Sunday, June 5, 2016

Macam-Macam Doa Buka Puasa

Udah bisa dipastikan, bulan ini, suara azan Maghrib bakalan jadi idola, ngalahin merdunya suara Raisa. Denger suara azan Maghrib tuh bagaikan oase di tengah Gurun Sahara. Padahal di bulan-bulan selain Ramadhan, suara azan Maghrib terasa biasa aja, gak ada istimewanya, bahkan sama sekali gak dianggap. Ya, begitulah manusia, menyanjung-nyanjung sesuatu kalo lagi butuh doang. Apalagi kalo lagi mau pinjem duit orang. Oke, fix, yang terakhir ini curcol, abaikan.

Baru denger suara bedugnya aja udah bikin jantungku dag dig dug, macam mau ditembak calon pacar. Pas udah dikumandangin kalimat pertama “Allahu akbar.... Allahu akbar...” rasanya tuh... Aahh~ legaa~. Ya iya lah, lega, orang abis nenggak es teh manis segelas jumbo. Dah gitu pake niru adegan macam iklan Adem Sari pulak. Baru sadar aku lupa baca doa buka puasa. Astaghfirullah...

Life Lesson : jangan pernah tiru adegan dalam iklan apapun!

Aku inget, di pengajian, pak uztad pernah jelasin kalo kita denger azan Duhur Maghrib maka segeralah berbuka puasa. Rasulullah SAW pun mengajarkan pada kita apabila sudah tiba waktunya berbuka segeralah berbuka.

Dari Sahl bin Sa’ad RA, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Senantiasalah hamba itu dalam kebaikan apabila mereka menyegerakan berbuka”. [HR. Tirmidzi dan Abu Hurairah].

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Yang paling Ku-sayangi dari hamba-hamba-Ku ialah yang paling segera berbuka”. [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 103, no. 696].

Diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr dari Anas bin Malik, katanya : Tidak pernah aku melihat walau sekali Rasulullah SAW shalat Maghrib lebih dahulu sebelum berbuka, walaupun dengan seteguk air. [HR. Ibnu ‘Abdil Barr dari Anas bin Malik].


Tuh kan, kita disunahkan buat menyegerakan berbuka, sebelum shalat Maghrib kita berbuka dahulu, kalau bisa sih dengan korma, tapi kalau lagi gak ada korma berbukalah meski cuma dengan seteguk air buat membatalkan puasa saat waktu berbuka tiba. Makanya, tadi saking aku semangatnya puasa hari pertama, sampai kelupaan baca doa buka puasa. Maklumi aja lah...

Oh iya, kalian pasti masih inget kan doa buka puasa yang diajarin guru agama kita di sekolah atau pembina TPA di kampung kita? Doa buka puasa yang udah diwariskan turun temurun dari dulu sampai sekarang. Hafal di luar kepala karena tiap tahun di bulan Ramadhan diputar di radio dan TV abis azan Maghrib berkumandang.

Waktu kecil dulu, biasanya kita berdoa dulu sebelum minum atau makan apapun untuk membatalkan puasa, iya kan? Tapi, pas aku udah gede walopun cuma nambah dua senti , aku lihat temenku minum dulu, baru berdoa, dan doanya tuh terdengar asing di kupingku. Bukan doa buka puasa seperti yang udah aku hafalin selama belasan tahun. Lafadh doanya tuh beda. 
D    O    A    N    Y    A    T    U    B    E    D    A     
*slow motion mode on* biar mendramatisir.

Life Lesson : jangan takut perbedaan, takutlah sama Tuhan!

Setelah kejadian itu, barulah aku tahu kalau ternyata ada beberapa macam doa buka puasa. Kata temenku, begini riwayatnya. Alkisah....

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata : Aslah Nabi SAW apabila berbuka puasa beliau berdoa, “Allohumma laka shumnaa wa ‘aala rizqika afthornaa fataqobbal minna innaka antas sami’ul ‘aliim (Ya Allah, untuk-Mu kami berpuasa, dan atas rizqi-Mu kami berbuka, maka terimalah (ibadah) dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui)”. [HR. Daruquthni juz 2, hal. 185, no. 26, DLAIF karena dalam sanadnya ada perawi ‘Abdul Malik bin Harun bin ‘Antarah].

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata : Adalah Nabi SAW apabila berbuka puasa beliau berdoa, “Laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthortu fataqabbal minni innaka antas sami’ul ‘aliim (Untuk-Mu aku berpuasa, dan atas rizqi-Mu aku berbuka, maka terimalah ibadahku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui)”. [HR. Thabrani dalam Al-Kabir juz 12, hal 113, no 12720, dalam sanadnya ada perawi bernama ‘Abdul Malik bin Harun bin ‘Antarah, ia DLAIF].

Bismillah, Allohumma laka shumtu wa’alaa rizqika afthortu (Dengan nama Allah, Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rizqi-Mu aku berbuka). [HR. Thabarani, dalam Al-Ausath hadist no. 7547, dalam sanadnya ada perawi bernama Dawud bin Zabraqan, ia DLAIF – Majma’uz Zuwaaid juz 3, hal 279].

Dari Mu’adz RA, ia berkata : Adalah Rasulullah SAW apabila berbuka puasa beliau berdoa, “Alhamdu lillaahil-ladzii a’aananii fa shumtu wa rozaqonii fa-afthortu (Segala puji bagi Allah yang telah menolongku sehingga aku berpuasa dan telah memberi rizqi kepadaku, maka aku berbuka)”. [HR. Ibnu Sunni hal. 169, no. 479, sanadnya DLAIF, karena di dalamnya ada perawi yang tidak disebutkan namanya].

Dari Mu’adz bin Zuhrah, bahwasannya telah sampai kepadanya bahwa Nabi SAW apabila berbuka puasa beliau berdoa, “Allohumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthortu (Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dan dengan rizqi-Mu aku berbuka puasa)”. [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 306, no. 2358, hadist tersebut MURSAL, karena Mu’adz bin Zuhrah tidak bertemu Nabi SAW].

Dari Ibnu Abi Mulaikah, ia berkata : Saya mendengar “Abdullah bin Amr bin Al-‘Ash berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa itu ketika berbuka ada doa yang tidak akan ditolak”. Ibnu Abi Mulaikah berkata : Aku mendengar ‘Abdullah bin ‘Amr apabila berbuka puasa berdoa, “Allohumma inni as-aluka birohmatikal-latii wasi’at kulla syai-in an taghfiro lii (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan rohmat-Mu yang luas meliputi segala sesuatu agar Engkau mengampuni aku)”. [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 557, no. 1753, hadist HASAN].

Dari Marwan, yakni bin Salim Al-Muqaffa’, ia berkata : Aku melihat Ibnu ‘Umar RA memegang jenggotnya, lalu ia memotong  yang lebih dari genggaman tangannya. Ia berkata : Adalah Rasulullah SAW apabila berbuka puasa beliau berdoa, “Dzahabadh-dhoma-u wabtallatil ‘uruuqu wa tsabatal ajru, insyaa-allooh (Haus telah hilang, urat-urat telah basah dan semoga pahala tetap didapat, insya-allooh). [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 306, no. 2357, hadist HASAN].

Sehabis dengerin penjelasan temenku itu, dengan bego’nya aku masih tanya “dlaif, mursal, hasan, siapa pula mereka itu?”

Lalu dengan sabar temenku nglanjutin penjelasannya. Sebagaimana kita ketahui, bahwa hadist adalah segala perkataan (sabda), perbuatan, dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Kedudukan hadist merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Macam-macam doa berbuka puasa di atas ada yang sersumber dari hadist dlaif, mursal, dan hasan. Hadist dlaif (lemah) adalah hadist yang tidak memenuhi standar kriteria untuk diterima secara bulat, karena ada syarat-syarat yang tidak terpenuhi secara komplit. Hadist mursal (dilepaskan) adalah hadist yang di akhir sanad yaitu di atas tabi’in terputus. Hadist hasan (baik, bagus) adalah hadist yang tingkatannya berada di bawah hadist shahih karena periwayat hadist ini memikili kualitas yang lebih rendah daripada perawi hadist shahih. Hadist ini dapat dijadikan sebagai dalil sebagaimana hadist shahih.

Penjelasan temenku bikin aku ber-astaga dan reflek memutup mulut dengan dua belah tangan. Ternyata! Ternyata... aku makin cinta... cinta sama kamu~ *Song : Aku Makin Cinta by Vina Panduwinata* STOP! 
Ternyata doa buka puasa yang udah aku hafalin dari mulai TK (taman kanak-kanak) sampai TK (taman kakek-kakek) validitasnya diragukan. Gak yakin apakah itu dari nabi atau bukan. Duh, jadi inget dosen pembimbing skripsiku yang super perfectionist tapi juga cantik, yang selalu minta landasan teori harus yang valid, gak boleh asal comot, jurnal nasional dan internasional yang dipakai harus jelas sumbernya. Astaga! Kalau landasan teori buat sebuah karya ilmiah aja harus begitu hati-hati dan teliti mengenai sumbernya, apa lagi ini landasan teori buat buat ibadah. Mumpung masih diberi kesempatan memilih, maka renungkanlah wahai kawan...

Life Lesson : choice itu pilihan dan chance itu kesempatan!

So, dari penjelasan temenku yang panjang lebar plus luas alas kali tinggi itu, bisa kusimpulkan bahwa.....
Dari riwatat-riwayat di atas bisa kita ketahui bahwa yang derajatnya hasan adalah riwayat Ibnu Majah dari Ibnu Abi Mulaikah dan riwayat Abu Dawud dari Marwan bin Salim. Tapi pada riwayat Abu Mulaikah di atas, doa tersebut adalah lafadhnya Ibnu ‘Amr. Adapun pada riwayat Abu Dawud, lafadh doa itu dari Nabi SAW. Dengan demikian kita ketahui bahwa doa berbuka puasa yang paling kuat riwayatnya adalah yang diriwayatkan Abu Dawud dari Marwan bin Salim dari Ibnu ‘Umar (Dzahabadh-dhoma-u wabtallatil ‘uruuqu wa tsabatal ajru, insyaa-allooh).


Sejak saat itu, menit itu, dan detik itu juga, aku berjanji pada diriku sendiri akan senantiasa berhati-hati dan teliti dalam beribadah, walau dunia menolak, ku tak takut... tetap kukatakan kucinta dirimu uuu~ *Song : Mapala by Judika*
PLETAK!!
Kena timpuk pemukul bedug.
Pingsan...

Life Lesson : jangan pernah ganggu pak merbot (tukang mukul bedug)!



~ zzZZ~


separador

0 comments:

Post a Comment

Followers