Wednesday, June 29, 2016

Membaca 1 Juz Al-Qur'an = Gratis 2 Liter BBM


Hai gaes, masih semangat kan puasanya? Ramadhan tinggal beberapa hari lagi nih, gimana rasanya Ramadhan di Indonesia tahun ini?  Penuh warna dan kejutan kan? So pasti...
Belum lama terkisah cerita tentang razia lapak penjual makanan yang buka di siang hari oleh satpol PP, baru-baru ini Pertamina bikin campaign Membaca 1 Juz Al-Qur’an = Gratis 2 Liter BBM”

Informasi tentang promo bensin gratis dengan syarat membaca Al Quran satu juz terpampang di banner seperti ini.


Jujur gaes, aku pun sering enggak ajeg baca Qur’an. Cuma pas lagi pengajian aja baca Qur’an-nya. Kadang terbetik maksud hati pengin baca Qur’an saban kelar salat, ealaah, setan lebih pinter buat membelokkan niat/ keminginan, ada aja godaannya, hape kling kling minta dibalas WhatsApp-nya, Facebook nungguin buat dicek udah dapet berapa komentar, belum lagi rasa ngantuk tak tertahankan sehabis kekenyangan makan buka puasa. Hadeeewh.

So, dengan adanya program hasil dari Pertamina kerja bareng dengan Yayasan Nurul Hayat ini dinilai sebagian besar masyarakat sebagai program yang sangat positif di bulan Ramadhan. Mengajak sesama hamba Allah SWT mau beribadah (membaca Al-Qur’an), meski berbau iming-iming (2 liter bensin gratis jenis Pertamax atau Pertalite). Selain guna memberikan nuansa berbeda bagi pelanggan yang datang ke SPBU dengan membudayakan mengaji di bulan Ramadhan, juga untuk memakmurkan musala yang berada di SPBU. Ngabuburit dengan hal positif, why not?

Lalu, gimana tilawahnya itu?
Jadi gini... Setelah mendaftarkan diri dan memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku, peserta lalu ketemu sama ustadz/ ustadzah dari Nurul Hayat yang siap menyimak setoran bacaan Al-Qur’an-nya. Jadi ada mentornya gitu, gak cuma asal baca. Mereka bakal mengoreksi apakah tajwidnya udah bener, idzhar, idghom, ikhfa’, iqlab, panjang pendeknya bacaan. Biasanya kalau baca Qur’an di rumah gak ada yang ngecek bacaan kita kan?

Satu juz kurang lebih 15–20 halaman kali ya? Kalo pengin baca Qur’an-nya gak terlalu lama, boleh lah juz 30 aja yang suratnya pendek-pendek dan sebagian besar sudah hafal di luar kepala. Hehehe. Kalo udah kelar bacanya, peserta lalu dikasih semacam voucher apresiasi dari Pertamina. Langsung aja cuss ke mbak-mbak Pertamina, lalu dapet BBM gretong deh! Satu juz baca Qur’an dapet voucher BBM senilai 2 liter dan ini berlaku kelipatannya. Hohohoooo, mayaaan bisa buat mudik ke kampung.

Pertamina juga kian berkah karena banyak yang ngaji di SPBU. Para peserta juga bisa dapat pahala karena berakrab-akrab dengan Al-Qur’an. Ya kan? So, raih pahala baca Al-Quran dan dapatkan gratis BBMnya!

Wait...
Emang boleh ya ibadah dengan dua niat sekaligus? Niat beribadah dengan ditumpangi niat lain yang bersifat keduniaan. Niat baca Qur’an biar dapat pahala atau biar dapet bensin gratis nih? Yang mana prioritas niatnya? Inget gak sebuah film yang diangkat dari novel laris karya Tere Liye dengan judul “Hafalan Salat Delisa”?

Sebelum Delisa hafal bacaan sholat itu Umi Salamah sudah membelikan seuntai kalung emas dengan gantungan huruf D untuk Delisa. Delisa senang sekali dengan kalung itu. Semangatnya semakin menggebu-gebu. Tapi entah mengapa Delisa tak pernah bisa menghafal bacaan salatnya dengan sempurna. Ia ingat dengan cerita Ustad Rahman tentang bagaimana khusuknya salat Rasul dan sahabat-sahabatnya.

"Kalo orang yang khusuk pikirannya selalu fokus. Pikirannya satu." Nah jadi kita salat harus khusuk. Andaikata ada suara ribut di sekitar tetap khusuk.

Dari cerita Delisa itu, dapat diambil pelajaran, dalam beribadah harus fokus, niatnya satu, lurus ikhlas, lillahi ta’ala, ibadah karena Allah. Bukan ibadah karena biar dapet kalung emas, biar dapet bensin gratis, biar dipuji orang lain, atau bahkan biar bisa buat koleksi foto selfie #lagi ngaji, dan lain sebagainya. Bukan kah setiap kita salat kita selalu membacanya (dalam doa iftitah)?  Innash sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi robbil alamin (sungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam) [QS Al An'am ayat 162].

Kalau niat suatu ibadah tercampur dengan perasaan karena orang, terpaksa, malu, merasa tidak enak, pamrih ingin dipuji, diperhatikan atau karena kasihan dan lain-lain, maka ini akan merusak nilai pahala ibadah kita. Karena setitik nila, rusaklah susu sebelanga. Karena salah niat, rusaklah pahala amal kita.

....Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya (pahala dunia) niscaya kami berikan balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka tidak akan dirugikan. ltulah orang-orang yang tidak mempe-oleh pahala di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah dikerjakan. [QS Ali Imran ayat 145].

Amal kebaikan yang tidak didasari keikhlasan di dalamnya hanya akan menghasilkan kesia-siaan belaka. Bahkan bukan hanya itu, teman-teman ingat tidak dengan sebuah hadits Rasulullah yang menyatakan bahwa tiga orang yang akan masuk neraka terlebih dahulu adalah orang-orang yang beramal kebaikan namun bukan karena Allah? (Kalau lupa atau masih belum tahu, mungkin lain kali biar diposting).

Dalam salah satu hadits juga diriwayatkan tentang betapa pentingnya meluruskan niat itu. Kita  sering mendengar atau bahkan memakai hadits ini buat dalil (yang kadang tidak tepat dalam pengamalannya).
Dari Umar RA, ia berkata : Saya mendengar Nabi SAW bersabda, "Amal perbuatan itu tergantung niatnya. Maka barangsiapa yang hijrahnya karena menginginkan dunia yang akan ia dapatkan, atau wanita yang ia akan mengawininya, maka hijrahnya itu akan diberi balasan sesuai niatnya dia berhijrah. Dan barangsiapa yang hijrahnya itu karena thaat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu akan diberi balasan pahala thaat kepada Allah dan Rasul-Nya SAW". [HR. Bukhari juz 4, hal. 252].

Makna hadits di atas adalah barangsiapa tujuan hijrahnya karena Allah, maka ia akan mendapatkan pahala dari Allah dan barangsiapa tujuan hijrahnya untuk mencari hal-hal yang sifatnya keduniaan atau untuk menikahi seorang wanita maka ia tidak mendapatkan pahala apa-apa, bahkan jika ke arah maksiat, ia akan mendapatkan dosa.

Dan, keikhlasan dalam beramal/ beribadah itu seharusnya tidak hanya ada saat kita sedang mengerjakannya, tapi juga harus ada baik sebelum maupun sesudah kita melakukan amal kebaikan. Apalah artinya kita ikhlas ketika beramal, tapi setelah itu kita merasa hebat dan bangga karena kita telah melakukan amal tersebut. Apa kita tidak takut akan munculnya perasaan bangga setelah kita beramal saleh yang menyebabkan tidak diterimanya amal kita itu? Sayangnya, hal ini sering terjadi dalam diri kita. Sungguh amat sangat merugikan hal yang demikian itu.

Niat dan keikhlasan adalah perkara hati yang urusannya sangat penting. Dan yang paling sulit ditebak adalah isi hati seseorang. Demi Tuhan, cuma dia dan Tuhan saja lah yang tahu.





~KEEP CALM & HAPPY FASTING~




separador

0 comments:

Post a Comment

Followers