Udah bisa dipastikan, bulan ini,
suara azan Maghrib bakalan jadi idola, ngalahin merdunya suara Raisa. Denger
suara azan Maghrib tuh bagaikan oase di tengah Gurun Sahara. Padahal di
bulan-bulan selain Ramadhan, suara azan Maghrib terasa biasa aja, gak ada
istimewanya, bahkan sama sekali gak dianggap. Ya, begitulah manusia,
menyanjung-nyanjung sesuatu kalo lagi butuh doang. Apalagi kalo lagi mau pinjem
duit orang. Oke, fix, yang terakhir ini curcol, abaikan.
Baru denger suara bedugnya aja udah
bikin jantungku dag dig dug, macam mau ditembak calon pacar. Pas udah
dikumandangin kalimat pertama “Allahu akbar.... Allahu akbar...” rasanya tuh...
Aahh~ legaa~. Ya iya lah, lega, orang abis nenggak es teh manis segelas jumbo. Dah
gitu pake niru adegan macam iklan Adem Sari pulak. Baru sadar aku lupa baca doa
buka puasa. Astaghfirullah...
Life Lesson : jangan pernah tiru adegan dalam iklan apapun!
Aku inget, di pengajian, pak uztad
pernah jelasin kalo kita denger azan Duhur Maghrib maka segeralah berbuka
puasa. Rasulullah SAW pun mengajarkan pada kita apabila sudah tiba waktunya
berbuka segeralah berbuka.
Dari Sahl bin Sa’ad RA, bahwasannya
Rasulullah SAW bersabda, “Senantiasalah hamba itu dalam kebaikan apabila mereka
menyegerakan berbuka”.
[HR. Tirmidzi dan Abu Hurairah].
Dari Abu Hurairah, ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda : Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Yang paling
Ku-sayangi dari hamba-hamba-Ku ialah yang paling segera berbuka”. [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 103,
no. 696].
Diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr
dari Anas bin Malik, katanya : Tidak pernah aku melihat walau sekali
Rasulullah SAW shalat Maghrib lebih dahulu sebelum berbuka, walaupun dengan
seteguk air. [HR. Ibnu ‘Abdil Barr dari Anas bin Malik].
Tuh kan, kita disunahkan buat menyegerakan
berbuka, sebelum shalat Maghrib kita berbuka dahulu, kalau bisa sih dengan
korma, tapi kalau lagi gak ada korma berbukalah meski cuma dengan seteguk air buat
membatalkan puasa saat waktu berbuka tiba. Makanya, tadi saking aku semangatnya
puasa hari pertama, sampai kelupaan baca doa buka puasa. Maklumi
aja lah...
Oh iya, kalian pasti masih inget kan
doa buka puasa yang diajarin guru agama kita di sekolah atau pembina TPA di
kampung kita? Doa buka puasa yang udah diwariskan turun temurun dari dulu
sampai sekarang. Hafal di luar kepala karena tiap tahun di bulan Ramadhan
diputar di radio dan TV abis azan Maghrib berkumandang.
Waktu kecil dulu, biasanya kita
berdoa dulu sebelum minum atau makan apapun untuk
membatalkan puasa, iya kan? Tapi, pas aku udah gede walopun cuma nambah dua
senti , aku lihat temenku minum dulu, baru berdoa, dan doanya tuh terdengar
asing di kupingku. Bukan doa buka puasa seperti yang udah aku hafalin selama
belasan tahun. Lafadh doanya tuh beda.
D O A N Y A T U B E D A
*slow motion mode on* biar mendramatisir.
D O A N Y A T U B E D A
*slow motion mode on* biar mendramatisir.
Life Lesson : jangan takut perbedaan, takutlah sama Tuhan!
Setelah kejadian itu, barulah aku
tahu kalau ternyata ada beberapa macam doa buka puasa. Kata temenku, begini riwayatnya. Alkisah....
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata : Aslah
Nabi SAW apabila berbuka puasa beliau berdoa, “Allohumma laka shumnaa wa
‘aala rizqika afthornaa fataqobbal minna innaka antas sami’ul ‘aliim (Ya
Allah, untuk-Mu kami berpuasa, dan atas rizqi-Mu kami berbuka, maka terimalah
(ibadah) dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui)”. [HR.
Daruquthni juz 2, hal. 185, no. 26, DLAIF karena dalam sanadnya ada
perawi ‘Abdul Malik bin Harun bin ‘Antarah].
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata :
Adalah Nabi SAW apabila berbuka puasa beliau berdoa, “Laka shumtu wa ‘alaa
rizqika afthortu fataqabbal minni innaka antas sami’ul ‘aliim (Untuk-Mu aku
berpuasa, dan atas rizqi-Mu aku berbuka, maka terimalah ibadahku, sesungguhnya
Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui)”. [HR.
Thabrani dalam Al-Kabir juz 12, hal 113, no 12720, dalam sanadnya ada perawi
bernama ‘Abdul Malik bin Harun bin ‘Antarah, ia DLAIF].
Bismillah, Allohumma laka shumtu
wa’alaa rizqika afthortu (Dengan nama
Allah, Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rizqi-Mu aku berbuka). [HR.
Thabarani, dalam Al-Ausath hadist no. 7547, dalam sanadnya ada perawi bernama
Dawud bin Zabraqan, ia DLAIF – Majma’uz Zuwaaid juz 3, hal 279].
Dari Mu’adz RA, ia berkata : Adalah
Rasulullah SAW apabila berbuka puasa beliau berdoa, “Alhamdu
lillaahil-ladzii a’aananii fa shumtu wa rozaqonii fa-afthortu (Segala puji
bagi Allah yang telah menolongku sehingga aku berpuasa dan telah memberi rizqi
kepadaku, maka aku berbuka)”. [HR. Ibnu Sunni
hal. 169, no. 479, sanadnya DLAIF, karena di dalamnya ada perawi yang
tidak disebutkan namanya].
Dari Mu’adz bin Zuhrah, bahwasannya
telah sampai kepadanya bahwa Nabi SAW apabila berbuka puasa beliau berdoa, “Allohumma
laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthortu (Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dan
dengan rizqi-Mu aku berbuka puasa)”. [HR. Abu Dawud juz
2, hal. 306, no. 2358, hadist tersebut MURSAL, karena Mu’adz bin Zuhrah
tidak bertemu Nabi SAW].
Dari Ibnu Abi Mulaikah, ia berkata :
Saya mendengar “Abdullah bin Amr bin Al-‘Ash berkata : Aku mendengar Rasulullah
SAW bersabda, “Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa itu ketika berbuka ada doa
yang tidak akan ditolak”. Ibnu Abi Mulaikah berkata : Aku mendengar ‘Abdullah
bin ‘Amr apabila berbuka puasa berdoa, “Allohumma inni as-aluka birohmatikal-latii
wasi’at kulla syai-in an taghfiro lii (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon
kepada-Mu dengan rohmat-Mu yang luas meliputi segala sesuatu agar Engkau
mengampuni aku)”. [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 557, no.
1753, hadist HASAN].
Dari Marwan, yakni bin Salim
Al-Muqaffa’, ia berkata : Aku melihat Ibnu ‘Umar RA memegang jenggotnya, lalu
ia memotong yang lebih dari genggaman
tangannya. Ia berkata : Adalah Rasulullah SAW apabila berbuka puasa beliau
berdoa, “Dzahabadh-dhoma-u wabtallatil ‘uruuqu wa tsabatal ajru,
insyaa-allooh (Haus telah hilang, urat-urat telah basah dan semoga pahala
tetap didapat, insya-allooh). [HR. Abu Dawud juz
2, hal. 306, no. 2357, hadist HASAN].
Sehabis dengerin penjelasan temenku
itu, dengan bego’nya aku masih tanya “dlaif, mursal, hasan, siapa pula mereka
itu?”
Lalu dengan sabar temenku nglanjutin
penjelasannya. Sebagaimana kita ketahui, bahwa hadist adalah segala perkataan
(sabda), perbuatan, dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang
dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Kedudukan hadist merupakan
sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Macam-macam doa berbuka puasa di atas ada
yang sersumber dari hadist dlaif, mursal, dan hasan. Hadist dlaif (lemah) adalah hadist yang tidak memenuhi standar
kriteria untuk diterima secara bulat, karena ada syarat-syarat yang tidak
terpenuhi secara komplit. Hadist mursal
(dilepaskan) adalah hadist yang di akhir sanad yaitu di atas tabi’in
terputus. Hadist hasan (baik, bagus)
adalah hadist yang tingkatannya berada di bawah hadist shahih karena periwayat
hadist ini memikili kualitas yang lebih rendah daripada perawi hadist shahih.
Hadist ini dapat dijadikan sebagai dalil sebagaimana hadist shahih.
Penjelasan temenku bikin aku
ber-astaga dan reflek memutup mulut dengan dua belah tangan. Ternyata! Ternyata...
aku makin cinta... cinta sama kamu~ *Song : Aku Makin Cinta by Vina
Panduwinata* STOP!
Ternyata doa buka puasa yang udah aku hafalin dari mulai TK (taman kanak-kanak) sampai TK (taman kakek-kakek) validitasnya diragukan. Gak yakin apakah itu dari nabi atau bukan. Duh, jadi inget dosen pembimbing skripsiku yang super perfectionist tapi juga cantik, yang selalu minta landasan teori harus yang valid, gak boleh asal comot, jurnal nasional dan internasional yang dipakai harus jelas sumbernya. Astaga! Kalau landasan teori buat sebuah karya ilmiah aja harus begitu hati-hati dan teliti mengenai sumbernya, apa lagi ini landasan teori buat buat ibadah. Mumpung masih diberi kesempatan memilih, maka renungkanlah wahai kawan...
Ternyata doa buka puasa yang udah aku hafalin dari mulai TK (taman kanak-kanak) sampai TK (taman kakek-kakek) validitasnya diragukan. Gak yakin apakah itu dari nabi atau bukan. Duh, jadi inget dosen pembimbing skripsiku yang super perfectionist tapi juga cantik, yang selalu minta landasan teori harus yang valid, gak boleh asal comot, jurnal nasional dan internasional yang dipakai harus jelas sumbernya. Astaga! Kalau landasan teori buat sebuah karya ilmiah aja harus begitu hati-hati dan teliti mengenai sumbernya, apa lagi ini landasan teori buat buat ibadah. Mumpung masih diberi kesempatan memilih, maka renungkanlah wahai kawan...
Life Lesson : choice itu pilihan dan chance itu kesempatan!
So, dari penjelasan temenku yang
panjang lebar plus luas alas kali tinggi itu, bisa kusimpulkan bahwa.....
Dari riwatat-riwayat di atas bisa
kita ketahui bahwa yang derajatnya hasan adalah riwayat Ibnu Majah dari Ibnu
Abi Mulaikah dan riwayat Abu Dawud dari Marwan bin Salim. Tapi pada riwayat Abu
Mulaikah di atas, doa tersebut adalah lafadhnya Ibnu ‘Amr. Adapun pada riwayat
Abu Dawud, lafadh doa itu dari Nabi SAW. Dengan demikian kita ketahui bahwa doa berbuka puasa yang paling kuat
riwayatnya adalah yang diriwayatkan Abu Dawud dari Marwan bin Salim dari
Ibnu ‘Umar (Dzahabadh-dhoma-u wabtallatil ‘uruuqu wa tsabatal ajru,
insyaa-allooh).
Sejak saat itu, menit itu, dan detik
itu juga, aku berjanji pada diriku sendiri akan senantiasa berhati-hati dan teliti dalam
beribadah, walau dunia menolak, ku tak takut... tetap kukatakan kucinta dirimu
uuu~ *Song : Mapala by Judika*
PLETAK!!
Kena timpuk pemukul bedug.
Pingsan...
Life Lesson : jangan pernah ganggu pak merbot (tukang mukul bedug)!
~ zzZZ~
0 comments:
Post a Comment