan jodoh, Ramadhan juga harus dipersiapkan dengan diri yang lebih baik hlo. Yuk, siapkan Ramadhan mu!
- Luruskan niat karena Allah, jangan karena pekewuh sama orang lain. Orang lain puasa, ikutan puasa terus update status pake tagar 'ben podo kancane'
- Perbanyak dzikir/ mengingat Allah, jangan malah mengingat mantan dan lupain hutang. Hayoo, yang belum bayar hutang puasanya, hutang uang, dan hutang2 lainnya, termasuk hutang budi.
- Perbanyak doa mohon ampunan-Nya. Mumpung Allah masih berkenan ngasih kesempatan kita buat bertobat. Meskipun kita mampu mengucapkan kalimat sakti mandraguna tiket masuk surga "Laailahaillallah", tapi kalo nyawa sudah di tenggorokan, alias sekarat dan belum sempet tobat, tiket itu akan hangus. Seperti Fir'aun yang dikisahkan dalam QS Yunus : 90
- Merutinkan sholat sunnah yang merupakan penyempurna sholat wajib. Mungkin aja sholat kita masih belum bisa khusyuk, mungkin aja kita terlalu sibuk dengan urusan dunia hingga sempet ngerjakan sholat pas waktunya udah mepet, mungkin aja kaki kita terlalu berat melangkah ke masjid sebelah rumah untuk sholat jamaah.
- Rajin membaca Al-Qur'an dan maknanya, yang merupakan salah satu obat hati. Jadi inget lagunya : tombo ati iku ono limang perkoro, kaping pisan moco Qur'an lan maknane, kaping pindo sholat wengi lakonono, lanjutane terusno dewe.
- Jauhi maksiat, ayo segera tobat!
- Sedekah biar rejeki yang kita peroleh menjadi berkah.
- Hadiri majelis2 ilmu. Pelajari hukum2 semua amalan ibadah di bulan Ramadhan. Karena jangan sampai kita telah melakukan ibadah (atau hal2 yang kita anggap ibadah) ternyata tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW, jatohnya malah jadi bid'ah yang tak bernilai ibadah. (QS Al-Isra' : 36).
- Siapkan target Ramadhan, kalau perlu ditulis, misalnya selepas Ramadhan  udah harus hafal surat ini, harus bisa khatam Qur'an sekian kali, dsb.

Ramadhan tanpa persiapan tuh ujung2nya berasa kayak gini : "Ramadhan tahun2 lalu rasanya sama aja. Kegitan yang dilakukan itu ituuu aja" Bangun tidur, sahur, tidur, buka puasa, tarawih, tidur, sampe bangun sahur berikutnya, berikutnya, dan berikutnya, hingga tau2 Ramadhan say goodbye ke kita tanpa bekas. Ilmu agama dan ibadah yang kita kerjakan berada di level itu2 aja alias gak ada peningkatan, hafalan surat pendek di sholat kita pun mentok di 3 Qul (qulhuwallahu ahad, qul a'udzu birabbil falaq, qul a'udzu birabbinnas), jangankan bisa khatam, rutin baca Qur'an aja gak pernah. No 'uzubillah. So, mari kita persiapkan Ramadhan kita dengan sebaik mungkin.

Bisa dimulai dari memperbaiki kegiatan Ramadhan tahun kemarin, membuang hal2 yang gak perlu dan gak penting dikerjakan, contohnya : pacaran, hura2 gak karuan, tidur seharian, nonton drakor semalaman, main game sampe lupa ngaji. Intinya, hindari pemborosan dan kesia-sia-an. Sebaliknya, kerjakan hal2 yang dapat meningkatkan keimanan kita,  contohnya : kumpul bareng teman yang memberi pengaruh positif, banyakin ngaji, kurangi TV, jaga perbuatan, ucapan, dan tulisan, sedekah bakti sosial bagi2 makanan buka puasa, dan masih banyak lagi.

Kita harus menjadi seorang muslim yang cerdas, kita perlu strategi juga dalam memasuki Ramadhan, supaya mendapatkan nilai ibadah dan ilmu yang maksimal. Karena Allah perintahkan kita di QS. Al-Baqarah : 183 untuk berpuasa agar kita bertaqwa. Seterusnya, tidak hanya selesai di bulan Ramadhan saja. Karena apa? Sangat mungkin 99,9% kita tidak akan bertemu bulan itu di tahun depan. Alias telah datang 'sang pemutus segala yang di dunia'.

Coba buka kembali kaleidoskop rutinitas Ramadhan kita tahun kemarin. Masih suka ngabuburit? Ngapain aja ngabuburitnya? Manfaatnya apa aja? Jaman now, Ramadhan bukan sekedar dimeriahkan oleh budaya ngabuburit dan bukber, bahkan ada yang mengadakan 'sabar' (sahur bareng). Biasanya acara ngabuburit begitu berisi kumpulan campur baur laki perempuan, berbincang ngalor ngidul ga karuan, ketawa ketiwi cekikikan, setelah azan berkumandang langsung melahap hidangan berbuka dan sudah merasa cukup hanya dengan membaca "Allaahumma lakasumtu..."
atau "Dzahaba zhoma'u...", padahal itu hanya mencakup maknanya berupa laporan dan ucapan syukur. Kadang malah saking asyiknya bukber sampe ga sempet sholat maghrib, makan kekenyangan jadi lupa sholat isyak dan tarawihnya.

Hayooo... Siapa yang rutinitas menjelang buka puasa nya begitu? Padahal waktu menjelang buka puasa dan sahur adalah dua waktu yang mustajab untuk berdoa. Tapi kebanyakan manusia menyia-nyiakannya, sadar atau pun gak sadar.

Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa hingga ia berbuka, doanya pemimpin yang adil dan doanya orang yang terzhalimi” (HR. Tirmidzi no.2528, Ibnu Majah no.1752, Ibnu Hibban no.2405, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi).

Pada setiap malam, Allah Ta’ala turun kelangit dunia, ketika tersisa sepertiga malam terakhir, Allah berfirman:’ Siapa yang berdoa kepada-Ku akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku akan Aku beri. Dan Siapa yang memohon ampunan kepada-Ku akan aku ampuni.” (HR. Bukhari 1145 dan Muslim 758).

Nah, jamaah facebook rahimatulullah,   setelah kita menyadari dan memahaminya, manfaatkanlah waktu kita dengan sebaik baiknya, bukan hanya demi kumpul teman2 dan demi santapan atau berburu makanan saat jelang sahur atau buka. Berdoalah untuk diri kita, keluarga kita, orangtua kita, sahabat kita, dan negeri kita!

Wasalamu'alaikum...

#RamadhanKarim
#HappyFasting
#KeepPraying
#KeepIstiqomah
#BeGoodMuslim

Read more...
separador

Tuesday, March 26, 2019

Jasmine Aisyara Rahman

🎵Jasmine Aisyara Rahaman...
🎵Jasmine, anak mama sayang...
🎵Anaknya kecil ungil ungil...
🎵Anaknya cilik enthik enthik...
🎵Anaknya pinter, anaknya cantik...

Genap setahun sudah, you are my lovely lil daughter yang paling kintung kintung sedunia tiada tara. Sembilan bulan entah lebihnya berapa hari sampai Allah tentukan kamu harus keluar dari rahim mama. Yang jelas, saat itu hari Selasa tanggal 27 Maret 2018 jam 2:12 pm. Kau lah anak pertama yang kami nantikan setelah sekian purnama usia pernikahan. Alhamdulillah, tidak sampai setahun atau bahkan bertahun tahun Allah beri kami amanah berupa malaikat kecil yang menggemaskan, yaitu kamu, Nak.

Lahir secara normal, dengan berat 2.9 kg dan panjang 49 cm. Di rumah praktik bidan Eti Hendarto, Karangdowo. Seperti kelahiran normal pada umumnya, mama merasakan betapa menakjubkan proses pembukaan itu yang sensasinya luar biasa. Sudah menjadi hal lumrah bagi setiap ibu yang akan melahirkan. Tak perlu mama ceritakan detailnya, suatu saat nanti kamu juga akan merasakannya. Melahirkanmu adalah pengalaman pertama bagi mama, segalanya terasa baru dan menegangkan. Namun, rasa sakit itu terkalahkan oleh rasa rindu mama yang ingin segera berjumpa denganmu, Nak. Mama tau, saat itu kamu juga sedang berjuang demi perjumpaan kita.

Hingga pada akhirnya...
Kau pun menangis, dan kami bahagia sekaligus lega. Kata bu bidan, proses kelahiranmu terbilang cepat dan tidak berpenyulit. Alhamdulillah. Berkat doa Yangti dan support dari papa, Pak Aulia Arief Rahman yang saat itu jadi supporter di ruang bersalin. Iya Nak, tanpa sadar papamu sampai ikutan ngeden di samping ranjang tempat mama bertaruh nyawa. Dan juga Yangkung, Mbah Uyut yang dag dig dug nunggu di luar. Juga doa dari Lek yang tak sabar pingin segera bisa main sama kamu, serta keluarga besar kita lainnya. Lahirlah kamu ke dunia dengan selamat, sehat, sentosa. Welcome to the world, my sweetheart. Akan mama kenalkan kamu dengan kehidupan di dunia ini dengan cara yang baik, semampu dan sebisa mama.

Di awal alwal menjalani hari bersamamu terasa begitu berat dan sulit buat mama. Namun, bulan demi bulan terlewati, tak terasa hingga jadi terbiasa dan kamu sudah bisa menunjuk ini itu. Sekali lagi namun, nasibmu jadi anak yang badannya imut, Nak. Dianggap gizi kurang lah, gagal tumbuh lah, ASI mama kopong alias gak bergizi lah, mama kurang makan banyak lah, dan lah lah lainnya sampai dengernya aja bikin mama lelah. Sebagai seorang ibu, sudah jadi naluri untuk merawat anaknya dengan baik dan memberikan yang terbaik. Iya kan, Nak? Yang terpenting, mama tidak akan menyerah!

Karena...
Kau lah yang pertama menghuni rahim mama,
Kau istimewa di mata mama papa,
Kau lah tempat pertama kasih sayang kami tercurah,
Kau lah yang menemani kami di kala kesepian,
Kau lah penawar saat lelah dan letih melanda,
Kau permata hati kami yang pertama,
Pengikat kasih sayang mama papa,
Karena kau lah, Allah memberi kami rezeki yang tak putus putus,
Allah kuatkan semangat dan sabar mama papa terus menerus,
Kami menyayangimu sepenuh hati, Nak,
Bukan karena kau anak pintar dan cantik, tapi karena kau anugerah pertama yang terindah dari Allah,
Karena darimu lah, kami belajar menjadi orang tua.

Jika suatu saat nanti...
Ada banyak orang yang berkata kamu berhutang pada mama karena mama telah melahirkan dan mengasuhmu, ingatlah itu tidak benar, Nak. Justru mama yang berhutang padamu untuk menjadikan mama seorang yang kuat, untuk membuat mama bangga, untuk menjadi orang yang rendah hati dan penuh kasih sayang. Kamu telah mengajarkan mama untuk menjadi seseorang yang layak untuk kamu tirukan.

Harapan kami, bahkan sejak sebelum kamu ditakdirkan untuk menghuni rahim mama, semoga senantiasa Allah menjauhkan kami dari syaitan dan menjauhkan syaitan dari apa apa yang Allah rezekikan kepada kami. Kau lah rezeki kami dari Allah, Nak. Jadilah zurriyattan toyyibah, penyejuk (penyenang) hati kami, dan jadilah seorang anak yang termasuk orang orang yang shalih. Aamiin...

We love you, then, now, and forever 😘😘😘
Mama Papa

Read more...
separador

Sunday, February 3, 2019

Generasi Kurang Ajar

*Generasi Kurang Ajar

Saat di atas sana, elit politik hiruk pikuk dengan pemilihan, rebutan jabatan, lantas besok bagi2 jabatan, tidakkah ada yang mau menyadari generasi apa yang hendak kita lahirkan 10-20 tahun dari sekarang?

Video anak sekolah yang asyik main kuda-kudaan sementara gurunya mengajar di depan adalah realitas negeri ini. Mungkin di sekolah2 yang bagus, di sekolah kalian, semua baik-baik saja, tidak begitu, karena bibit muridnya memang sudah bermutu, tapi di luar itu, di sekolah2 lain, murid kurang ajar dengan gurunya adalah fakta. Bergaya mereka seolah sudah paling hebat sedunia, baju-celana sok dikeren-kerenkan, rambut sok gaya, nyolot dengan gurunya, tapi kosong kepalanya. Menertawakan guru, orang tua, mengolok2 orang lain adalah hobi anak-anak ini.

Silahkan tengok di desa-desa, kampung-kampung, sudut-sudut kota, entah itu kota kecil hingga metropolitan, generasi kurang ajar seperti ini buanyak jumlahnya. Maka generasi apa yang akan kita lahirkan 10-20 tahun dari sekarang? Apakah mereka punya kompetensi? Apakah mereka punya skill? Apakah mereka akan jadi solusi kehidupan, atau justeru hanya menambah beban, dengan jumlah jutaan orang. Besok lusa, hanya berbaris jadi pekerja kasar dengan gaji minimal, tanpa masa depan. Itupun masih untung, setidaknya masih bekerja.

Di tengah hiruk-pikuk politik hari ini, tidakkah kita mau melihat hal ini sejenak? Kita punya masalah sosial yang serius. Lahirnya generasi ‘kurang ajar’. Mereka tidak sopan dengan orang lain, susah diatur, melawan, menganggap dirinya paling oke, menyuruh semaunya, berteriak semaunya, tapi apesnya, meski sudah bergaya, generasi ini bahkan pulsa masih minta dengan orang tua, bensin motor masih mengemis ke orang tua. Maka jangan bicara tentang mandiri, tahan banting, apalagi tentang kreatifitas, mereka lebih suka semua serba instan, jalan pintas.

Semoga masih ada yang mau memikirkan realita ini. Kenapa mereka ‘kurang ajar’? Karena hilangnya teladan baik di sekitar kita--malah sebaliknya, contoh buruk berterbaran. Kenapa mulut mereka kotor, suka memaki, karena ada contoh di sekitarnya.

Jika orang-orang tidak peduli lagi soal ini, hanya soal waktu, generasi berikutnya bahkan mulai kehilangan kata “permisi”, “tolong”, “terima kasih”, dan “maaf”. Mereka hanya sibuk menertawakan orang lain, mengolok-olok, merasa hebat sekali, padahal sejatinya, hidup merekalah yang seharusnya ditertawakan. Di dunia tiada bermanfaat, di akherat lebih-lebih lagi.

*Tere Liye

**silahkan share jika bermanfaat. tidak perlu ijin lagi.

Read more...
separador

Followers