Hai
gaes, masih semangat kan puasanya? Ramadhan tinggal beberapa hari lagi nih,
gimana rasanya Ramadhan di Indonesia tahun ini?
Penuh warna dan kejutan kan? So pasti...
Belum
lama terkisah cerita tentang razia lapak penjual makanan yang buka di siang
hari oleh satpol PP, baru-baru ini Pertamina bikin campaign “Membaca 1 Juz Al-Qur’an =
Gratis 2 Liter BBM”
Informasi tentang promo bensin gratis dengan syarat membaca
Al Quran satu juz terpampang di banner seperti ini.
Jujur gaes, aku pun sering enggak
ajeg baca Qur’an. Cuma pas lagi pengajian aja baca Qur’an-nya. Kadang terbetik
maksud hati pengin baca Qur’an saban kelar salat, ealaah, setan lebih pinter
buat membelokkan niat/ keminginan, ada aja godaannya, hape kling kling minta
dibalas WhatsApp-nya, Facebook nungguin buat dicek udah dapet berapa komentar,
belum lagi rasa ngantuk tak tertahankan sehabis kekenyangan makan buka puasa. Hadeeewh.
So, dengan adanya program hasil dari
Pertamina kerja bareng dengan Yayasan Nurul Hayat ini dinilai sebagian besar
masyarakat sebagai program yang sangat positif di bulan Ramadhan. Mengajak sesama
hamba Allah SWT mau beribadah (membaca Al-Qur’an), meski berbau
iming-iming (2 liter bensin
gratis jenis Pertamax atau Pertalite). Selain
guna memberikan nuansa berbeda bagi pelanggan yang datang ke SPBU dengan membudayakan
mengaji di bulan Ramadhan, juga untuk memakmurkan musala yang berada di
SPBU. Ngabuburit dengan hal positif, why not?
Lalu, gimana tilawahnya itu?
Jadi gini... Setelah mendaftarkan
diri dan memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku, peserta lalu ketemu sama
ustadz/ ustadzah dari Nurul Hayat yang siap menyimak setoran bacaan
Al-Qur’an-nya. Jadi ada mentornya gitu, gak cuma asal baca. Mereka bakal
mengoreksi apakah tajwidnya udah bener, idzhar, idghom, ikhfa’, iqlab, panjang
pendeknya bacaan. Biasanya kalau baca Qur’an di rumah gak ada yang ngecek
bacaan kita kan?
Satu juz kurang lebih 15–20 halaman
kali ya? Kalo pengin baca Qur’an-nya gak terlalu lama, boleh lah juz 30 aja
yang suratnya pendek-pendek dan sebagian besar sudah hafal di luar kepala. Hehehe.
Kalo udah kelar bacanya, peserta lalu dikasih semacam voucher apresiasi dari
Pertamina. Langsung aja cuss ke mbak-mbak Pertamina, lalu dapet BBM gretong deh!
Satu juz baca Qur’an dapet voucher BBM senilai 2 liter dan ini berlaku
kelipatannya. Hohohoooo, mayaaan bisa buat mudik ke kampung.
Pertamina juga kian berkah karena banyak
yang ngaji di SPBU. Para peserta juga bisa dapat pahala karena
berakrab-akrab dengan Al-Qur’an. Ya kan? So, raih pahala baca Al-Quran dan
dapatkan gratis BBMnya!
Wait...
Emang boleh ya ibadah dengan dua
niat sekaligus? Niat beribadah dengan ditumpangi niat lain yang bersifat
keduniaan. Niat baca Qur’an biar dapat pahala atau biar dapet bensin gratis nih?
Yang mana prioritas niatnya? Inget gak sebuah film yang diangkat dari
novel laris karya Tere Liye dengan judul “Hafalan
Salat Delisa”?
Sebelum
Delisa hafal bacaan sholat itu Umi Salamah sudah membelikan seuntai kalung emas
dengan gantungan huruf D untuk Delisa. Delisa senang sekali dengan kalung itu.
Semangatnya semakin menggebu-gebu. Tapi entah mengapa Delisa tak pernah bisa
menghafal bacaan salatnya dengan sempurna. Ia ingat dengan cerita Ustad Rahman
tentang bagaimana khusuknya salat Rasul dan sahabat-sahabatnya.
"Kalo
orang yang khusuk pikirannya selalu fokus. Pikirannya satu." Nah jadi kita
salat harus khusuk. Andaikata ada suara ribut di sekitar tetap khusuk.
Dari cerita Delisa itu, dapat diambil pelajaran, dalam
beribadah harus fokus, niatnya satu, lurus ikhlas, lillahi ta’ala, ibadah
karena Allah. Bukan ibadah karena biar dapet kalung emas, biar dapet bensin
gratis, biar dipuji orang lain, atau bahkan biar bisa buat koleksi foto selfie #lagi
ngaji, dan lain sebagainya. Bukan kah setiap kita salat kita selalu membacanya
(dalam doa iftitah)? Innash sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati
lillahi robbil alamin (sungguhnya sholatku, ibadahku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam) [QS Al An'am ayat 162].
Kalau niat suatu ibadah tercampur dengan perasaan karena orang, terpaksa,
malu, merasa tidak enak, pamrih ingin dipuji, diperhatikan atau karena kasihan
dan lain-lain, maka ini akan merusak nilai pahala ibadah kita. Karena setitik
nila, rusaklah susu sebelanga. Karena salah niat, rusaklah pahala amal kita.
....Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya (pahala dunia) niscaya kami berikan balasan pekerjaan mereka di
dunia dengan sempurna dan mereka tidak akan dirugikan. ltulah orang-orang yang
tidak mempe-oleh pahala di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah apa yang telah
mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah dikerjakan. [QS Ali Imran ayat 145].
Amal kebaikan
yang tidak didasari keikhlasan di dalamnya hanya akan menghasilkan kesia-siaan
belaka. Bahkan bukan hanya itu, teman-teman ingat tidak dengan sebuah hadits
Rasulullah yang menyatakan bahwa tiga orang yang akan masuk neraka terlebih
dahulu adalah orang-orang yang beramal kebaikan namun bukan karena Allah? (Kalau
lupa atau masih belum tahu, mungkin lain kali biar diposting).
Dalam salah satu hadits juga diriwayatkan tentang betapa pentingnya meluruskan
niat itu. Kita sering mendengar atau bahkan memakai hadits ini buat dalil (yang kadang tidak tepat dalam pengamalannya).
Dari
Umar RA, ia berkata : Saya mendengar Nabi SAW bersabda, "Amal perbuatan
itu tergantung niatnya. Maka barangsiapa yang hijrahnya karena menginginkan
dunia yang akan ia dapatkan, atau wanita yang ia akan mengawininya, maka
hijrahnya itu akan diberi balasan sesuai niatnya dia berhijrah. Dan barangsiapa
yang hijrahnya itu karena thaat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu
akan diberi balasan pahala thaat kepada Allah dan Rasul-Nya SAW". [HR.
Bukhari juz 4, hal. 252].
Makna hadits di atas adalah barangsiapa tujuan hijrahnya karena
Allah, maka ia akan mendapatkan pahala dari Allah dan barangsiapa tujuan hijrahnya
untuk mencari hal-hal yang sifatnya keduniaan atau untuk menikahi seorang
wanita maka ia tidak mendapatkan pahala
apa-apa, bahkan jika ke arah maksiat, ia akan mendapatkan dosa.
Dan, keikhlasan dalam
beramal/ beribadah itu seharusnya tidak hanya ada saat kita sedang
mengerjakannya, tapi juga harus ada baik sebelum maupun sesudah kita melakukan
amal kebaikan. Apalah artinya kita ikhlas ketika beramal, tapi setelah itu kita
merasa hebat dan bangga karena kita telah melakukan amal tersebut. Apa kita tidak
takut akan munculnya perasaan bangga setelah kita beramal saleh yang
menyebabkan tidak diterimanya amal kita itu? Sayangnya, hal ini sering terjadi
dalam diri kita. Sungguh amat sangat merugikan hal yang demikian itu.
Niat dan keikhlasan adalah perkara
hati yang urusannya sangat penting. Dan yang paling sulit ditebak adalah isi hati seseorang. Demi
Tuhan, cuma dia dan Tuhan saja lah yang tahu.
~KEEP CALM & HAPPY FASTING~
0 comments:
Post a Comment