Monday, June 6, 2016

Indonesia, Menjelang Ramadhan


Menjelang bulan suci Ramadhan tahun ini, Indonesia disuguhi menu hangat berita kriminal baru. Kalian udah pasti paham “berita kriminal” apa yang aku maksud.
Kasus aki-aki nyolong sandal? Udah basi itu mah.
Kasus nyolong duit rakyat? Itu udah jadi menu sehari-hari keleus! Sampai eneg!
Begal? Begalnya udah tobat, Cuy!
Trus apa dong?
Makanya jadi wakil rakyat jangan cuma tidur aja, pas dunia udah kiamat baru sadar.

Ini adalah kasus kriminal yang menyedihkan, memilukan, sekaligus memprihatinkan. Pemerkosaan. Ya. Pemerkosaan.
Bukannya kasus semacam itu udah gak mengherankan lagi? Se-biasa kita dengar dan lihat berita korupsi yang gak pernah alpa menghiasi dunia berita di TV.
Duh, rupanya aku salah memilih headline news. Judul berita yang lagi hangat di negeri kita tercinta tuh ini hlo: Pemerkosaan berjamaah oleh dan terhadap anak dibawah umur.
Astagfirullah.. Innalillahi wa inna illaihi roji’un... Audzubillahiminasyaitanirrajim... *seketika nutup mulut pakai dua tangkup tangan*

Mulai dari pemerkosaan satu pelaku satu korban, satu pelaku beberapa korban, hingga beberapa pelaku satu korban dan dilakukan bergiliran, disertai dengan perampasan harta korban atau bahkan pembunuhan korban dengan sadis, biadab, dan kejam. Dan yang paling bikin geram sampai rasanya pingin makan orang, usia pelaku dan korban masih terbilang bocah. *reflek satu tangan pindah buat nutup mata*

Kebayang gak kamu jika itu terjadi pada adekmu sendiri? Pacarmu sendiri? Sahabatmu sendiri? Mantan pacarmu? Mantan sahabatmu? Mantan pacar sahabatmu?
Cukup Roma! Jangan katakan itu lagi, aku tak tahan mendengarnya. *pinjem tangan lain buat nutup kuping*

Kalau udah terlajur begitu, trus kamu mau nyalahin siapa? Pemerintah? Pak lurah? Orang tua korban? Orang tua pelaku? Kamu...?
Eh, ampun Bang! Aku gak tahu menahu soal itu... Suer... *serempak jari telunjuk dan jari tengah mencuat*

Ada sebab pasti ada akibat. Ada akibat yang ditimbulkan sebab. Cobalah tengok dahan dan ranting basah semua kehidupan kita 10-20 tahun ke belakang. Sebelum negara api menyerang program kartun mingguan di TV tiba-tiba diganti menjadi program-program absurd, sebelum telepon berada di genggaman, sebelum internet merangsek masuk desa, semua terasa aman terkendali, all is under control.

Mana hubungan sebab-akibatnya? *ngebayangin, mikir, bengong macam gajah ompong*

Semenit berlalu...

Lima menit...

20 tahun kemudian... *jenggotan, dah gitu jenggotnya ubanan*

Setelah mengenang masalalu kita yang begitu indah dan kembali ke masa sekarang yang terasa begitu susah, barulah aku mengerti. Aku mngerti benang merahnya, sebab-akibat, dan faktor-faktor pemicu tindak kriminal. Setelah menyaksikkan menjamurnya kasus mesum, pencabulan, pemerkosaan, dan sejenisnya, barulah terdengar gaungnya itu “pendidikan seks usia dini”. Dari bayi sampai baligh dikasih pendidikan seks, biar gak tabu dan jadi tahu caranya “begituan”.
Perlu ya?
Yaaa.. perlu gak perlu sih, namanya juga usaha mengurangi korban dan memusnahkan penjahat kelamin di muka bumi ini, patut dicoba kan?
Tapi, pendidikan seks sejak dini aja belum cukup kalau tidak dibantu oleh pondasi agama yang kuat. Menurutku, iman dan keberadaan Tuhan di hati-lah yang bisa membentengi diri dari perbuatan bejat semacam itu.

Meskipun konon katanya negeri kita tercinta Indonesia ini adalah negeri dimana pemeluk agama Islamnya terbesar di dunia, tidak lantas syariat agama Islam boleh diterapkan di sini.
Udah ada aturan mainnya, Cuy!
Yaudah deh, kalau syariat agama Islam gak boleh diterapkan sebagai pedoman hukum di sini, kita berimajinasi aja.
Eh, imajinasi apaan nih? Jangan ngeres kamu ya!
Bukan imajinasi yang itu, Woy! Maksudku kita berandai-andai aja, misalkan syariat agama kita diterapkan di sini, di Kampung Durian Runtuh.
Itu kampungnya Upin Ipin, Pe’a! *tepok jidat penulis, ada lalatnya, dah gitu lalatnya ee’ pula di sana, jadinya taik lalat*

Andaikan ada dua cewek kembar yang sama cantiknya, lagi jalan berdua, yang satu pakai hijab yang satunya pakai rok mini warna pink, berenda, mana yang akan digodain kalau ketemu lelaki brandalan? Seolah-olah ada suara iklan Rexona lewat, angkat tanganmu Shegy! Hands up.. hands up.. *ragu-ragu angkat tangan*
Lalu jawab: “tentu brandalan itu akan ngegodain si cewek seksi ber-rok mini, suit suiitt..” *bibir monyong-monyong*
Heh! Jangan kebablasan ngayalnya!

Pakaian kekurangan bahan semacam itu adalah undangan gak langsung bagi lawan jenis buat mengganggu dan melecehkan.
Wait... Jadi... kalau ada pelecehan seksual, pencabulan, pemerkosaan, itu adalah salah cewek karena miskin?
Kok miskin sih?
Iya, miskin, buat beli bahan pakaian aja gak mampu, bahannya cupet. Dimana-mana juga udah digemakan, wanita muslimah seharusnya menutup aurat, gak boleh pasang foto-foto pribadi di socmed, gak boleh begini begitu, biar gak mengundang nafsu cowok-cowok, biar gak diginiin sama cowok, biar gak digituin, dan gak dianuin. Kok jadi terkesan mojokin cewek ya? Kucing mana yang disuguhin ikan gak mau? Apa salah si Udin cobak?
Btw, Udin siapa yak?
Rasa-rasanya kok cewek terus yang sering dapat teguran, himbauan, nasihat, masukan, dan lain sejenisnya.
Masa sih? *emot kening berkerut*
Iya, soalnya kalau kita bilang “aurat” dan “hijab” pasti itu cuma buat cewek. Cewek berhijab artinya cewek berkerudung. Kenapa cowok nggak disuruh berhijab juga?
Oke. Let’s see our holy Qur’an, kita cari perintah berhijab.

Hijab. Jilbab. Kerudung.

Aha! I found it!

Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka... [QS. An-Nur Ayat 31].

Tuh kan, cuma membicarakan hijab dalam konteks perempuan. Yang buat laki-lakinya manaaaa??? *frustrasi, gadoin buku Iqro’*

Sabar...

Bentar-bentar...

Hmm...

Kita cari makna hijab dulu. Ternyata istilah hijab memiliki makna yang sangat luas, bisa berati penutup, penghalang, pembatas, apapun itu yang bisa menutup, menghalangi, atau membatasi sesuatu dari sesuatu yang lain. *sambil baca-baca* Dan di ayat 31 surat An-Nur itu tadi kan wanita disuruh menahan pandangan dan memelihara kemaluannya. Itu berarti wanita menghijabi dirinya.

Sekarang kita cari firman Allah yang semakna dengan itu, yang buat cowok.

Ketemu!

“Katakanlah kepada orang laki-laki beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memlihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat” [QS. An-Nur Ayat 30].

Eh, hlo, kok? *emot surprised* Ternyata Allah telah lebih dahulu menyebutkan hijab bagi laki-laki sebelum hijab bagi perempuan.
Pada saat laki-laki memandang perempuan dan muncul pikiran kotoran di benaknya, dia harus menundukkan pandangannya.

So... The conclusion is...
Hijab utuh, selain memenuhi enam kriteria untuk pakaian–nanti aja belakangan aku jelasin–juga mencakup akhlak, perilaku, sikap, dan perhatian orang per orang. Orang yang memenuhi kriteria hijab pakaian mematuhi ketentuan hijab dalam pengertian terbatas. Hijab pakaian harus disertai hijab mata, hijab hati, hijab pikiran, dan jihab niat. Hijab utuh juga meliputi cara berjalan, cara berbicara, cara berperilaku, dan caraku mencitaimu. *tssaaahh*

Eh, bentar, jangan disimpulin dulu, nemu satu lagi nih...

Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin “Hendaklah mereka mengulurkan hijabnya ke seluruh tubuh mereka”, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. Al-Ahzab Ayat 59].
Al-Qur’an mengatakan bahwa hijab diwajibkan bagi perempuan agar mereka dikenali sebagai perempuan terhormat dan ini mencegah mereka dilecehkan.

Oke, fix! Jadi paham deh sekarang. Cowok cewek wajib berhijab! Eh, tadi katanya mau jelasin enam kriteria untuk hijab pakaian?

Begini...

Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, ada enam kriteria dasar bagi hijab pakaian. Kriteria pertama, *jari telunjuk mencuat* adalah batas yang ditutupi. Cowok dan cewek batasnya beda. Daerah larangan pada cowok seenggaknya dari pusar ke lutut sedangkan pada cewek hampir seluruh tubuh, yang boleh nampak cuma muka dan telapak hingga pergelangan tangan.
Kriteria selebihnya buat cowok dan cewek sama. Kriteria kedua *jari telunjuk dan jari tengah serempak mencuat* pakai pakaiannya kudu yang longgar, jangan sampai menampakkan detail lekuk tubuh saking ketatnya pakaian melekat sampai-sampai terlihat macam bunglon berganti warna kulit.
Ketiga *kali ini jempol, telunjuk, dan kelingking yang mencuat* gak boleh pakai pakaian tembus pandang, transparan, semrawang, menantang, merangsang, menggiurkan, menggairahkan. STOP!
Keempat *kelima jari mencuat kecuali jempol* gak boleh over. Udah pakai celana panjang masih pakai luaran rok balet, ikat pinggang sisik ular. Udah pakai t-shirt long sleeves masih pakai luaran kemeja, rompi anti peluru, kalung manik-manik triple layers, hingga menarik perhatian lawan jenis untuk dikatain gila. Ya intinya gak usah berlebihan gitu lah, biasa aja, wajar dan senormalnya aja.
Kelima *kelima jari semua mencuat, digoyang-goyang* cewek gak boleh pakai pakaian menyerupai cowok, begitu juga sebaliknya. Cewek tomboy VS cowok melambay.
Keenam *diacungkan jari tengah kelingking kearah Surti, penuh dendam dia bilang... tiiitt (sensor) song : Surti by Jamrud*. Oke, ini kebablasan. Pakaian yang dipakai gak boleh menyerupai pakaian yang menjadi ciri khas, identitas khusus, dan simbol-simbol agama orang kafir.

Bayangkan, seandainya Indonesia menerapkan syariat Islam seperti itu.
Indonesia bakalan bersih dari yang namanya pornografi, pornoaksi, pornologi, eh, emangnya ada pornologi?
Entahlah...
Cowok cewek saling berhijab, membentengi diri dari hal-hal yang diinginkan nafsu birahi. Bayangkan... Rasakan... Bila semua berbalik kepadamu... *Song : Bayangkan Rasakan by Maudy Ayunda*. Oke fix! Penulis udah mulai gak fokus. Dan, sudah barang tentu hasil positif akan muncul ketika syariat Islam diterapkan di negeri ini. Dengan hijab, perempuan terangkat derajatnya dan terlindungi kehormatan dan kebersahajaannya. Betul?
Yup!

Cling!
Bagaikan magic, yang tiba-tiba semua cewek di planet ini berhijab (hijab dalam artian cara berpakaian), dan cowok juga berhijab (hijab bukan dalam artian cara berpakaian).
Tapi kok, eeh, itu masih ada yang melanggar?! Dasar penjahat kelamin! Kudu dihukum! Tapi hukuman apa yang pantas buat kejahatan macam tu?
Kita aja bisa meneriakkan “NKRI HARGA MATI” kita juga harus bisa menegakkan “PENJAHAT KELAMIN HUKUM MATI”!

Kalau ada yang bersuara “hukuman mati” biasanya ada yang protes, “Islam kok kejam sih? Agama barbar!”
Tenang. Calm down. Woles saja. Begini... Andaikan, semoga tidak terjadi, seseorang memperkosa anak, istri, ibu, adik perempuanmu, lalu kamu sebagai hakimnya dan si pemerkosa dihadapkan padamu, hukuman apa yang akan kamu jatuhkan padanya? Jujur aja deh! Bayangkan... Rasakan... Bila semua berbalik kepadamu... (lagi). Pasti kamu ingin menjatuhi hukuman seberat-beratnya, hukuman mati, atau menyiksanya dulu perlahan hingga mati. Iya kan? Iya dong... Iya lah!
Tentu lah!
Nah, disitulah saya merasa sedih... *emot sok paling nelangsa* Jika seseorang memperkosa istri atau putrimu, kamu ingin menyudahi nyawa pelaku di raganya, tapi kenapa kalau kejahatan yang sama dilakukan terhadap istri atau putri orang lain, kamu bilang hukuman mati itu kejam? Barbar? KENAPA MESTI ADA STANDAR GANDA??! *ayan kumat*



~THE END~

separador

0 comments:

Post a Comment

Followers